LAPORAN PENDAHULUAN
PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN
ELEKTROLIT
DI RUANG INAP RSUD LAWANG
OLEH:
ADE RAMA KAMANJAYA
1001200002
POLTEKKES KEMENKES MALANG
JURUAN KEPERAWATAN
PRODI KEPERAWATAN LAWANG
2011
LAPORAN
PENDAHULUAN
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA KLIEN COMBUSIO
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA KLIEN COMBUSIO
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
1.Konsep Dasar
1.1 Pengertian
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh
tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan
salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan
elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh.
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk
ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan
didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke
dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling
bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan
berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler
dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di
dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang
berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler
(plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler
(plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah
cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan
sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi
saluran cerna.
1.2 Proportion Of Body Fluid
Prosentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan
tergantung beberapa hal antara lain :
a.Umur
b.Kondisi lemak tubuh
c.SexPerhatikan Uraian berikut ini :
1. Bayi (baru lahir) 75 %
2. Dewasa :
a.Pria (20-40 tahun) 60 %
b.Wanita (20-40 tahun) 50 %
3. Usia Lanjut 45-50 %
Pada orang dewasa kira-kira 40 % berat badannya atau 2/3 dari TBW-nya
berada di dalam sel (cairan intraseluler/ICF), sisanya atau 1/3 dari TBW atau
20 % dari berat badannya berada di luar sel (ekstraseluler) yaig terbagi dalam
15 % cairan interstitial, 5 % cairan intavaskuler dan 1-2 % transeluler.1.3
Elektrolit Utama Tubuh Manusia Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri
dari elektrolit dan nonelektrolit. Non elektrolit adalah zat terlarut yang
tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik, seperti : protein,
urea, glukosa, oksigen, karbon dioksida dan asam-asam organik. Sedangkan
elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+), kalium (K+), Kalsium (Ca++), magnesium
(Mg++), Klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat
(SO42-).Konsenterasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian
dengan bagian yang lainnya, tetapi meskipun konsenterasi ion pada tiap-tiap
bagian berbeda, hukum netralitas listrik menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan
negatif harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif.
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
a.Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan
nutrisi dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
b.Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel
c.Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan
interstitial masuk ke dalam sel.
Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran semipermiabel
mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut
berpindah.
Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan cara :
• Diffusi
• Filtrasi
• Osmosis
• Aktiv Transport
Diffusi dan osmosis adalah mekanisme transportasi pasif.
Hampir semua zat berpindah dengan mekanisme transportasi pasif.
Diffusi sederhana adalah perpindahan partikel-partikel dalam segala arah
melalui larutan atau gas.
Beberapa faktor yang mempengaruhi mudah tidaknya difusi zat terlarut
menembus membran kapiler dan sel yaitu :
• Permebelitas membran kapiler dan sel
• Konsenterasi
• Potensial listrik
• Perbedaan tekanan.
Osmosis adalah proses difusi dari air yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi. Difusi
air terjadi pada daerah dengan konsenterasi zat terlarut yang rendah ke daerah
dengan konsenterasi zat terlarut yang tinggi.
Perpindahan zat terlarut melalui sebuah membrane sel yang melawan perbedaan
konsentrasi dan atau muatan listrik disebut transportasi aktif.
Transportasi aktif berbeda dengan transportasi pasif karena memerlukan
energi dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP). Salah satu contonya adalah
transportasi pompa kalium dan natrium.Natrium tidak berperan penting dalam
perpindahan air di dalam bagian plasma dan bagian cairan interstisial karena
konsentrasi natrium hampir sama pada kedua bagian itu. Distribusi air dalam
kedua bagian itu diatur oleh tekanan hidrostatik yang dihasilkan oleh darah kapiler,
terutama akibat oleh pemompaan oleh jantung dan tekanan osmotik koloid yang
terutama disebabkan oleh albumin serum.
Proses perpindahan cairan dari kapiler ke ruang interstisial disebut
ultrafilterisasi. Contoh lain proses filterisasi adalah pada glomerolus
ginjal.Meskipun keadaan di atas merupakan proses pertukaran dan pergantian yang
terus menerus namun komposisi dan volume cairan relatif stabil, suatu keadaan
yang disebut keseimbangan dinamis atau homeostatis.1.5 Regulating Body Fluid
Volumes
Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia
dari cairan tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam
kondisi normal intake cairan sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang
terjadi. Kondisi sakit dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh. Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh akan
kehilanagn caiaran antara lain melalui proses penguapan ekspirasi, penguapan
kulit, ginjal (urine), ekresi pada proses metabolisme.
a. Intake Cairan :Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum
kira-lira 1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml
per hari sehingga kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan,
dan oksidasi selama proses metabolisme.
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus.Pusat haus
dikendalikan berada di otak Sedangakan rangsangan haus berasal dari kondisi
dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan
tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan
kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walupun kadang
terjadi secara sendiri.Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum
proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal.
b.Output Cairan :Kehilangan caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
1.Urine :
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius
merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal output
urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam. Pada
orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam
setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine
akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
2.IWL (Insesible Water Loss) :
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan mekanisme
difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini
adalah berkisar 300-400 mL per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh
meningkat maka IWL dapat meningkat.
3.Keringat :
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas,
respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer
melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis
pada kulit.
4.Feces :
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang
diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
1.3 Faktor yang Berpengaruh pada
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh antara lain :
a.Umur :
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan.
Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan
dibanding usia dewasa.
Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan
gangguan fungsi ginjal atau jantung.
b.Iklim :
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit
melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang
panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
c.Diet :
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika
intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak
sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya
sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan
menyebabkan edema.
d.Stress :
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan
glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air
sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
e.Kondisi Sakit :
Kondisi sakit sangat b3erpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh Misalnya : - Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan
kehilangan air melalui IWL.- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat
mempengaruhi proses regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh- Pasien
dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intake
cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
f.Tindakan Medis :
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.
g.Pengobatan :
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada
kondisi cairan dan elektrolit tubuh.
h.Pembedahan :
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama
pembedahan.
1.4 Gangguan Keseimbangan Cairan dan
Elektrolit Tubuh
Tiga kategori umum yang menjelaskan abnormalitas cairan tibuh adalah :
• Volume
• Osmolalitas
• Komposisi Ketidakseimbangan volume terutama mempengaruhi cairan
ekstraseluler (ECF) dan menyangkut kehilangan atau bertambahnya natrium dan air
dalam jumlah yang relatif sama, sehingga berakibat pada kekurangan atau
kelebihan volume ekstraseluler (ECF).Ketidakseimbangan osmotik terutama
mempengaruhi cairan intraseluler (ICF) dan menyangkut bertambahnya atau
kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang relatif tidak seimbang.
Gangguan osmotik umumnya berkaitan dengan hiponatremia dan hipernatremia
sehingga nilai natrium serum penting untuk mengenali keadaan ini.Kadar dari
kebanyakan ion di dalam ruang ekstraseluler dapat berubah tanpa disertai
perubahan yang jelas dari jumlah total dari partikel-partikel yang aktif secara
osmotik sehingga mengakibatkan perubahan komposisional.
- Ketidakseimbangan
Volume
• kurangan Volume Cairan Ekstraseluler (ECF)Kekurangan volume ECF atau
hipovolemia didefinisikan sebagai kehilangan cairan tubuh isotonik, yang
disertai kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang relatif sama. Kekurangan
volume isotonik sering kali diistilahkan dehidrasi yang seharusnya dipakai
untuk kondisi kehilangan air murni yang relatif mengakibatkan hipernatremia.
- airan Isotonis adalah cairan yang konsentrasi/kepekatannya sama dengan
cairan tubuh, contohnya :
larutan NaCl 0,9 %, Larutan Ringer Lactate (RL).
- Cairan hipertonis adalah cairan yang konsentrasi zat
terlarut/kepekatannya melebihi cairan tubuh, contohnya Larutan dextrose 5 %
dalam NaCl normal, Dextrose 5% dalam RL, Dextrose 5 % dalam NaCl 0,45%.
- Cairan Hipotonis adalah cairan yang konsentrasi zat
terlarut/kepekataannya kurang dari cairan tubuh, contohnya : larutan Glukosa
2,5 %., NaCl.0,45 %, NaCl 0,33 %.
• Kelebihan Volume ECF :Kelebihan cairan ekstraseluler dapat terjadi bila
natrium dan air kedua-duanya tertahan dengan proporsi yang kira- kira sama.
Dengan terkumpulnya cairan isotonik yang berlebihan pada ECF (hipervolumia)
maka cairan akan berpindah ke kompartement cairan interstitial sehingga
mnyebabkan edema. Edema adalah penunpukan cairan interstisial yang berlebihan.
Edema dapat terlokalisir atau generalisata.
b.Ketidakseimbangan Osmolalitas dan perubahan komposisional
Ketidakseimbangan osmolalitas melibatkan kadar zat terlarut dalam
cairan-cairan tubuh. Karena natrium merupakan zat terlarut utama yang aktif
secara osmotik dalam ECF maka kebanyakan kasus hipoosmolalitas (overhidrasi)
adalah hiponatremia yaitu rendahnya kadar natrium di dalam plasma dan
hipernatremia yaitu tingginya kadar natrium di dalam plasma.
Pahami juga perubahan komposisional di bawah ini :
• Hipokalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum kurang dari 3,5 mEq/L.
• Hiperkalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum lebih dari atau sama dengan 5,5 mEq/L.
• Hiperkalemia akut adalah keadaan gawat medik yang perlu segera dikenali, dan ditangani untuk
menghindari disritmia dan gagal jantung yang fatal.
2. Proses Keperawatan
2.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan secara umum pada pasien dengan gangguan atau resiko
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit meliputi :
• Kaji riwayat kesehatan dan kepearawatan untuk identifikasi penyebab
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
• Kaji manifestasi klinik melalui :
- Timbang berat badan klien setiap hari- Monitor vital sign
- Kaji intake output
• Lakukan pemeriksaan fisik meliputi :
- Kaji turgor kulit, hydration, temperatur tubuh dan neuromuskuler
irritability.
- Auskultasi bunyi /suara nafas
- Kaji prilaku, tingkat energi, dan tingkat kesadaran
• Review nilai pemeriksaan laboratorium :
Berat jenis urine, PH serum, Analisa Gas Darah, Elektrolit serum,
Hematokrit, BUN, Kreatinin Urine.
2.2 Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang umum terjadi pada klien dengan resiko atau
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit adalah :
• Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ansietas, gangguan mekanisme
pernafasan, abnormalitas nilai darah arteri
• Penurunan kardiak output berhubungan dengan dysritmia kardio,
ketidakseimbangan elektrolit
• Gangguan keseimbangan volume cairan :
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare, kehilangan cairan
lambung, diaphoresis, polyuria.
• Gangguan keseimbangan cairan tubuh :
berlebih bwerhubungan dengan anuria, penurunan kardiak output, gangguan
proses keseimbangan, Penumpukan cairan di ekstraseluler.
• Kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan kekurangan volume
cairan
• Gangguan integritas kulit berhubungan dengan dehidrasi dan atau edema•
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan edema
2.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang umum dilakukan pada pasien gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit adalah :
a. Atur intake cairan dan elektrolit
b. Berikan therapi intravena (IVFD) sesuai kondisi pasien dan intruksi
dokter dengan memperhatikan : jenis cairan, jumlah/dosis pemberian, komplikasi
dari tindakan
c. Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti :deuretik, kayexalate.
d. Provide care seperti : perawatan kulit, safe environment.
2.4 Evaluasi/Kreteria hasil :Kreteria hasil meliputi :
• Intake dan output dalam batas keseimbangan
• Elektrolit serum dalam batas normal
• Vital sign dalam batas normal.
# Rujukan :
Barbara Kozier, Fundamental Of Nursing Concept, Process and Practice, Fifth
Edition, Addison Wsley Nursing, California, 1995Dolores F. Saxton,
Comprehensive Review Of Nursing For NCLEK-RN, Sixteenth Edition, Mosby, St.
louis, Missouri, 1999.Sylvia Anderson Price, Alih : Peter Anugerah,
Pathofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi kedua, EGC, Jakarta,
1995.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar