ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
PADA
PASIEN DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE
A.
PENGERTIAN
DHF
adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh
melalui gigitan nyamuk spesies aides. Penyakit ini sering menyerang anak,
remaja, dan dewasa yang ditandai dengan demam, nyeri otot dan sendi. Demam
Berdarah Dengue sering disebut pula Dengue Haemoragic Fever ( DHF ).
B.
PATOFISIOLOGI
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan
mengalami keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual,
nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan
kelainan yang mungkin muncul pada system retikuloendotelial seperti pembesaran
kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena
kongesti pembuluh darah dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit
dan membedakan DF dan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler
karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi
system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini
berakibat berkurangnya volume plama, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi,
hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler ibuktikan
dengan ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum,
pleura dan perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat
kehilangan plasma, bila tidak segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan,
asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan
hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi
trombosit dan kelainan fungsi trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses
imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah.
Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang
fungsinya memang tebukti terganggu oleh aktifasi system koagulasi. Masalah
terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada pasien dengan perdarahan
hebat.
C.
KLASIFIKASI DHF
WHO,
1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan,
yaitu :
Derajat
I
Demam
disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji
tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
Derajat
II
Sama
dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti
petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
Derajat
III
Ditandai
oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (
>120x/mnt ) tekanan nadi sempit ( £ 120 mmHg ), tekanan darah menurun, ( 120/80 ® 120/100 ® 120/110 ® 90/70 ® 80/70 ® 80/0 ® 0/0 )
Derajat
IV
Nadi
tidak teaba, tekanan darah tidak teatur ( denyut jantung ³ 140x/mnt )
anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
D.
TANDA DAN GEJALA
Selain
tanda dan gejala yang ditampilkan berdasarkan derajat penyakitnya, tanda
dangejala lain adalah :
-
Hati membesar, nyeri spontan yang
diperkuat dengan reaksi perabaan.
-
Asites
-
Cairan dalam rongga pleura ( kanan )
-
Ensephalopati : kejang, gelisah, sopor
koma.
E.
PEMERIKSAAN DAN DIGNOSIS
-
Trombositopeni ( £ 100.000/mm3)
-
Hb dan PCV meningkat ( ³ 20% )
-
Leukopeni ( mungkin normal atau
lekositosis )
-
Isolasi virus
-
Serologi ( Uji H ): respon antibody
sekunder
-
Pada renjatan yang berat, periksa : Hb,
PCV berulang kali ( setiap jam atau 4-6 jam apabila sudah menunjukkan tanda
perbaikan ), Faal hemostasis, FDP, EKG, Foto dada, BUN, creatinin serum.
F.
PENATALAKSANAAN
Indikasi
rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue :
-
Panas 1-2 hari disertai dehidrasi (
karena panas, muntah, masukan kurang ) atau kejang-kejang.
-
Panas 3-5 hari disertai nyeri perut,
pembesaran hati, uji tourniquet positif / negatif, kesan sakit keras ( tidak
mau bermain ), Hb dan PCV meningkat.
-
Panas disertai perdarahan
-
Panas disertai renjatan.
Belum
atau tanpa renjatan:
1.
Grade I dan II :
a.
Oral ad libitum atau
b.
Infus cairan Ringer Laktat dengan dosis
75 ml/Kg BB/hari untuk anak dengan BB < 10 kg atau 50 ml/Kg BB/hari untuk
anak dengan BB < 10 kg bersama-sama diberikan minuman oralit, air buah atau
susu secukupnya.
Untuk
kasus yang menunjukkan gejala dehidrasi disarankan minum sebnyak-banyaknya dan
sesering mungkin.
Apabila
anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infus yang harus
diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita dalam kurun waktu 24 jam
yang diestimasikan sebagai berikut :
·
100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan
BB < 25 Kg
·
75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB
26-30 kg
·
60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB
31-40 kg
·
50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB
41-50 kg
·
Obat-obatan lain : antibiotika apabila
ada infeksi lain, antipiretik untuk anti panas, darah 15 cc/kgBB/hari
perdarahan hebat.
Dengan
Renjatan ;
2.
Grade III
a.
Berikan infus Ringer Laktat 20
mL/KgBB/1 jam
Apabila
menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan nadi teraba dengan
frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral hangat) lanjutkan dengan Ringer Laktat
10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi stabil lanjutkan infus tersebut dengan
jumlah cairan dihitung berdasarkan kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24 jam
dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi dengan sisa waktu ( 24 jam dikurangi
waktu yang dipakai untuk mengatasi renjatan ). Perhitungan kebutuhan cairan
dalam 24 jm diperhitungkan sebagai berikut :
·
100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB
< 25 Kg
·
75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dng berat
badan 26-30 Kg.
·
60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB
31-40 Kg.
·
50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB
41-50 Kg.
b.
Apabila satu jam setelah pemakaian
cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam keadaan
tensi masih terukur kurang dari 80 mmHg dan andi cepat lemah, akral
dingin maka penderita tersebut memperoleh plasma atau plasma ekspander (
dextran L atau yang lainnya ) sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam dan dapat diulang
maksimal 30 mL/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum membai
dilanjutkan cairan RL sebanyk kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan
yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan.
c.
Apabila satu jam setelah pemberian
cairan Ringer Laktat 10 mL/Kg BB/ 1 jam keadaan tensi menurun lagi, tetapi
masih terukur kurang 80 mmHg dan nadi cepat lemah, akral dingin maka penderita
tersebut harus memperoleh plasma atau plasma ekspander ( dextran L atau lainnya
) sebanyak 10 Ml/Kg BB/ 1 jam. Dan dapat diulang maksimal 30 mg/Kg BB dalam kurun
waktu 24 jam.
G.
ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
1.1 Identitas
DHF
merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan kematian anak, remaja
dan dewasa ( Effendy, 1995 )
1.2 Keluhan
Utama
Pasien
mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan
menurun.
1.3 Riwayat
penyakit sekarang
Riwayat
kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh,
sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun.
1.4 Riwayat
penyakit terdahulu
Tidak
ada penyakit yang diderita secara specific.
1.5 Riwayat
penyakit keluarga
Riwayat
adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat menentukan, karena
penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk aides
aigepty.
1.6 Riwayat
Kesehatan Lingkungan
Biasanya
lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng bekas, ban
bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang
dibersihkan.
1.7 Riwayat
Tumbuh Kembang
1.8 Pengkajian
Per Sistem
1.8.1
Sistem Pernapasan
Sesak,
perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan dada
simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.
1.8.2
Sistem Persyarafan
Pada
grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV
dapat trjadi DSS
1.8.3
Sistem Cardiovaskuler
Pada
grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni,
pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi,
cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba
dan tekanan darah tak dapat diukur.
1.8.4
Sistem Pencernaan
Selaput
mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn limpa,
pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri
saat menelan, dapat hematemesis, melena.
1.8.5
Sistem perkemihan
Produksi
urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri sat
kencing, kencing berwarna merah.
1.8.6
Sistem Integumen.
Terjadi
peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada uji
tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan
pada kulit.
2.
Diagnosa Keperawatan
2.1
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
2.2
Resiko defisit cairan berhubungan dengan pindahnya ciran intravaskuler ke
ekstravaskuler
2.3 Resiko syok hypovolemik
berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler
ke ekstravaskuler
2.4 Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekwat akibat
mual dan nafsu makan yang menurun.
2.5 Resiko terjadi perdarahn berhubungan dnegan penurunan
factor-fakto pembekuan darah ( trombositopeni )
2.6 Kecemasan berhubungan dengan kondisi klien yang memburuk
dan perdaahan
2.7 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangya
informasi.
3.
Rencana Asuhan Keperawatan.
DP
: Hipertermie berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
Tujuan
: Suhu tubuh normal
Kriteria
hasil : Suhu tubuh antara 36 – 37
Nyeri
otot hilang
Intervensi
:
a.
Beri komres air kran
Rasional
: Kompres dingin akan terjadi pemindahan panas secara konduksi
b.
Berika / anjurkan pasien untuk banyak
minum 1500-2000 cc/hari ( sesuai toleransi )
Rasional
: Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi.
c.
Anjurkan pasien untuk menggunakan
pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat
Rasional
: Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan
tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.
d.
Observasi intake dan output, tanda
vital ( suhu, nadi, tekanan darah ) tiap 3 jam sekali atau lebih sering.
Rasional
: Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan cairan dan
elektrolit dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan
umum pasien.
e.
Kolaborasi : pemberian cairan intravena
dan pemberian obat sesuai program.
Rasional
: Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi.
Obat khususnyauntuk menurunkan suhu tubuh pasien.
DP 2. Resiko defisit volume
cairan berhubungan dengan pindahnya
cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
Tujuan : Tidak terjadi devisit voume cairan
Kriteria : Input dan
output seimbang
Vital sign dalam batas normal
Tidak ada tanda presyok
Akral hangat
Capilarry refill < 3 detik
Intervensi
:
a.
Awasi vital sign tiap 3 jam/lebih
sering
Rasional
: Vital sign membantu mengidentifikasi fluktuasi cairan intravaskuler
b.
Observasi capillary Refill
Rasional
: Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer
c.
Observasi intake dan output. Catat
warna urine / konsentrasi, BJ
Rasional
: Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi.
d.
Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari
( sesuai toleransi )
Rasional
: Untuk memenuhi kabutuhan cairan tubuh peroral
e.
Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
Rasional
: Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk mencegah terjadinya hipovolemic
syok.
DP. 3 Resiko Syok hypovolemik
berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler
ke ekstravaskuler.
Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik
Kriteria : Tanda Vital dalam batas normal
Intervensi :
a.
Monitor keadaan umum pasien
Raional
; Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama saat terdi
perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda presyok / syok
b.
Observasi vital sign setiap 3 jam atau
lebih
Rasional
: Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk memastikan tidak terjadi
presyok / syok
c.
Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda
perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi perdarahan
Rasional
: Dengan melibatkan psien dan keluarga maka tanda-tanda perdarahan dapat segera
diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat dapat segera diberikan.
d.
Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
Rasional
: Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara
hebat.
e.
Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV,
trombo
Rasional
: Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien dan
untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut.
DP. 4 Resiko gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi
yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
Tujuan : Tidak terjadi gangguan
kebutuhan nutrisi
Kriteria : Tidak ada tanda-tanda
malnutrisi
Menunjukkan berat badan yang seimbang.
Intervensi :
a.
Kaji riwayat nutrisi, termasuk
makanan yang disukai
Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan
intervensi
b.
Observasi dan catat masukan
makanan pasien
Rasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi
makanan
c.
Timbang BB tiap hari (bila
memungkinkan )
Rasional : Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas
intervensi.
d.
Berikan makanan sedikit namun
sering dan atau makan diantara waktu makan
Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan
meningkatkan masukan juga mencegah distensi gaster.
e.
Berikan dan Bantu oral hygiene.
Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral
f.
Hindari makanan yang merangsang
dan mengandung gas.
Rasional : Menurunkan distensi dan iritasi gaster.
DP. 5. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan
factor-faktor pembekuan darah ( trombositopeni )
Tujuan : Tidak terjadi perdarahan
Kriteria : TD 100/60 mmHg, N: 80-100x/menit reguler, pulsasi kuat
Tidak ada tanda perdarahan lebih lanjut, trombosit meningkat
Intervensi :
a.
Monitor tanda-tanda penurunan
trombosit yang disertai tanda klinis.
Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran
pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis
seperti epistaksis, ptike.
b.
Monitor trombosit setiap hari
Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat
diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah
dan kemungkinan perdarahan yang dialami pasien.
c.
Anjurkan pasien untuk banyak
istirahat ( bedrest )
Rasional : Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
terjadinya perdarahan.
d.
Berikan penjelasan kepada klien
dan keluarga untuk melaporkan jika ada tanda perdarahan spt : hematemesis,
melena, epistaksis.
Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk
penaganan dini bila terjadi perdarahan.
e.
Antisipasi adanya perdarahan :
gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan mulut, berikan tekanan 5-10
menit setiap selesai ambil darah.
Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK E.C
DENGAN DHF GRADE II
DI RUANG
MENULAR ANAK RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
A.
PENGKAJIAN
1.
Identitas
Nama :
An. E.C
Umur :
9 thn
Alamat :
Tambak Asri 23/27 Surabaya
Agama :
Kristen
Nama Ibu :
Ny. T
Pendidikan :
Nama Ayah :
Tn S
Pendidikan :
SMA
Pekerjaan :
Karyawan swasta
Diagnosa Medik :
DBD Grade II
Pengkajian tanggal : 13
Desember 2001
2.
Keluhan Utama :
Sakit kepala, panas dan tidak nafsu makan.
3.
Riwayat penyakit sekarang :
Senin pagi panas, dibawa ke puskesmas dapat paracetamol. Panas
turun. Rabu malam anak tiba-tiba muntah-muntah air, makan tidak mau, minum
masih mau. Kamis jam 03 pagi keluar darah dari hiding pada waktu bersin,
keluhan pusing, mencret air, dibawa ke IRD.
4.
Riwayat penyakit dahulu
Sebelumnya klien tidak penah dirawat karena penyakit apapun.
5.
Riwayat penyakit keluarga
Menurut keluarga ( Ibu ) tidak ada keluarga yang dalam waktu dekat
ini menderita sakit DBD.
6.
Riwayat kesehatan lingkungan.
Menurut ibu kondisi lingkungan rumah cukup bersih, walaupun tinggal
dekat kali kecil, sekitar rumah terdapat beberapa ban bekas untuk menanam
tanaman yang belum dipakai, bak mandi dikuras setiap seminggu 1 kali. Menurut
ibu seminggu yang lalu ada tetangga gang yang menderita DHF, tetapi sekarang
sudah sembuh, dan lingkungan wilayah belum pernah disemprot.
7.
Riwayat kehamilan
Anak lahir pada usia kehamilan 7 bulan, dengan berat badan lahir 4
kg, ibu tidak tahu mengapa kehamilannya hanya 7 bulan. Lahir spontan dan selama
1 tahun anak mendapat imunisasi lengkap dan minum PASI Lactona s/d 2 tahun.
8.
Pengkajian Persistem
a.
Sistem Gastrointestinal
Nafsu makan menurun, anak hanya mau makan 3 sendok makan, minum
tidak suka, harus dipaksakan baru mau minum. Mual tidak ada, muntah tidak
terjadi. Terdapat nyeri tekan daerah hepar dan asites positif, bising usus
8x/mnt.
b.
Sistem muskuloskeletal :
Tidak terdapat kontraktur sendi, tidak ada deformitas, keempat
ekstremitas simetris, kekuatan otot baik.
c.
Sistem Genitourinary
BAK lancar, spontan, warna kuning agak pekat ditampung oleh ibu
untuk diukur, BAB dari malam belum ada.
d.
Sistem Respirasi.
Pergerakan napas simetris, tidak terdapt pernapasan cuping hidung,
pd saat pengkajian tanda-tanda epistaksis sudah tidak ada, Frekuensi napas
25x/menit. Bunyi nafas tambahan tidak terdengar.
e.
Sistem Cardiovaskuler
TD : 100/60, nadi 98x/mnt, akral dingin, tidak terdapat tanda-tanda
cyanosis, cap. Refill < 3 detik, tidak terjadi perdarahan spontan, tanda-tanda
petikhie spontan tidak terlihat, hanya tanda pethike bekas rumple leed.
f.
Sistem Neurosensori
Tidak ada kelainan
g.
Sistem Endokrin
Tidak ada kelainan
h.
Sistem Integumen.
S : 376 turgor baik, tidak ada luka, pethikae bekas
rumple leed, tidak terdapat perdarahan spontan pada kulit.
9.
Pemeriksaan Penunjang
Hb : 11.8
Leko : 5,5
Trombo : 133
PCV : 0,30
10. Terapi
Infus D ½ saline 1600 cc/24 jam
Minum manis
Vit B compleks / C 3 x 1
Diet TKTP 1600 Kkal + 50 gr Protein.
Nasi 3 x sehari
Susu : 3 x 200 cc
B.
ANALISA DATA
No
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
1
|
S : Klien mengatakan badanya terasa panas, pusing
O : Akral dingin
Panas hari ke 2 panjang.
TTV : S : 376, Nadi 98x/mnt, TD : 100/60, RR 25x/mnt.
S : Klien mengatakan tidak suka minum dan perut terasa kenyang
minum terus.
O : Turgor kulit baik
Mukosa bibir kering
Urine banyak warna kuning pekat
Panas hari ke 2 panjang
Trombosit ; 133.000
TD : 100/60, N ; 98x/mnt.
S : Klien menyatakan tidak mau makan, tetapi tidak mual.
O : KU lemah
Makan pagi hanya mau 3 sendok
|
Proses infeksi virus dengue
Ô
Viremia
Ô
Thermoregulasi
Peningkatan suhu tubuh
Ektravasasi cairan
Intake kurang
Ô
Volume plasma berkurang
Ô
Penurunan volume cairan tubuh
Nafsu makan menurun
Ô
Intake nutrisi tidak adekuat
Ô
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
Peningkatan suhu tubuh
Cairan tubuh
Nutrisi
|
C.
DiAGNOSA KEPERAWATAN :
1.
Peningkatan suhu tubuh
berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
2.
Resiko defisit volume cairan
berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
3.
Resiko gangguan nutrisi kurang
berhubungan dengan nafsu makan yang menurun.
D.
PERENCANAAN
1.
Peningkatan suhu tubuh
berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
Tujuan : Suhu tubuh kembali normal
Kriteria : TTV khususnya suhu dalam batas normal ( 365 –
375 )
Membran mukosa basah.
Rencana Intervensi ;
1.
Observasi TTV setiap 1 jam
Rasional : Menentukan intervensi lanjutan bila terjadi perubahan
2.
Berikan kompres air biasa /
kran
Rasional : Kompres akan memberikan pengeluaran panas secara induksi.
3.
Anjurkan klien untuk banyak
minum 1500 – 2000 ml
Rasional : Mengganti cairan tubuh yang keluar karena panas dan
memacu pengeluaran urine guna pembuangan panas lewt urine.
4.
Anjurkan untuk memakai pakaian
yang tipis dan menyengat keringat.
Rasional : Memberikan rasa nyaman dan memperbesar penguapan panas
5.
Observasi intake dan out put
Rasional : Deteksi terjadinya kekurangan volume cairan tubuh.
6.
Kolaborasi untuk pemberian
antipiretik
Rasional : Antipireik berguna bagi penurunan panas.
2.
Resiko defisit volume cairan berhubungan
dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik
Kriteria : TD 100/70 mmHg, N: 80-120x/mnt
Pulsasi kuat
Akral hangat
Rencana Intervensi ;
1.
Observasi Vital sign setiap jam
atau lebih.
Rasional : Mengetahui kondisi dan mengidentifikasi fluktuasi cairan
intra vaskuler.
2.
Observasi capillary refill
Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer.
3.
Observasi intake dan output,
catat jumlah, warna / konsentrasi urine.
Rasional : Penurunan haluaran urine / urine yang pekat dengan
peningkatan BJ diduga dehidrasi.
4.
Anjurkan anak untuk banyak
minum 1500-2000 mL
Rasional : Untuk pemenuhan kebutuhan ciran tubuh
5.
Kolaborasi pemberian cairan
intra vena atau plasma atau darah.
Rasional : Meningkatkan jumlah cairan tubuh untuk mencegah
terjadinya hipovolemik syok.
3.
Resiko gangguan nutrisi kurang
berhubungan dengan nafsu makan yang menurun.
Tujuan : Nutrisi terpenuhi
Kriteria : Nafsu makan
meningkat
Porsi makan dihabiskan
Rencana Intervensi :
1.
Kaji keluhan mual, muntah atau
penurunan nafsu makan
Rasional : Menentukan intervensi selanjutnya.
2.
Berikan makanan yang mudah
ditelan mudah cerna
Rasional : Mengurangi kelelahan klien dan mencegah perdarahan gastrointestinal.
3.
Berikan makanan porsi kecil
tapi sering.
Rasional : Menghindari mual dan muntah
4.
Hindari makanan yang merangsang
: pedas, asam.
Rasional : Mencegah terjadinya distensi pada lambung yang dapat
menstimulasi muntah.
5.
Beri makanan kesukaan klien
Rasional : Memungkinkan pemasukan yang lebih banyak
6.
Kolaborasi pemberian cairan
parenteral
Rasional : Nutrisi parenteral sangat diperlukan jika intake peroral
sangat kurang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar