Blogger Widgets ADE COPA GABANA PARFUM PARIS MODE: ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK “N” UMUR 7 BULAN DENGAN KEJANG DEMAM

Sabtu, 26 Mei 2012

ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK “N” UMUR 7 BULAN DENGAN KEJANG DEMAM


BAB I
PENDAHULUAN
   

1.1  Latar Belakang
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38 oC) tang disebabkan oleh suatu proses ekstra kronium.
Kejang demam sering dijumpai pada anak, terutama pada golongan  anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3% dari anak dibawah umur 5 tahun pernah menderita kejang demam. Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4 % di Amerika Serikat, Amerika Selatan dan Eropa Barat. Di Asia dilaporkan lebih tinggi. Kira-kira 20% kasus merupakan kasus kejang demam kompleks. Umumnya kejang demam timbul pada tahun kedua kehidupan (17-23 bulan). kejang demam sedikit lebih sering pada laki-laki.
Suhu tinggi dapat menyebabkan terjadinya bangkitan kejang. Terjadinya bangkitan kejang tergantung pada umur, tinggi serta cepatnya suhu meningkat. Kejang demam dapat terjadi pada suhu 38oC bagi yang mempunyai ambang rendah dan suhu 40oC bagi yang mempunyai ambang tinggi. Kejang demam merupakan penyakit yang mempunyai  komplikasi yang sangat berbahaya seperti kerusakan sel otak, anoksia. Oleh karena itu diperlukan kerjasama yang baik antara tenaga kesehatan dengan keluarga dalam mencegah terjadinya bahaya tersebut dengan cara memberi penyuluhan dan pemahaman tentang arti pentingnya kebersihan baik dari keluarga dan lingkungan.

1.2  Tujuan
1.2.1        Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan managemen asuhan kebidanan Varney sesuai dengan kasus kejang demam.

1.2.2        Tujuan Khusus
1.      Mahasiswa mampu melakukan pengumpulan data.
2.      Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa masalah dan kebutuhan.
3.      Mahasiswa dapat mengetahui masalah potensial yang kemungkinan dapat terjadi.
4.      Mahasiswa dapat mengetahui tindakan segera.
5.      Mahasiswa dapat merencanakan tindakan yang akan dilakukan.
6.      Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan yang telah direncanakan.
7.      Mahasiswa dapat mengevaluasi sejauh mana keberhasilan yang telah dicapai.

1.3  Manfaat Penulisan
Bagi penulisan
Dapat menambah pengetahuan tentang kejang demam.
Bagi pendidikan
Sebagai bahan kepustakaan tentang kejang demam.
Bagi pasien
Dapat memberikan informasi tentang kejang demam.
Bagi lahan praktek
Asuhan kebidanan ini sebagai masukan dalam menerapkan manajemen kebidanan.

1.4  Metode Pengumpulan Data
  1. Wawancara
Pengumpulan data dengan tanya jawab langsung dengan klien.
  1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
  1. Studi Kepustakaan
Mempelajari buku yang ada kaitannya dengan demam kejang.
  1. Dokumentasi
Pengambilan data dari reka medik pasien.
  1. Observasi
Pengambilan data dari mengobservasi langsung keadaan pasien.
  1. Pemeriksaan Penunjang
Pengumpulan data melalui pemeriksaan laboratorium.


























BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN


A.    Teori Kejang Kejang demam
  1. Pengertian
Kejang Demam (febrile convulsion) adalah bangkitan kejang yang terjadi pada saat suhu meningkat (rectat > 380C, dalam lebih 390C) disebabkan oleh proses ekstracranium (Ngastiyah, 229, Perawatan anak sakit 1997)
  1. Etiologi
Kejang Demam disebabkan oleh proses ekstracranium seperti : ispa, OMA, Sinusitis, Pneumonia, Faringitis, abses gigi, ginggivostomatitis, gastroenteritis, infeksi saluran kemih, pyelonepritis. (Bakteri, virus, plekantigen)
  1. Patofisiologi
Demam
¯
Kebutuhan O2 dan energi otak meningkat
¯
Metabolisme otak meningkat
¯
Perubahan perkembangan dari membran sel neuron
¯
Difusi ion kalium dan natrium
¯
Lepas muatan listrik
¯
Kejang
¯
Neurotran smiter

  1. Prognosis
Jika pengobatan tepat dan cepat prognosis baik
Resiko post kejang demam tergantung :
1)      Kriteria demam kejang sementara
2)      Kelaianan dalam perkembangan kelainan syaraf sebelum kejang demam
3)      Kejang berlangsung lama kejang lokal
  1. Gambaran klinis / gejala klinis
1)      Kriteria kejang demam sementara
-          Umur 6 bulan – 4 tahun
-          Lama kejang < 15 menit
-          Kejang bersifat umum
-          Kejang terjadi 16 jam setelah timbulnya demam
-          Tidak ada kelainan neorologis dan laboratoris
-          EEG normal 1 minggu setelah bangkitan kejang
-          Bangkitan kejang dalam 1 tahun tidak lebih dari 4 kali.
2)      Gambaran lainnya
-          Bertemperatur 38,90C – 40,60C
-          Menggigil
-          Berkeringat
-          Letargi
-          Nafsu makan menurun
-          Nadi an pernafasan cepat
-          petechie
  1. Diagnosis Kejang
Pengamatan kejang tergantung banyak faktor termasuk umum penderita, tipe dan frekuensi kejang dan ada atau tidaknya temuan neurologis.
Diagnosis kejang pemeriksaannya melalui :
1)      Anamnesis
2)      Pemeriksaan neurologis dalam batas normal
3)      Pemeriksaan laboratorium DL, k, Elektrolit erum, MG dalam batas normal
4)      Puntie lumbal dalam batas normal

Diagnosis banding
1)      Meningitis
2)      Enchephalitis
3)      Abses otrak
4)      Epilepsi
5)      Hidrosefalus
  1. Pelaksanaan
1)      Medik
1)      Memberantas kejang secepat mungkin
2)      Pengobatan penunjang
3)      Memberikan pengobatan rumah
4)      Mencari dan mengobati penyebab
2)      Terapeutik
1)      Antiseptik 10 mg/kg/dosis
2)      Diazepam 0,3 – 0,5 mg/kg/dosis IV pelan
3)      Kompres air dingin
3)      Suportif
1)      Bebaskan jalan nafas
2)      Pemberian O2
3)      Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit
4)      Monitoring tanda-tanda vital
4)      Bila wajah belum berhenti dapat diulang deng dosis yang sama setelah 20 menit
  1. Komplikasi
Demam kejang dapat menimbulkan :
1)      Kejang ulang
2)      Kerusakan otak
3)      Cedera (lidah tergigit)
4)      Dehidrasi
5)      Anoksi
Tindakan saat kejang
1)      Baringkan klien di tempat rata, kepala dimiringkan
2)      Pasang tounge spatel yang dibungkus kasa
3)      Singkirkan benda-benda di sekitar klien lepaskan pakaian yang mengganggu pernafasan
4)      Isap lendir, beri O2 4 lt/mnt
5)      Bila suhu meningkat, lakukan pengompresan
6)      Setelah klien sadar, diberi minum hangat
7)      Hubungi dokter / konsul tim medis
  1. Diagnosa pada demam kejang menurut teori
1)      Resiko terjadi kerusakan sel otak akibat kejang
2)      Suhu yang meningkat diatas normal
3)      Resiko terjadi bahaya (lidah tergigit)
4)      Gangguan rasa aman dan nyaman
5)      Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit
  1. Intervensi
1)      Baringkan di tempat yang rata, kepala dimiringkan untuk menghindari aspirasi
2)      Berikan kompres dingin secara intensif
3)      Berikan minum yang banyak
4)      Pasang sudip lidah saat klien kejang
5)      Buku baju klien untuk mengurangi rasa panas
6)      Berikan obat penurun panas
7)      Berikan O2

B.     Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Anak dengan Demam Kejang
1.      Pengumpulan Data : merupakan langkah awal untuk mendapatkan data dari keadaan Px melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, penunjang yang diklasifikasikan menjadi data subyektif dan obyektif.
1)      Data Subyektif : data yang didapatkan dari hasil anamnesa langsung dari klien, keluarga dan tim kesehatan lain yang mencakup semua keluhan klien terhadap masalah kesehatan.
a.       Biodata : nama, umur, suku bangsa, agama, alamat.
b.      Keluhan utama : keluhan yang dirasakan klien sekarang sehingga klien datang ke RS.
c.       Riwayat penyakit sekarang : merupakan penjelasan tentang kronologis keluhan yang membawa klien datang ke RS.
d.      Riwayat penyakit dahulu : apakah klien pernah menderita penyakit menular dan menahun dan apakah klien pernah kecelakaan atau jatuh dan mengalami benturan di kepalanya.
e.       Riwayat penyakit keluarga : anggota keluarga yang lain apa ada yang menderita penyakit seperti klien. Apa ada penyakit menular dan menahun dalam keluarga.
f.       Riwayat neonatal
Prenatal  :  Keadaan pada saat kehamilan, apakah ibu mengeluh, mual, muntah pada umur kehamilan triwulan pertama.
Natal       :  Apakah proses persalinannya secara abnormal dengan alat.
Postnatal :  Anak mendapat ASI atau tidak, mendapat susu formula atau tidak, mulai kapan mendapat MP-ASI.
g.      Riwayat imunisasi
Ditanyakan apakah klien mendapatkan imunisasi sudah lengkap, meliputi BCG, HB I, HB II, HB III, polio I, polio IV, campak, DPT.
h.      Pola kebiasaan sehari-hari
-     Pola nutrisi ada perubahan dalam hal porsi makan, menjadi lebih sedikit
-     Pola aktifitas ada perubahan, Px tidak aktif seperti saat tidak sakit
-     Pola istirahat ada perubahan, Px tidurnya sering terbangun karena keadaan lingkungan dan penyakitnya
-     Pola eliminasi ada perubahan dalam hal BAB tidak pernah, BAK frekuensi menurun.
-     Pola kebersihan diri ada perubahan, Px tidak pernah mandi, hanya diseko tidak pernah keramas, gosok gigi.
2)      Data Obyektif : Data diperoleh melalui pemeriksaan fisik yang terdiri dari infeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.
a.       Keadaan umum : baik atau lemah.
Kesadaran : composmentis, apatis, somnolen, sopor atau koma.
TB, BB, LILA.
b.      TTV  :  TD    : …… mmHg           Suhu : …… oC
                  Nadi  : …… x/menit          RR    : …… x/menit
c.       Pemeriksaan fisik
-    Kepala               :  bagaimana bentuknya, ada benjolan atau tidak, jenis rambutnya, warnanya, rontok atau tidak.
-    Muka                 :  Simetris atau tidak, oedema atau tidak, pucat atau tidak.
-    Mata                  :  simetris atau tidak, konjungtiva pucat atau tidak, sklera icterus atau tidak.
-    Hidung              :  simetris atau tidak, bersih atau ada sekret, pernafasan hidung ada atau tidak, polip ada atau tidak.
-    Mulut dan Gigi :  ada stomatitis atau tidak, caries ada atau tidak, mukosa bibir kering atau lembab.
-    Telinga              :  simetris atau tidak, ada cerumen atau tidak, apa ada kelainan bentuk.
-    Leher                 :  tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
-    Dada                 :  ada ronchi dan wheezing atau tidak.
-    Perut                  :  tegang atau lembek, nyeri tekan atau tidak, ada bekas luka operasi atau tidak.
-    Punggung          :  adakah kelainan bentuk tulang punggung.
-    Genetalia           :  bersih
-    Ekstrimitas        :  simetris
d.      Pertumbuhan dan perkembangan
Keadaan pertumbuhan dan perkembangan normal status gizi normal
2.      Identifikasi Diagnosa dan Masalah
Langkah kedua merupakan pengembangan mengenai masalah dan interpretasi data dasar ke dalam identifikasi yang spesifik mengenai masalah atau diagnosa. Beberapa masalah tidak dapat diidentifikasi sebagai diagnosa akan tetapi membutuhkan suatu rencana yang komprehensif untuk klien dari diagnosa yang telah ditetapkan dengan berfokus pada apa yang dikemukakan oleh klien secara individu. Diagnosa adalah hasil dari perumusan masalah yang merupakan keputusan yang ditetapkan oleh bidan. Adapun diagnosa masalah dan kebutuhan yang mungkin timbul pada klien kejang demam adalah :
Dx    :  An. "....." umur ......... dengan kejang demam
DS    :  Ibu mengatakan panas dan mengalami kejang 1 x di rumah
DO   :  -   KU lemah
-       Kesadaran composmentis
-       TTV  :  N      :  100 – 120 x/menit
                 S       :  > 38 oC
                 RR    :  20 – 30 x/menit
-       Badan panas
-       Akral teraba hangat
-       Bibir kering
-       Terpasang infus D5 ¼ NS di tangan kiri
Mx    :  Peningkatan suhu tubuh
DS    :  Ibu mengatakan badan anaknya panas
DO   :  -   KU lemah
-       TTV  :  N      :  100 – 120 x/menit
                 S       :  > 38 oC
                 RR    :  20 – 30 x/menit
-       Badan panas
-       Akral teraba panas
-       Bibir kering
3.      Antisipasi Masalah Potensial
Mengidentifikasi masalah dan diagnosa potensial lainnya berdasarkan rangkaian dan diagnosa yang ada. Merupakan antisipasi, pencegahan bila mungkin. Masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul dan bila tidak segera diatasi akan mengganggu keselamatan hidup klien, oleh karena itu masalah potensial harus segera dipersiapkan tindakan untuk mengantisipasi. Antisipasi masalah potensial pada pasien dengan kejang demam adalah terjadinya kejang ulang.
4.      Identifikasi Kebutuhan Segera
Merupakan langkah yang menggambarkan sifat kesinambungan dari proses penatalaksanaan bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja tapi juga pada saat bersama klien.
Data-data baru senantiasa dikumnpulkan dan dievaluasi. Berupa data yang memberikan indikasi adanya situasi yang gawat dimana bidan harus segera bertindak demi keselamatan pasien.
Adapun kebutuhan segera yang harus dilakukan adalah :
a.       Bila anak masih kejang segera hentikan kejang
b.      Menurunkan panas secepat mungkin
5.      Pengembangan Rencana
1.      Diagnosa  :  Anak dengan kejang demam
Tujuan    :  Setelah dilakukan asuhan kebidanan dalam waktu 6 jam diharapkan kondisi pasien membaik dengan kriteria hasil :
-       Keadaan umum baik
-       Kejang berhenti
-       Suhu    : 36,5 – 37,5 oC
-       Nadi    : 110 – 120 x/menit
-       RR      : 30 – 50 x/menit

Intervensi
1)      Lakukan pendekatan pada klien dan orang tua
                                                R / :     Kerjasama yang harmonis antara nakes dalam keluarga mempermudah dalam melakukan tindakan perawatan
2)      Observasi TTV (suhu, nadi, pernafasan)
                                                R / :     Parameter untuk mendeteksi dini infeksi
3)      Bantu pasien dalam posisi yang benar
                                                R / :     Mencegah aspirasi lambung
4)      Pasang sudip lidah yang telah dilapisi kasa
                                                R / :     Untuk mencegah cidera lidah tergigit
5)      Melakukan kolaborasi dengan tim medis
                                                R / :     Pemberian terapy yang dapat mempercepat proses penyembuhan
2.      Masalah  :  Peningkatan suhu tubuh
Tujuan     :  Setelah dilakukan asuhan kebidanan dalam waktu 6 jam diharapkan pasien tidak mengalami kejang ulang dengan kriteria hasil :
1)      Suhu pasien kembali normal 36,5 – 37,5 oC
2)      Kejang berhenti
Intervensi
1)      Anjurkan keluarga untuk melepaskan baju klien dan mengganti dengan yang tipis
                                                R / :     Dapat membantu penguapan
2)      Observasi suhu tubuh
                                                R / :     Parameter untuk mendeteksi terjadinya kejang
3)      Beri kompres dingin pada leher, ketiak, dada
                                                R / :     Membantu penguapan panas kulit
4)      Memberi antipiretik
                                                R / :     Mempercepat penurunan suhu tubuh
5)      Kolaborasi dengan tim medis
                                                R / :     Melalui pemberian terapi yang tepat diharapkan pengobatan akan berhasil
6.      Implementasi
Merupakan realisasi dari intervensi yang telah ditetapkan namun dalam kondisi tertentu implementasi dapat berubah disesuaikan dengan kondisi pasien.
7.      Evaluasi
Merupakan seperangkat tindakan yang digunakan untuk mengukur pelaksanaan berdasarkan tujuan dan kriteria. Dalam evaluasi menggunakan format SOAP.
S     :   Data yang didapat dari wawancara langsung.
O    :   Data yang didapat dari hasil pemeriksaan dan observasi.
A    :   Pernyataan yang terjadi atas data subyektif dan obyektif.
P     :   Perencanaan yang ditentukan sesuai dengan masalah.

BAB III
TINJAUAN KASUS


3.1    Pengkajian
3.1.1        Data Subyektif
Tanggal MRS                    : 19-6-2006        Jam 22.00 WIB
Tanggal pengkajian            : 20-6-2006        Jam 08.30 WIB
1.      Biodata
Nama                 :    An “N”
Umur                 :    7 Bulan
Jenis Kelamin    :    Perempuan
Agama               :    Islam
Suku/ Bangsa     :    Jawa
Pendidikan        :    -
Anak Ke            :    1
Alamat               :    Sedati
Nama                 :    Ny “S”
Umur                 :    27 tahun
Agama               :    Islam
Suku/ Bangsa     :    Jawa
Pendidikan        :    SMU
Pekerjaan           :    Swasta
Penghasilan        :    -
Alamat               :    Sedati
2.      Keluhan utama
Ibu mengatakan badan anaknya panas.
3.      Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan badan anaknya panas sejak tadi sore tanggal 19-06-2006 kemudian jam 21.30WIB tiba-tiba kejang 1x di rumah kemudian dibawa ke UGD RSI SITI HAJAR.
4.      Riwayat penyakit dahulu
Anak tidak pernah menderita penyakit seperti ini, sebelumnya hanya menderita penyakit panas dan batuk pilek biasa setelah dibawa ke dokter sembuh.
5.      Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan baik dalam keluarganya maupun suaminya tidak pernah ada yang menderita penyakit seperti yang diderita anaknya.

6.      Riwayat Neonatal
a.       Perinatal            :   Ibu px teratur periksa ke dokter spesialis kandungan sampai hamil 9 bulan mendapat suntikan TT 3x diberi vitamin dan tablet Fe.
b.      Natal                 :   Melahirkan pada usia kehamilan 9 bulan ditolong oleh dokter. Bayi lahir secara SC dengan indikasi bayi besar di RSI SITI HAJAR. BB lahir 4400 gram.
c.       Post Natal         :   Bayi mendapat ASI + PASI sampai sekarang. Mulai mendapat makanan tambahan
7.      Riwayat Imunisasi
Ć¾ BCG                        Ć¾ DPT                          o Campax
Ć¾ Polio 1, 2, 3, 4         o Hepatitis 1, 2, 3        o Lain-lain 
8.      Pola kebiasaan sehari-hari
a.       Nutrisi
Sebelum sakit      :  makan bubur 6 sendok/hari, minum ASI + PASI 4x 60 cc/hari.
Saat sakit             :  makan bubur tepung 4 sendok/hari, minum ASI + PASI 4x 60 cc/hari.
b.      Pola Istirahat
Sebelum sakit      :  pasien tidur + 18 jam.
Saat sakit             :  pasien tidur + sering terbangun.
c.       Pola Eliminasi
Sebelum sakit      :  BAB 2x/hari, warna kuning, konsistensi lembek, bau khas.
BAK 7x/hari, warna kuning jernih.
Saat sakit             :  BAB 1x/hari, warna kuning, konsistensi lembek, bau khas.
BAK 7x/hari, warna kuning jernih.

d.      Pola Personal Hygiene
Sebelum sakit      :  mandi 2x/hari, ganti pakaian setiap kali mandi dan basah.
Saat sakit             :  diseka 1x/hari, ganti pakaian setiap kali basah / kotor.
9.      Riwayat Psikososial
-          Ibu mengatakan khawatir dengan kondisi anaknya.
3.1.2        Data Obyektif
1.      Kesadaran               : Composmetis
Keadaan umum       : Lemah
2.      TTV     :      N         : 120 x/menit
                                             S          : 39,8 oC
                                             RR      :    24 x/menit
3.      Pemeriksaan fisik
a.       Inspeksi
Kepala                        :   rambut tipis, kulit kepala bersih, rambut lurus, hitam.
Muka                          :   simetris, tidak oedem, tidak pucat.
Mata                           :   simetris, tidak ada sekret, conjungtiva merah muda, sklera putih.
Hidung                       :   bersih, tidak ada sekret, tidak ada polip, tidak ada pernafasan cuping hidung.
Mulut                          :   bibir kering, tidak stomatitis, mulut bersih.
Telinga                        :   simetris, tidak serumen, daun telinga bersih.
Leher                          :   tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembendungan vena jugularis.
Dada                           :   simetris, tidak ada penarikan interkosta.
Axila                           :   tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Abdomen                   :   simetris, tidak ada nyeri tekan.
Ekstremitas atas         :   simetris, tidak oedem, terpasang infus D5 ¼ S ditangan kiri.
Ekstremitas bawah     :   simetris, tidak oedem, tidak ada kelainan.
Genetalia                    :   jenis kelamin perempuan, bersih, labia mayor menutupi labia minor. 
Anus                           :   bersih, tidak iritasi.
b.      Palpasi
Leher                          :   tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembendungan vena jugularis.
Axila                           :   tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
c.       Auskultasi
Dada                           :   Ronchi dan Wheezing tidak ada.
d.      Perkusi
Perut                           :   tidak kembung
4.      Pertumbuhan dan Perkembangan
-          Pertumbuhan
-          BB      : 8 kg
-          TB      : 60 cm
-          Perkembangan
-          Mengangkat kepala             :  12 mg
-          Memegang sesuatu             :  16 minggu
-          Mengoceh                           :  6 bulan
-          Merangkak                          :  7 bulan
-          Duduk                                 :  7 bulan

5.      Pemeriksaan Penunjang
WBC         :    21,9          H 103/mm3         (3,5 – 10,0)
RBC          :    4,50          106/mm3                 (3,80 – 5,80)
HGB          :    12,7          g/dl                    (11,0 – 16,5)
HCT           :    34,7          L %                   (35,0 – 50,0)
PLT            :    266           103/mm3             (150 – 390)
PCT           :    218           %                       (100 – 500)
MCV         :    77             Lu m3                      (80 – 97)
MCH         :    28,2          pq                      (26,5 – 33,5)
MCHC       :    36,6          Hg/dl                 (31,5 – 35,0)
RDW         :    13,2          %                       (10,0 – 5,0)
MPV          :    8.2            N m3                  (6,5 – 11,0)
PDW          :    12,2          %                       (10,0 – 18,0)
DIFF
% LYM     :    29,3          %                       (17,0 – 48,0)
% MON     :    2,3            L %                   (4,0 – 10,0)
% GRA      :    68,4          %                       (43,0 – 76,0)
# LYM       :    6,4            H 103/mm3           (1,2 – 3,2)
# MON      :    0,5            103/mm3                 (0,3 – 0,8)
# GRA       :    15,0          H 103/mm3           (1,2 – 6,8)
6.      Terapi dokter jaga
-          Infus D5 ¼ S 800 cc/24 jam
-          R kes 3x 250 inj IV
-          Sanmol 85 mg
-          Novalgin 1/6  3x1
-          Luminal 1/6
-          Inj antrain 3x ¼ amp

3.2    Identifikasi Diagnosa Masalah dan Kebutuhan
Diagnosa      :  By “N” umur 7 bulan dengan kejang demam.
Ds                 :  Ibu mengatakan badan anaknya panas dan mengalami kejang 1x pada waktu di rumah.
Do                :  -     Keadaan umum lemah
-          TTV     :    N         : 120 x/menit
                       S          : 39,8 oC
                       RR       : 24 x/menit
-          Badan panas
-          Akrat teraba hangat
-          Bibir kering
-          Terpasang infus D5 ¼ s di tangan kiri

Mx                :  Peningkatan suhu tubuh.
Ds                 :  Ibu mengatakan bahwa anaknya panas sejak tadi malam.
Do                :  -     Keadaan umum lemah
-          TTV     :    N         : 120 x/menit
                       S          : 39,8 oC
                       RR       : 24 x/
-          Akral teraba panas
-          Bibir kering

Mx                :  Cemas
Ds                 :  Ibu mengatakan khawatir dengan keadaan anaknya.
Do                :  -     Keluarga tampak gelisah
-      Keluarga sering bertanya tentang keadaan anaknya.

3.3    Antisipasi Masalah Potensial
Potensial terjadi
-          Kejang ulang

3.4    Identifikasi Kebutuhan Segera
Menurunkan panas secepat mungkin

3.5    Intervensi
Dx                :    By “N” umur 7 bulan dengan kejang demam.
Tujuan          :    Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 1x 24 jam diharapkan keadaan Dx membaik.
Kriteria         :    -    Keadaan umum baik
-       Panas turun, suhu (36,5 – 37,5)
-       Bibir tidak kering
-       Akral hangat
Intervensi
1.      Lakukan pendekatan pada orang tua dan px.
R/ Menjalin kerjasama dan saling percaya.
2.      Jelaskan pada keluarga tentang kondisi mereka.
R/ Agar keluarga mengerti tentang kondisi px sehingga lebih kooperatif.
3.      Beri kompres dingin.
R/ Kompres dapat membantu menurunkan panas.
4.      Anjurkan orang tua untuk mengganti pakaian anaknya dengan pakaian yang tipis dan menyerap keringat.
R/ mempermudah penguapan dan penyerapan keringat
5.      Sediakan tong spatel di meja px.
R/ Antisipasi menghindari cedera pada lidah jika terjadi kejang ulang.
6.      Observasi TTV tiap 4 jam.
R/ Untuk mengetahui keadaan umum.
7.      Anjurkan pada ibu untuk memberi anaknya ekstra minum.
R/ Perbaikan hidrasi akibat suhu yang meningkat.
8.      Melanjutkan terapi sesuai advis dokter.
R/ Terapi yang tepat dapat mempercepat kesembuhan.

Mx                :    Peningkatan suhu tubuh
Tujuan          :    setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 1x 24 jam diharapkan suhu tubuh px turun.
Kriteria         :    -    Keadaan umum baik.
-       Suhu tubuh ( 36,5 – 37,5 oC)
-       Bibir tidak kering
-       Akral hangat
Intervensi
1.      Beri kompres dingin.
R/ Kompres dapat membantu menurunkan panas.
2.      Anjurkan orang tua untuk mengganti pakaian anaknya dengan pakaian yang tipis dan menyerap keringat.
R/ Mempermudah penguapan dan penyerapan keringat
3.      Anjurkan pada ibu untuk memberi anaknya ekstra minum.
R/ Perbaikan hidrasi akibat suhu yang meningkat.
4.      Anjurkan pada ibu untuk memberi anaknya ekstra minum.
R/ Perbaikan hidrasi akibat suhu yang meningkat.
5.      Anjurkan pada ibu untuk memberi anaknya ekstra minum.
R/ Perbaikan hidrasi akibat suhu yang meningkat.

Mx                :    Cemas
Tujuan          :    Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 1x 15 menit orang tua tidak cemas lagi.
Kriteria         :    -   Orang tua tampak tenang.
-       Orang tua tidak banyak bertanya lagi
-       Orang tua mau melaksanakan anjuran dari petugas.
Intervensi
1.      Jelaskan tentang keadaan px pada keluarga.
R/ Dengan mengetahui keadaan anaknya orang tua dapat tenang dan dapat kooperatif.
2.      Anjurkan ibu untuk berdo’a dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
R/  Dengan berdo’a dan mendekatkan diri kepada Tuhan dapat mengurangi kecemasan.

3.6    Implementasi
Dx  :  An “N” umur 7 bulan dengan kejang demam.
1.      Jam
Melakukan pendekatan pada px dan orang tua secara terapiotik.
2.      Jam
Menjelaskan pada keluarga tantang kondisi px saat ini yang masih lemah.
3.      Jam    
Memberikan kompres dingin pada ketiak, leher dan kening dan menggantinya jika sudah terasa hangat.
4.      Jam
Menyiapkan tong spatel di meja pasien.
5.      Jam
Menganjurkan dan memotivasi keluarga untuk memberikan anaknya ekstra minum.
6.      Jam
Menganjurkan orang tua untuk mengganti pakaian anaknya dengan pakaian yang tipis dan menyerap keringat.
7.      Mengobservasi TTV setiap 4 jam.
N     : 120 x/menit
S      : 37,8 oC
RR   : 24 x/
8.      Jam
Melanjutkan terapi sesuai advis dokter.
-          Infus D5 ¼ Ns 15 tts
-          Injeksi Ricef 3x 250 mg IV
-          Injeksi Antrain 3x ¼ ampl IV
-          Sanmol 3x1 peroral
-          Tripanzim 3x1 peroral
Mx                :    peningkatan suhu tubuh
Implementasi
1.      Memberikan kompres dingin pada ketiak, leher dan kening.
2.      Menganjurkan orang tua untuk mengganti pakaian anaknya dengan pakaian yang tipis dan menyerap keringat.
3.      Menganjurkan dan memotivasi keluarga untuk memberikan anaknya ekstra minum.
4.      Mengobservasi TTV setiap 4 jam.
N     : 120 x/menit
S      : 37,8 oC
RR   : 24 x/
5.      Melanjutkan terapi sesuai advis dokter.
-          Infus D5 ¼ Ns 15 tts
-          Injeksi Ricef 3x 250 mg IV

Mx   :  cemas
1.      Menjelaskan pada orang tua tentang keadaan anaknya yang masih lemah.
2.      Menganjurkan orang tua untuk berdo’a dan mendekatkan diri pada Tuhan.

3.7    Evaluasi
Dx                :    An “N” umur 7 bulan dengan kejang demam.
S                   :    Ibu mengatakan anaknya masih terasa hangat.
O                  :    -    Keadaan umum lemah
-       TTV     :    N         : 120 x/menit
                       S          : 37 oC
                       RR       : 24 x/
-          Akral dingin
-          Bibir tidak kering
A                  :    Masalah teratasi sebagian.
P                   :    Intervensi dilanjutkan
Melanjutkan terapi sesuai advis dokter.
-          D5 ¼ S 800 cc/24 jam
-          Rycef 3x 250 inj IV
-          Trypanzym 3x1 peroral
Mx                :    peningkatan suhu tubuh.
 S                  :    Ibu mengatakan badan anaknya tidak panas lagi.
O                  :    -    Keadaan umum lemah
-       TTV     :    N         : 120 x/menit
                       S          : 37 oC
                       RR       : 24 x/
-          Akral dingin
-          Bibir tidak kering
A                  :    Masalah teratasi.
P                   :    Interatasi dihentikan.

Mx                :    Cemas
S                   :    Ibu mengatakan tenang melihat keadaan anaknya sekarang.
O                  :    -    Ibu sudah tidak gelisah lagi.
-       Ibu sudah tidak banyak bertanya lagi.
-       Ibu melakukan semua anjuran petugas.
A                  :    Masalah teratasi.
P                   :    Intervensi dihentikan.

HE                :
-          Minum obat tepat waktu.
-          Menyediakan obat penurun panas di rumah.
-          Jika anak panas segera beri obat panas dan kompres, ganti pakaian anak dengan pakaian yang tipis dan menyerap keringat.
-          Jika anak panas beri ekstra minum.
-          Sediakan tong stapel di rumah, jika tidak ada bisa menggunakan sendok yang dibalut dengan kasa atau kain bersih untuk mengantisipasi agar tidak terjadi cedera pada lidah jika terjadi kejang ulang di rumah.

BAB IV
PENUTUP


4.1 Kesimpulan
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak, terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3% dari anak yang berumur dibawah 5 tahun pernah menderita kejang demam. Kejang demam bisa disebabkan oleh proses ekstra kronium seperti ISPA, OMA, Sinusitis, bronkiolitis, pneumonia, faringitis, gasbroenteritis, infeksi saluran kemih dan sebagainya.
Faktor resiko kejang demam pertama yang penting adalah demam. Selain itu terdapat faktor riwayat kejang pada orang tua atau saudara kandung, perkembangan terlambat, problem pada masa neonatus, anak dalam perawatan khusus dan kadar natrium rendah.
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya baik dan tidak perlu mengakibatkan kematian.

4.2 Saran
-          Bagi lahan praktek
Hendaknya meningkatkan mutu demi kepuasan pasien.
-          Bagi industri
Hendaknya meningkatkan mutu pembelajaran dengan didukung pengajar yang profesional, sehingga tercipta mahasiswa-mahasiswa yang terampil.
-          Bagi pembaca
Semoga dengan adanya asuhan kebidanan ini dapat menambah wawasan dan meningkatkan pengetahuan IPTEK.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar