Blogger Widgets ADE COPA GABANA PARFUM PARIS MODE: ASUHAN KEPERAWATAN HEPATOMA

Sabtu, 11 Februari 2012

ASUHAN KEPERAWATAN HEPATOMA



    Created by :
  Lina Mandareni
  Naafi’ah  Latif
  Siti Nur hidayah
Pengertian
Tumor ganas primer pada hati yang berasal dari sel parenkim atau epitel saluran empedu atau metastase dari tumor jaringan lainnya.
Etiologi
 Virus Hepatitis B dan Virus Hepatitis C
  Bahan-bahan Hepatokarsinogenik  :
Aflatoksin
Alkohol
Penggunaan steroid anabolic
Penggunaan androgen yang berlebihan
Bahan kontrasepsi oral
Penimbunan zat besi yang berlebihan dalam hati (Hemochromatosis)
Gejala
Keluhan sakit perut atau rasa penuh ataupun ada rasa bengkak di perut kanan atas
• Nafsu makan berkurang,
• Berat badan menurun, dan rasa lemas.
• Keluhan lain terjadinya perut membesar karena ascites (penimbunan cairan dalam rongga perut), mual, tidak bisa tidur, nyeri otot, berak hitam, demam, bengkak kaki, kuning, muntah, gatal, muntah darah, perdarahan dari dubur.

Patofisiologi
Hepatoma 75 % berasal dari sirosis hati yang lama/menahun. Khususnya yang disebabkan oleh alkoholik dan postnekrotik.
Pada penderita sirosis hati yang disertai pembesaran hati mendadak.
Tumor hati yang paling sering adalah metastase tumor ganas dari tempat lain. Matastase ke hati dapat terdeteksi pada lebih dari 50 % kematian akibat kanker.

Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada sirosis adalah asites, perdarahan saluran cerna bagian atas, ensefalopati hepatika, dan sindrom hepatorenal.
Sindrom hepatorenal adalah suatu keadaan pada pasien dengan hepatitis kronik, kegagalan fungsi hati, hipertensi portal, yang ditandai dengan gangguan fungsi ginjal dan sirkulasi darah.
Sindrom ini mempunyai risiko kematianyangtinggi. Terjadinya gangguan ginjal pada pasien dengan sirosis hati ini baru dikenal pada akhir abad 19 dan pertamakali dideskripsikan oleh Flint dan Frerichs.
Penatalaksanaan sindrom hepatorenal masih belum memuaskan; masih banyak kegagalan sehingga menimbulkan kematianPrognosis pasien dengan penyakit ini buruk.
        
Laboratorium

oDarah lengkap ; SGOT,SGPT,LDH,CPK, Alfa fetoprotein ³ 500 mg/dl, HbsAg positf dalam serum, Kalium, Kalsium.
oRadiologi ; Ultrasonografi (USG)/C-7 Scan (Sidik Tomografi Komputer),CT-Scan, Thorak foto, Arteriography, Angiografi Hepatik, Skintigrafi Hepatik
oBiopsi jaringan hati dilakukan dengan tuntunan USG atau laparoskopi
Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Riwayat Keperawatan
a.       Riwayat Penyakit sekarang
diperoleh melalui orang lain  atau dengan klien itu sendiri.
b.      Riwayat Penyakit Dahulu
dikaji untuk mendapatkan data mengenai penyakit yang    pernah diderita oleh klien.
c.       Riwayat Penyakit Keluarga
dikaji untuk mengetahui data mengenai penyakit yang  pernah dialami ol eh  anggota keluarga.
3. Pemeriksaan Fisik
à  2 Gejala klinik
Fase dini          : Asimtomatik.
Fase lanjut       :Tidak dikenal simtom yang patognomonik.
Keluhan berupa nyeri abdomen, kelemahan dan penurunan berat badan, anoreksia, rasa penuh setelah makan terkadang disertai muntah dan mual. Bila ada metastasis ke tulang penderita mengeluh nyeri tulang.
Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan :
1.      Ascites
2.      Ikterus
3.      Splenomegali, Spider nevi, Eritema palmaris, Edema.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan adanya penurunan ekspansi paru (ascites dan penekanan diapragma)
2.Gangguan rasa nyaman nyeri abdomen berhubungan dengan adanya penumpukan cairan dalam rongga abdomen (ascites).
3.Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan  berhubungan dengan tidak adekuatnya asupan nutrisi.
4.   Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan sesak dan nyeri.
5.   Gangguan aktifitas berhubungan dengan sesak dan nyeri
6.   Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit yang diderita.

Interverensi

Interverensi Diagnosa I :
1)      Pertahankan Posisi semi fowler.
2)      Observasi gejala kardinal dan monitor tandatanda ketidakefektifan jalan napas.
3)      Berikan penjelasan tentang penyebab sesak dan motivasi utuk membatasi aktivitas.
4)      Kolaborasi dengan tim medis (dokter) dalam pemberian Oksigen dan pemeriksaan Gas darah.
Interverensi Diagnosa II :
1)Awasi respon emosional klien terhadap proses nyeri.
2)Atur posisi klien yang enak sesuai dengan  keadaan.
3)Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik.
4)Ajarkan teknik pengurangan nyeri dengan teknik  distraksi.
5)Observasi tanda-tanda vital.
Interverensi Diagnosa III:
1.Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian vitamin.
2.Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh dan diit yang di tentukan dan tanyakan kembali apa yang telah di jelaskan.
3.Bantu klien dan keluarga mengidentifikasi  dan memilih makanan yang mengandung kalori dan protein tinggi.
4.Identifikasi busana klien buat padan yang ideal dan tentukan kenaikan berat badan yang diinginkan berat badan ideal.
5.Sajikan makanan dalam keadaan menarik dan hangat.
6.Anjurkan pada klien untuk menjaga kebersihan mulut.
7.Monitor kenaikan berat badan
Interverensi Diagnosa IV:
1.Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen dan analgesik
2.Beri suasana yang nyaman  pada klien dan beri posisi yang menyenangkan yaitu kepala lebih tinggi:
3.Berikan penjelasan terhadap klien pentingnya istirahat tidur.
4.Tingkat relaksasi menjelang tidur.
Interverensi Diagnosa V :
1. Bimbing klien melakukan  mobilisasi secara bertahap.
2.Latih klien dalam memenuhi kebutuhan dirinya.
3.Ajarkan pada klien menggunakan teknik relaksasi yang merupakan salah satu teknik pengurangan nyeri.
4.Jelaskan tujuan aktifitas ringan.
5.Observasi reaksi nyeri dan sesak saat melakukan aktifitas.
6.Anjurkan klien untuk mentaati terapi yang diberikan.
Interverensi Diagnosa VI :
1.Berikan dorongan pada klien untuk mendiskusikan perasaannya mengemukakan persepsinya tentang kecemasannya.
2.Jelaskan pada klien setiap melakukan prosedur baik keperawatan maupun tindakan medis.
3.Kolaborasi dengan dokter untuk penjelasan tentang penyakitnya.
Implementasi
Dx I : Ketidakefektifan pernapasan berhubungan dengan adanya penurunan ekspansi paru (ascites dan penekanan diapragma)
Implementasi :
Melakukan koloborasi  dengan dokter untuk pungsi plaura yaitu dengan mempersiapkan pungtie pleura yang selanjutnya di lakukan fungsi sebanyak 250 cc oleh dokter.
Menempatkan klien kembali ke tempat tidur dengan posisi setengah duduk dengan mengganjal kepala dengan menggunakan tiga bantal.
Mengukur tensi, nadi, RR, suhu hasil tensi 120/ 80 nadi 84x /menit suhu 37 oC. Mengobservasi ekspansi dan Fremitas di dapatkan ekspansi pada dada kanan  tertinggal fremitas raba menurun.
Menjelaskan pada klien  timbulnya sesak nafas karena adanya penumpukan cairan  pada rongga pleura.
Dx  II : Gangguan rasa nyaman nyeri abdomen berhubungan dengan adanya penumpukan cairan dalam rongga abdomen (ascites).
Implementasi :
melakukan kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat analgesik
melakukan teknik disraksi relaksasi
melakukan kompres hangat atau dingin
melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
Dx III à Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan  berhubungan dengan tidak adekuatnya asupan nutrisi.
Implementasi :
Menyuap klien  yaitu nasi 1 piring ikan tahu dan daging sayur sop. Klien hanya menghabiskan ¼ porsi nasi ikan dihabiskan, minumnya minta susu habis ½ gelas.
Memotifasi klien untuk selalu menghabiskan makanan yang disediakan. Dan menanyakan makanan kesukaannya.
/Respon : Klien mengatakan semua makanan suka tapi saya tidak nafsu.
Dx IV :Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan sesak dan nyeri.
Implementasi :
mengatur suasana lingkungan yang nyaman
melakukan teknik relaksasi dan distraksi
Dx V : Gangguan aktifitas berhubungan dengan sesak dan nyeri
Implementasi :
Melatih klien untuk mengambil minuman sendiri dan meminumnya sendiri pakai sedotan.
/Respon : klien mau dan menghabiskan minuan sebanyak ½ gelas.
Memotivasi klien untuk makan sendiri, sambil membantu mendekatkan makanan ke dekat klien.
Dx VI :Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit yang diderita.
Implementasi :
Berusaha untuk bersikap terbuka pada klien dan menanyakan apa yang dirasakan dan pendapat klien tentang penyakitnya saat ini.
Memberi motivasi pada klien  untuk menanyakan hal – hal yang berhubungan dengan penyakitnya kepada yang berwewenang.
Evaluasi
1. Untuk diagnosa ketidakefektifan pola nafas.
Data subyektif : Klien mengatakan setelah disedot sesak nafasnya berkurang dan saya lebih enak tidur seperti ini.
Data obyektif : Pungtie pleura 250 cc, warna merah muda. Frekuensi nafas 24 x/mt. Fremitus menurun, perkusi redup pada dada kanan.
2. Untuk diagnosa perubahan nutrisi
Data subyektif : Klien mengatakan saya tidak nafsu makan, saya mau minum susu saja.
Data obyektif : Porsi makan yang disediakan dihabiskan ¼ porsi, minum susu ¼ gelas, BB = 38 kg. Konjungtiva masih merah pucat, turgor menurun.
3. Untuk diagnosa gangguan aktivitas
Data subyektif : Saya berusaha untuk makan, minum sendiri, untuk mandi masih dibantu diseka.
Data obyektif : Saat makan pagi klien makan sendiri.
4. Untuk diagnosa cemas sedang.
Data subyetif : Klien mengatakan besok mau diapakan lagi saya, saya tidak mengerti apa tujuan dari pemeriksaan.
Data obyektif : Klien tidak menatap perawat saat berbicara.
5. Untuk diagnosa  gangguan rasa nyaman nyeri
Data subyektif : klien mengatakan daerah perut masih nyeri
Data Obyektif : wajah meringis saat palpasi perut
6. Untuk diagnosa gangguan istirahat tidur
Data subyektif : klien mengatakan semalaman tidak bisa tidur
Data obyektif : mata klien merah, lemas, pusing,
Terima Kasih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar