Blogger Widgets ADE COPA GABANA PARFUM PARIS MODE: LAPORAN PENDAHULUAN asuhan keperawatan KLIEN DENGAN Penyakit Paru Obstruktif kronik

Senin, 04 Juni 2012

LAPORAN PENDAHULUAN asuhan keperawatan KLIEN DENGAN Penyakit Paru Obstruktif kronik


LAPORAN PENDAHULUAN
ASuhan KEPerawatan KLIEN DENGAN
Penyakit Paru Obstruktif kronik
  

1.         Pengertian
a.         PPOK Merujuk pada sejumlah gangguan yang mempengaruhi pergerakan udara dari dan keluar Paru. Gangguan yang penting adalah Bronkhitis Obstruktif, Emphysema dan Asthma Bronkiale. (Black. J. M. & Matassarin,.E. J. 1993).

b.         Suatu kondisi dimana aliran udara pada paru tersumbat secara terus menerus. Proses penyakit ini adalah seringkali kombinasi dari 2 atau 3 kondisi berikut ini (Bronkhitis Obstruktif Kronis, Emphysema dan Asthma Bronkiale) dengan suatu penyebab primer dan yang lain adalah komplikasi dari penyakit primer.(Enggram, B. 1996).

Bronkhitis Kronis
Gangguan klinis yang ditandai dengan pembentukan mucus yang berlebihan dalam bronkus dan termanifestasikan dalam bentuk batuk kronis dan pembentuk sputum selama 3 bulan dalam setahun, paling sedikit 2 tahun berturut – turut.

Emphysema
Perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding alveolus, duktus alveolaris dan destruksi dinding alveolar

Asthma Bronkiale
Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat dari trachea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran bernafas yang disebabkan oleh peyempitan yang menyeluruh dari saluran nafas.

Asthma dibedakan menjadi 2  :
1.         Asthma Bronkiale Alergenik
2.         Asthma Bronkiale Non Alergenik

Asthma tidak dibahas disini karena gejala dan tanda lebih spesifik dan ada pembahasan khusus mengenai penyakit asma

2.         PATOGENESIS PPOK


Patofisiologi Bronkhitis Kronis dan Emphysema


3.         Penyebab PPOK
a.         Bronkitis Kronis
1)        Faktor tak diketahui
2)        Merokok
3)        Polusi Udara
4)        Iklim

b.         Emphysema
1)        Faktor tak diketahui
2)        Predisposisi genetic
3)        Merokok
4)        Polusi udara

c.         Asthma Bronkiale
Faktor Prediasposisi nya adalah :
1.         Alergen (debu, bulu binatang, kulit dll)
2.         Infeksi saluran nafas
3.         Stress
4.         Olahraga (kegiatan jasmani berat )
5.         obat-obatan
6.         Polusi udara
7.         lingkungan kerja
8.         Lain-lain, (iklim, bumbu masak, bahan pengawet dll)

4.         Gambaran Klinis
a.         Asthma Bronkiale
Selama serangan klien mengalami dispnea dan tanda kesulitan bernafas. Permulaan tanda serangan terdapat sensasi kontriksi dada (dada terasa berat), Whezing, batuk non produktif, takhi kardi dan takipnea.

b.         Manifestasi klinis Emphysema dan bronkhitis kronis
Gambaran
Emphysema
Bronkhitis
Mulai timbul
Usia 30 – 40 tahun
20 – 30 tahun batuk akibat merokok (cacat pada usia pertengahan)
Sputum
Minimal
Banyak sekali
Dispne
Dispnea relatif dini
Lambat
Rasio V/Q
Ketidakseimbangan minimal
Ketidakseimbangan nyata
Bnetuk Tubuh
Kurus dan ramping
Gizi cukup
Diameter AP dada
Dada seperti tong
Tidak membesar
Gambaran respirasi
Hyperventilasi
hypoventilasi
Volume Paru
FEV 1 rendah
TLC dan RV meningkat
FEV 1 rendah
TLC normal RV meningkat moderat
Pa O2
Sa O 2
Norml/rendah
normal
Meningkat
Desaturasi
Polisitemia
normal
Hb dan Hematokrit meningkat
Sianosis
Jarang
sering

Managemen Medis
Intervensi medis bertujuan untuk :
1)        Memelihara kepatenan jalan nafas dengan menurunkan spasme bronkus dan membersihkan secret yang berlebihan
2)        Memelihara keefektifan pertukaran gas
3)        Mencegah dan mengobati infeksi saluran pernafasan
4)        Meningkatkan toleransi latihan.
5)        Mencegah adanya komplikasi (gagal nafas akut dan status asmatikus)
6)        Mencegah allergen/iritasi jalan nafas
7)        Membebaskan adanya ansietas dan mengobati depresi yang sering menyertai adanya obstruksi jalan nafas kronis.

Managemen medis yang diberikan berupa
1)        Pharmacologic management
a)         Anti inflamasi ( kortikosteroid, sodium kromolin dll)
b)        Bronkodilator
Adrenergik                           : efedrin, epineprin, beta adrenergik agonis selektif
Non adrenergik        : aminophilin, tefilin
c)         Antihistamin
d)        Steroid
e)         Antibiotic
f)         Ekspektoran
Oksigen digunakan 3 l/m dengan cannula nasal.
2)        Hygiene Paru.
Bertujuan untuk membersihkan sekret dari paru-paru dan kemudian meningkatkan kerja silia dan menurunkan resiko infeksi.
Dilaksanakan dengan nebulizer, fisioterapi dada, postural drainase
3)        Exercise
Bertujuan untuk mempertinggi kebugaran dan melatih fungsi otot skeletal agar lebih efektif.
Dilaksanakan dengan jalan sehat.
4)        Menghindari bahan iritans
Penyebab iritans jalan nafas harus dihindari seperti asap rokok dan perlu juga mencegah adanya alergen yang masuk tubuh.
5)        Diet
Klien sering mengalami kesulitan makan karena adanya dipsnea. Pemberian porsi yang kecil namun sering lebih baik daripada makan langsung banyak.

Management Keperawatan
Pengkajian :
1.         Riwayat atau faktor penunjang :
-            Merokok merupakan faktor penyebab utama.
-            Tinggal atau bekerja di area dengan polusi udara berat.
-            Riwayat alergi pada keluarga
-            Riwayat Asthma pada anak-anak.

2.         Riwayat atau adanya faktor pencetus eksaserbasi :
-            Alergen.
-            Stress emosional.
-            Aktivitas fisik yang berlebihan.
-            Polusi udara.
-            Infeksi saluran nafas.

3.         Pemeriksaan fisik :
a.         Manifestasi klinik Penyakit Paru Obstruktif Kronik :
·           Peningkatan dispnea.
·           Penggunaan otot-otot aksesori pernafasan (retraksi otot-otot abdominal, mengangkat bahu saat inspirasi, nafas cuping hidung).
·           Penurunan bunyi nafas.
·           Takipnea.
b.         Gejala yang menetap pada penyakit dasar
Ø  Asthma
v  Batuk (mungkin produktif atau non produktif), dan perasaan dada seperti terikat.
v  Mengi saat inspirasi maupun ekspirasi yang dapat terdengar tanpa stetoskop.
v  Pernafasan cuping hidung.
v  Ketakutan dan diaforesis.

Ø  Bronkhitis
v  Batuk produktif dengan sputum berwarna putih keabu-abuan, yang biasanya terjadi pada pagi hari.
v  Inspirasi ronkhi kasar dan whezzing.
v  Sesak nafas

Ø  Bronkhitis (tahap lanjut)
v  Penampilan sianosis
v  Pembengkakan umum atau “blue bloaters” (disebabkan oleh edema asistemik yang terjadi sebagai akibat dari kor pulmunal).

Ø  Emphysema
v  Penampilan fisik kurus dengan dada “barrel chest” (diameter thoraks anterior posterior meningkat sebagai akibat hiperinflasi paru-paru).
v  Fase ekspirasi memanjang.

Ø  Emphysema (tahap lanjut)
v  Hipoksemia dan hiperkapnia.
v  Penampilan sebagai “pink puffers”
v  Jari-jari tabuh.

4.         Pemeriksaan diagnostik
§   Test faal paru
1)        Kapasitas inspirasi menurun
2)        Volume residu : meningkat pada emphysema, bronkhitis dan asthma
3)        FEV1 selalu menurun = derajat obstruksi progresif Penyakit Paru Obstruktif Kronik
4)        FVC awal normal ® menurun pada bronchitis dan astma.
5)        TLC normal sampai meningkat sedang (predominan pada emphysema).

§   Transfer gas (kapasitas difusi).
Pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik Transfer gas relatif baik.
Pada emphysema : area permukaan gas menurun.
¯
Transfer gas (kapasitas difusi).menurun

§   Darah :
Hb dan Hematokrit meningkat pada polisitemia sekunder.
Jumlah darah merah meningkat
Eo dan total IgE serum meningkat.
Analisa Gas Darah ® gagal nafas kronis.
Pulse oksimetri ® SaO2 oksigenasi menurun.
Elektrolit menurun oleh karena pemakaian deuritika pada cor pulmunale.

§   Analisa Gas Darah
PaO2 menurun, PCO2 meningkat, sering menurun pada astma. PH normal asidosis, alkalosis respiratorik ringan sekunder.

§   Sputum :
Pemeriksaan gram     kuman/kultur adanya infeksi campuran.
Kuman patogen >> :
Streptococcus pneumoniae.
Hemophylus influenzae.
Moraxella catarrhalis.

§   Radiologi :
Thorax foto (AP dan lateral).
Hiperinflasi paru-paru, pembesaran jantung dan bendungan area paru-paru.

Pada emphysema paru :
Ø  Distensi >
Ø  Diafragma letak rendah dan mendatar.
Ø  Ruang udara retrosternal > (foto lateral).
Ø  Jantung tampak memanjang dan menyempit.
§   Bronkogram : menunjukkan dilatasi bronkus, kolap bronkhiale pada ekspirasi kuat.

§   EKG.
Kelainan EKG yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah terdapat Kor Pulmonal terdapat deviasi aksis ke kanan dan P- pulmonal pada hantaran II, III dan aVF. Voltase QRS rendah. Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan di V6 V1 rasio R/S kurang dari 1. Sering terdapat RBBB inkomplet.

5.         Lain-lain perlu dikaji Berat badan, rata-rata intake cairan dan diet harian.

Aktivitas dan Istirahat

Gejala
Keletihan, kelelahan, malaise

Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit bernafas. Perlu tidur dalam posisi duduk cukup tingi. Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
Tanda
Kelelahan, gelisah, insomnia, kelemahan umum/kehilangan masa otot
Sirkulasi

Gejala
Pembengkakan pada ekstremitas bawah
Tanda
Peningkatan tekanan darah. Peningkatan frekuensi jantung
Distensi vena leher, sianosis perifer
Integritas ego

Gejala/tanda
Ansietas, ketakutan dan peka rangsang
Makanan/cairan

Gejala
Mual/muntah, Nafsu makan menurun, ketidakmampuan makan karena distress pernafasan
Penurunanan BB menetap (empisema) dan peningkatan BB karena edema (Bronkitis)
Tanda
Turgor kulit buruk, edema, berkeringat, penurunan BB, penurunan massa otot
Hygiene

Gejala
Penurunan Kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas tubuh
Tanda
Kebersihan buruk, bau badan
Pernafasan

Gejala
Nafas pendek, khususnya pada saat kerja, cuaca atau episode serangan asthma, rasa dada tertekan/ketidakmampuan untuk bernafas. Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama 3 bulan berturut-turut selam 3 tahun sedikitnya 2 tahun. Sputum hijau, putih, kuning dengan jumlah banyak (bronchitis)
Episode batuk hilang timbul dan tidak produktif (empisema),
Riwayat Pneumonia, riwayat keluarga defisiensi alfa antitripsin
Tanda
Respirasi cepat dangkal, biasa melambat, fas ekspirasi memanjang dengan mendengkur, nafas bibir (empisema)
Pengguanaan otot Bantu pernafasan, Dada barell chest, gerakan diafragma minimal. Bunyi nafas, Ronki, wheezing, redup
Perkusi hypersonor pada area paru (udara terjebak, dan dapat juga redup/pekak karena adanya cairan).
Kesulitan bicara 94 – 5 kalimat 0
Sianosis bibir dan dasar kuku, jari tabuh.
Seksualitas
Libido menurun
Interaksi sosial

Gejala
Hubungan ketergantungan, kurang sisitem pendukung
tanda
Keterbatasan mobilitas fisik
Kelalaian hubungan antar keluarga

Diagnosa keperawatan
1.         Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pembatasan jalan nafas, kelelahan otot pernafasan, peningkatan produksi mukus atau spasme bronkus.
2.         Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan batuk, peningkatan produksi mukus/peningkatan sekresi lendir
3.         Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakadekuatan intake nutrisi sekunder terhadap peningkatan kerja pernafasan atau kesulitan masukan oral sekunder dari anoreksia.
4.         Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
5.         Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adequatnya immunitas tubuh
6.         Kurang pengetahuan berhu bungan dengankurang informasi

Perencanaan
Perencanaan meliputi penyusunan prioritas, tujuan dan kriteria hasil dari masing-masing masalah yang ditemukan.

Tujuan Penatalaksanaan
·           Mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup.
·           Pemeliharaan fungsi paru yang optimal dalam waktu singkat dan panjang.
·           Pencegahan dan penanganan eksaserbasi.
·           Mengurangi perburukan fungsi paru setiap tahunnya.

Kriteria Keberhasilan :
·           Berkurangnya gejala sesak nafas.
·           Berkurangnya frekuensi dan lamanya eksaserbasi.
·           Membaiknya faal paru.
·           Menurunnya gejala psikologik (depresi, kecemasan).
·           Memperbaiki kualitas hidup.
·           Dapat melakukan aktifitas sehari-hari.

Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Rencana tindakan
Rasional
1.         Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pembatasan jalan nafas, kelelahan otot pernafasan, peningkatan produksi mukus atau spasme bronkus.
Klien mampu menunjukkan perbaikan oksigenasi.
Kriteria hasil
1.         Gas arteri dalam batas normal
2.         Warna kulit perifer membaik (tidak cianosis)
3.         RR : 12 – 24 x /menit
4.         Bunyi nafas bersih
5.         Batuk (-)
6.         Ketidaknyamanan dada (–)
7.         Nadi 60 – 100 x/menit
8.         Dyspnea (–)
1.         Observasi status pernafasan, hasil gas darah arteri, nadi dan nilai oksimetri
2.         Awasi perkembangan membran mukosa / kulit (warna)
3.         Observasi tanda vital dan status kesdaran.

4.         Evaluasi toleransi aktivitas dan batasi aktivitas klien
5.         Berikan oksigenasi yang telah dilembabkan
6.         Pertahankan posisi fowler dengan tangan abduksi dan disokong dengan bantal atau duduk condong ke depan dengan ditahan meja.
7.         Kolaborasi untuk
a.         Berikan obat yang telah diresepkan
b.         Berikan obat depresan saraf dengan hati-hati (sedatif/narkotik).



1.         Memantau perkembangan kegawatan pernafasan
2.         Gangguan Oksigenasi perifer tampak cianosis
3.         Menentukan status pernafasan dan kesadaran
4.         Mengurangi penggunaan energi berlebihan yang membutuhkan banyak Okigen
5.         Memenuhi kebutuhan oksiegen
6.         Meningkatkan kebebasan suplay oksiegn
7.         Obat depresan akan mendepresi system pernafasan dan menyebabkan gagal nafas
2.         Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan batuk, peningkatan produksi mukus/peningkatan sekresi lendir
Klien dapat mening-katkan bersihan jalan nafas
Kriteria hasil
1.         Mampu mendemonstrasikan batuk terkontrol
2.         Intake cairan adekuat
1.         Kaji kemampuan klien untuk memobilisasi sekresi, jika tidak mampu :
a.         Ajarkan metode batuk terkontrol
b.         Gunakan suction (jika perlu untuk mengeluarkan sekret)
c.         Lakukan fisioterapi dada
2.         Secara rutin tiap 8 jam lakukan auskultasi dada untuk mengetahui kualitas suara nafas dan kemajuannya.
3.         Berikan obat sesuai dengan resep; mukolitik, ekspektorans
4.         Anjurkan minum kurang lebih 2 liter per hari bila tidak ada kontra indikasi
5.         Anjurkan klien mencegah infeksi / stressor
a.         Cegah ruangan yang ramai pengunjung atau kontak dengan individu yang menderita influenza
b.         Mencegah iritasi : asap rokok
c.         Imunisasi : vaksinasi Influensa.


1.         Memantau tingkat kepatenan jalan nafas dan meningkatkan kemampuan klien merawat diri / membersihkan/membebaskan jalan nafas

2.         Memantau kemajuan bersihan jalan nafas

3.         Mengencerkan secret agar mudah dikeluarkan
4.         mengencerkan sekert

5.         Menghindarkan bahan iritan yang menyebabkan kerusakan jalan nafas
3.         Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakadekuatan intake nutrisi sekunder terhadap peningkatan kerja pernafasan, kesulitan masukan oral sekunder dari anoreksia
Klien akan menunjukkan kemajuan/peningkatan status nutrisi
Kriteria hasil
a.         Klien tidak mengalami kehilangan BB lebih lanjut
b.         Masukan makanan dan cairan meningkat
c.         Urine tidak pekat
d.        Output urine meningkat.
e.         Membran mukosa lembab
f.          Kulit tidak kering
g.         Tonus otot membaik
1.         Kaji kebiasaan diit. Catat derajat kesulitan makan/masukan. Evaluasi BB



2.         Berikan perawaatan oral



3.         Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbont
4.         Sajikan menu dalam keadaan hangat



5.         Anjurkan makan sedikit tapi sering

6.         Kolaborasi tim nutrisi untuk menentukan diit
1.         Pasien distress pernafasan sering anoreksia. Dan juga sering mempunyai pola makan yang buruk. Sehingga cenderung Bb menurun
2.         kebersihan oral menhilangkan bakteri penumbuh bau mulut dan eningkatkan rangsangan /nafsu makan
3.         menimbulkan distensi abdomen dan meningkatkan dispnea
4.         Menu hangat mempenga-ruhi relaksasi spingkter / saluran pencrnaan shg respon mual/muntah berkurang
5.         menegah perut penuh dan menurunkan resiko mual
6.         Menentukan diit yang tepat sesuai perhitungan ahli gizi


4.         Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
Tujuan : rasa cemas berkurang/hilang.
Kriteria Hasil :
1.         Klien mengungkapkan bahwa ia tidak cemas.
2.         Ekspresi wajah rileks.
3.         RR : 12 – 24 X / menit.
4.         N : 60 - 100 X / menit
1.         Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.



2.         Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.
3.         Lakukan pendekatan kepada klien dengan tenang dan meyakinkan dan hindari pemberian informasi atau instruksi yang bertele-tele dan terus menerus.
4.         Berikan penjelasan yang sederhana dan singkat tentang tujuan intervensi dan pemeriksaan diagnostik serta anjurkan kepada klien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan.



5.         Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.
6.         Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara bergantian.

7.         Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.
1.         Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami pasien sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang cepat dan tepat.
2.         Dapat meringankan beban pikiran pasien.
3.         Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien sehingga pasien kooperatif dalam tindakan keperawatan.
4.         Penjelasan yang sederhana dan singkat tentang tujuan intervensi dan pemeriksaan diagnostik serta anjurkan kepada klien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan dapat mengurangi beban pikiran pasien.
5.         Sikap positif dari tim kesehatan akan membantu menurunkan kecemasan yang dirasakan pasien.
6.         Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga yang menunggu.
7.         Lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu mengurangi rasa cemas pasien.

daftar pustaka

Alsagaff Hood, Abdul Mukty, (1995). Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya.

Amin muhammad, Hood Alsagaff. (1989). Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya.

Blac,MJ Jacob. (1993). l.uckman & Sorensen’s Medical surgical Nursing A Phsycopsicologyc Approach. W.B. Saunders Company. Philapidelpia.

Barbara Engram. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1. Penerbit EGC. Jakarta.

Marylin E doengoes. (2000). Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk Perencnaan /pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC.Jakarta.

Soeparman, Sarwono Waspadji. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Sylvia Anderson Price, Lorraine McCarty Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit. EGC. Jakarta.

Yunus Faisal. (1992). Pulmonologi Klinik. Bagian Pulmonologi FKUI. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar