Askep pada Anak Kejang Demam
By:ADE RAMA
KAMANJAYA
POLTEKKES
KEMENKES MALANG KAMPUS 2
Pengertian
Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997:229).
Kejang adalah pembebasan listrik yang tidak terkontrol dari sel syaraf cortex serebral yang ditandai dengan serangan yang tiba – tiba (marillyn, doengoes. 1999 : 252)
Etiologi
Penyebab dari kejag demam dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu :
Pengertian
Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997:229).
Kejang adalah pembebasan listrik yang tidak terkontrol dari sel syaraf cortex serebral yang ditandai dengan serangan yang tiba – tiba (marillyn, doengoes. 1999 : 252)
Etiologi
Penyebab dari kejag demam dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu :
- Obat – obatan
racun, alkhohol, obat yang diminum berlebihan
- Ketidak
seimbangan kimiawi
hiperkalemia, hipoglikemia dan asidosis
- Demam
paling sering terjadi pada anak balita
- Patologis
otak
akibat dari cidera kepala, trauma, infeksi, peningkatan tik
- Eklampsia
hipertensi prenatal, toksemia gravidarum
- Idiopatik
penyebab tidak diketahui
Tanda dan Gejala
Ada 2 bentuk kejang demam, yaitu :
- Kejang demam
sementara
- Umur
antara 6 bulan – 4 tahun
- Lama
kejang lebih dari 15 menit
- Kejang
bersifat umum
- Kejang
terjadi dalam waktu 16 jam setelah timbulnya demam
- Tidak
ada kelainan neurologis, baik klinis maupun laboratorium
- Eeg
normal 1 minggu setelah bangkitan kejang
- Kejang
demam komplikata
- Diluar
kriteria tersebut diatas
Komplikasi
- Kejang berulang
- Epilepsi
- Hemiparese
- Gangguan
mental dan belajar
Pemeriksaan Diagnostik
- Darah
Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N <>BUN : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat.
Elektrolit : K, Na
Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang
Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )
Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )
- Cairan
Cerebo Spinal : Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda infeksi,
pendarahan penyebab kejang.
- Skull
Ray : Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi
- Tansiluminasi
: Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB masih terbuka (di bawah
2 tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus untuk transiluminasi kepala.
- EEG :
Teknik untuk menekan aktivitas listrik otak melalui tengkorak yang utuh
untuk mengetahui fokus aktivitas kejang, hasil biasanya normal.
- CT Scan
: Untuk mengidentifikasi lesi cerebral infaik hematoma, cerebral oedem,
trauma, abses, tumor dengan atau tanpa kontras.
Penatalaksanaan Medik
- Pemberian
diazepam
- dosis
awal : 0,3 – 0,5 mg/ kg bb/ dosis iv (perlahan)
- bila
kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosisi ulangan setelah 20
menit.
- Turunkan
demam
- anti
piretik : para setamol atau salisilat 10 mg/ kg bb/ dosis
- kompres
air biasa
- Penanganan
suportif
- bebaskan
jalan nafas
- beri
zat asam
Pengkajian
Pengumpulan data pada kasus kejang demam ini meliputi :
- Data subyektif
- Biodata/Identitas
Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin.
Biodata orang tua perlu dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat.
- Riwayat
Penyakit
- Riwayat
penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang ditanyakan : Apakah betul
ada kejang ?
Diharapkan ibu atau keluarga yang mengantar dianjurkan menirukan gerakan kejang si anak
- Apakah
disertai demam ?
Dengan mengetahui ada tidaknya demam yang menyertai kejang, maka diketahui apakah infeksi infeksi memegang peranan dalam terjadinya bangkitan kejang. Jarak antara timbulnya kejang dengan demam.
- Lama
serangan
Seorang ibu yang anaknya mengalami kejang merasakan waktu berlangsung lama. Lama bangkitan kejang kita dapat mengetahui kemungkinan respon terhadap prognosa dan pengobatan.
- Pola
serangan
- Perlu
diusahakan agar diperoleh gambaran lengkap mengenai pola serangan
apakah bersifat umum, fokal, tonik, klonik ?
- Apakah
serangan berupa kontraksi sejenak tanpa hilang kesadaran seperti
epilepsi mioklonik ?
- Apakah
serangan berupa tonus otot hilang sejenak disertai gangguan kesadaran
seperti epilepsi akinetik ?
- Apakah
serangan dengan kepala dan tubuh mengadakan flexi sementara tangan naik
sepanjang kepala, seperti pada spasme infantile ?
Pada kejang demam sederhana kejang ini bersifat umum.
- Frekuensi
serangan
Apakah penderita mengalami kejang sebelumnya, umur berapa kejang terjadi untuk pertama kali, dan berapa frekuensi kejang per tahun. Prognosa makin kurang baik apabila kejang timbul pertama kali pada umur muda dan bangkitan kejang sering timbul.
- Keadaan
sebelum, selama dan sesudah serangan
Sebelum kejang perlu ditanyakan adakah aura atau rangsangan tertentu yang dapat menimbulkan kejang, misalnya lapar, lelah, muntah, sakit kepala dan lain-lain. Dimana kejang dimulai dan bagaimana menjalarnya. Sesudah kejang perlu ditanyakan apakah penderita segera sadar, tertidur, kesadaran menurun, ada paralise, menangis dan sebagainya ?
- Riwayat
penyakit sekarang yang menyertai
Apakah muntah, diare, truma kepala, gagap bicara (khususnya pada penderita epilepsi), gagal ginjal, kelainan jantung, DHF, ISPA, OMA, Morbili dan lain-lain.
- Riwayat
penyakit dahulu
- Sebelum
penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan apakah penderita
pernah mengalami kejang sebelumnya, umur berapa saat kejang terjadi
untuk pertama kali ?
- Apakah
ada riwayat trauma kepala, radang selaput otak, KP, OMA dan lain-lain.
- Riwayat
kehamilan dan persalinan
Kedaan ibu sewaktu hamil per trimester, apakah ibu pernah mengalami infeksi atau sakit panas sewaktu hamil. Riwayat trauma, perdarahan per vaginam sewaktu hamil, penggunaan obat-obatan maupun jamu selama hamil. Riwayat persalinan ditanyakan apakah sukar, spontan atau dengan tindakan (forcep/vakum), perdarahan ante partum, asfiksi dan lain-lain. Keadaan selama neonatal apakah bayi panas, diare, muntah, tidak mau menetek, dan kejang-kejang.
- Riwayat
imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta umur mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi. Pada umumnya setelah mendapat imunisasi DPT efek sampingnya adalah panas yang dapat menimbulkan kejang.
- Riwayat
perkembangan
Ditanyakan kemampuan perkembangan meliputi : - Personal
sosial (kepribadian/tingkah laku sosial) : berhubungan dengan kemampuan
mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya.
- Gerakan
motorik halus : berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati
sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu
saja dan dilakukan otot-otot kecil dan memerlukan koordinasi yang
cermat, misalnya menggambar, memegang suatu benda, dan lain-lain.
- Gerakan
motorik kasar : berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
- Bahasa
: kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan
berbicara spontan.
- Riwayat
kesehatan keluarga.
- Adakah
anggota keluarga yang menderita kejang (+ 25 % penderita kejang demam
mempunyai faktor turunan)
- Adakah
anggota keluarga yang menderita penyakit syaraf atau lainnya?
- Adakah
anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ISPA, diare atau
penyakit infeksi menular yang dapat mencetuskan terjadinya kejang
demam.
- Riwayat
sosial
- Untuk
mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu dikaji siapakah
yanh mengasuh anak?
- Bagaimana
hubungan dengan anggota keluarga dan teman sebayanya ?
- Pola
kebiasaan dan fungsi kesehatan
- Ditanyakan
keadaan sebelum dan selama sakit bagaimana ?
- Pola
kebiasaan dan fungsi ini meliputi :
- Pola
persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat
- Gaya
hidup yang berkaitan dengan kesehatan, pengetahuan tentang kesehatan,
pencegahan dan kepatuhan pada setiap perawatan dan tindakan medis ?
- Bagaimana
pandangan terhadap penyakit yang diderita, pelayanan kesehatan yang
diberikan, tindakan apabila ada anggota keluarga yang sakit,
penggunaan obat-obatan pertolongan pertama.
- Pola
nutrisi
- Untuk
mengetahui asupan kebutuhan gizi anak. Ditanyakan bagaimana kualitas
dan kuantitas dari makanan yang dikonsumsi oleh anak ?
- Makanan
apa saja yang disukai dan yang tidak ? Bagaimana selera makan anak ?
Berapa kali minum, jenis dan jumlahnya per hari ?
- Pola
eliminasi
- BAK
: ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secara makroskopis ditanyakan
bagaimana warna, bau, dan apakah terdapat darah ? Serta ditanyakan
apakah disertai nyeri saat anak kencing.
- BAB
: ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak ? Bagaimana
konsistensinya lunak,keras,cair atau berlendir ?
- Pola
aktivitas dan latihan
- Apakah
anak senang bermain sendiri atau dengan teman sebayanya?
- Berkumpul
dengan keluarga sehari berapa jam?
- Aktivitas
apa yang disukai?
- Pola
tidur/istirahat
- Berapa
jam sehari tidur?
- Berangkat
tidur jam berapa?
- Bangun
tidur jam berapa?
- Kebiasaan
sebelum tidur, bagaimana dengan tidur siang ?
- Data
Obyektif
- Pemeriksaan
Umum
Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat kesadaran, tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu. Pada kejang demam sederhana akan didapatkan suhu tinggi sedangkan kesadaran setelah kejang akan kembali normal seperti sebelum kejang tanpa kelainan neurologi.
- Pemeriksaan
Fisik
- Kepala
Adakah tanda-tanda mikro atau makrosepali? Adakah dispersi bentuk kepala? Apakah tanda-tanda kenaikan tekanan intrakarnial, yaitu ubun-ubun besar cembung, bagaimana keadaan ubun-ubun besar menutup atau belum ?
- Rambut
Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain rambut. Pasien dengan malnutrisi energi protein mempunyai rambut yang jarang, kemerahan seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa menyebabkan rasa sakit pada pasien.
- Muka/
wajah
Paralisis fasialis menyebabkan asimetri wajah; sisi yang paresis tertinggal bila anak menangis atau tertawa, sehingga wajah tertarik ke sisi sehat. Adakah tanda rhisus sardonicus, opistotonus, trimus ? Apakah ada gangguan nervus cranial ?
- Mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan ketajaman penglihatan. Apakah keadaan sklera, konjungtiva ?
- Telinga
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran.
- Hidung
Apakah ada pernapasan cuping hidung? Polip yang menyumbat jalan napas? Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya ?
- Mulut
Adakah tanda-tanda sardonicus? Adakah cynosis? Bagaimana keadaan lidah? Adakah stomatitis? Berapa jumlah gigi yang tumbuh? Apakah ada caries gigi?
- Tenggorokan
Adakah tanda-tanda peradangan tonsil ? Adakah tanda-tanda infeksi faring, cairan eksudat ?
- Leher
Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid ? Adakah pembesaran vena jugulans ?
- Thorax
Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan, frekwensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi intercostale? Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan ?
- Jantung
Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya ? Adakah bunyi tambahan ? Adakah bradicardi atau tachycardia ?
- Abdomen
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen ? Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus ? Adakah tanda meteorismus? Adakah pembesaran lien dan hepar ?
- Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya? Apakah terdapat oedema, hemangioma ? Bagaimana keadaan turgor kulit ?
- Ekstremitas
Apakah terdapat oedema, atau paralise terutama setelah terjadi kejang? Bagaimana suhunya pada daerah akral ?
- Genetalia
Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar dari vagina, tanda-tanda infeksi ?
Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
- Risiko trauma
fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi otot/kejang
- Hipertermia
berhubungan dengan proses infeksi
Intervensi
Diagnosa Keperawatan I :
Risiko trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi otot/kejang
Tujuan : Risk detection.
Kriteria Hasil :
- Tidak terjadi
trauma fisik selama perawatan.
- Mempertahankan
tindakan yang mengontrol aktivitas kejang.
- Mengidentifikasi
tindakan yang harus diberikan ketika terjadi kejang.
- Pengetahuan
tentang risiko
- Memonitor
faktor risiko dari lingkungan
Rencana Tindakan : NIC : Pencegahan jatuh
- Beri pengaman
pada sisi tempat tidur dan penggunaan tempat tidur yang rendah.
Rasional : meminimalkan injuri saat kejang
- Tinggalah
bersama klien selama fase kejang..
Rasional : meningkatkan keamanan klien.
- Berikan
tongue spatel diantara gigi atas dan bawah.
Rasional : menurunkan resiko trauma pada mulut.
- Letakkan
klien di tempat yang lembut.
Rasional : membantu menurunkan resiko injuri fisik pada ekstimitas ketika kontrol otot volunter berkurang.
- Catat
tipe kejang (lokasi,lama) dan frekuensi kejang.
Rasional : membantu menurunkan lokasi area cerebral yang terganggu.
- Catat
tanda-tanda vital sesudah fase kejang
Rasional : mendeteksi secara dini keadaan yang abnormal.
Diagnosa Keperawatan II :
Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : Thermoregulation
Kriteria Hasil :
- Suhu tubuh dalam
rentang normal
- Nadi
dan RR dalam rentang normal
- Tidak
ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
Rencana Tindakan : NIC : Fever treatment
- Kaji faktor –
faktor terjadinya hiperthermi.
Rasional : Mengetahui penyebab terjadinya hiperthermi karena penambahan pakaian/selimut dapat menghambat penurunan suhu tubuh.
- Observasi
tanda – tanda vital tiap 4 jam sekali
Rasional : Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan keperawatan yang selanjutnya.
- Pertahankan
suhu tubuh normal
Rasional : Suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh tingkat aktivitas, suhu lingkungan, kelembaban tinggiakan mempengaruhi panas atau dinginnya tubuh.
- Ajarkan
pada keluarga memberikan kompres dingin pada kepala / ketiak .
Rasional : Proses konduksi/perpindahan panas dengan suatu bahan perantara.
- Anjurkan
untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari kain katun
Rasional : proses hilangnya panas akan terhalangi oleh pakaian tebal dan tidak dapat menyerap keringat.
- Atur
sirkulasi udara ruangan.
Rasional : Penyediaan udara bersih.
- Beri
ekstra cairan dengan menganjurkan pasien banyak minum
Rasional : Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat.
- Batasi
aktivitas fisik
Rasional : aktivitas meningkatkan metabolismedan meningkatkan panas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar