BAB III
TINJAUAN TEORI
A.
Proses Terjadinya Halusinasi
Halusinasi
dapat terjadi oleh karena berbagai faktor diantaranya gangguan mental organik,
harga diri rendah, menarik diri, sidrome putus obat, keracunan obat, gangguan
afektif dan gangguan tidur.
Pada klien S. terjadi halusinasi dengar,
hal ini disebabkan oleh karena klien mempunyai riwayat putus cinta dengan
kekasihnya satu kali, kemudian oleh
keluarga klien dinikahkan. setelah menikah selama tiga bulan, isteri
meninggalkannya dan klien S. merasa sangat kecewa, sering menyendiri, melamun,
tak mau makan kemudian klien dirawat di rumah sakit jiwa Jakarta selama 8
bulan.
Hal ini sesuai dengan proses terjadinya
halusinasi pada fase pertama yang diungkapkan oleh Haber, Dkk, 1982. Pada fase
ini klien mengalami kecemasan, stress, persaan yang terpisah, kesepian. Klien
mungkin melamun atau memfokuskan pikiran pada hal yang menyenangkan untuk
menghilangkan kecemasan dan stres . Cara ini menolong sementara, klien masih
dapat mengontrol kesadarannya dan mengenal pikirannya namun intensitas persepsi
meningkat.
Setelah
delapan bulan dirawat, klien dinyatakan sembuh dan boleh pulang. Pada saat di
rumah, klien mangalami kecelakaan saat mengendarai sepeda motor kemudian
dirawat di rumah sakit. Setelah keluar dari rumah sakit, beberapa hari kemudian
klien mulai melamun dan mendengar suara-suara yang mengatakan atau menyuruh dia melemparkan gelas, piring,
dan barang-barang lainnya. Gejala-gejala pada klien S. ini menunjukan bahwa
klien mengalami gejala halusinasi fase ke dua, yaitu dimana klien berada pada
tingkat listening, pemikiran internal lebih menonjol seperti gambaran suara dan
sensasi.
Satu
bulan yang lalu klien mendengar suara-suara tersebut dan klien menanyakan
kepada perawat apakah boleh berteman dengan roh halus, karena dia yang sering
mengajaknya berbicara. sesuai dengan tahapan halusinasi, klien berada pada fase
ketiga, yaitu halusinasi lebih menonjol, menguasai. halusinasi memberikan
kesenangan tersendiri dan rasa aman yang sementara.
Dan selanjutnya klien memasuki fase keempat
yaitu dengan gejala halusinasi bersifat mengancam yaitu klien mendengar
suara-suara “ Saya tidak takut sama kamu !”. Lalu klien S. menjawab “ Saya juga
tidak takut sama kamu !”
Dengan
adanya halusinasi ni, maka masalah yang timbul pada klien S. adalah potensial
amuk, potensial melukai diri sendiri dan orang lain, gangguankebersihan diri,
gangguan ADL. Klien cenderung menarik diri, tersenyum dan berbicara sendiri.
Dengan adanya halusinasi ini, maka masalah
yang timbul pada klien S adalah perubahan hubungan sosial. Perkembangan sosial
yang tidak adekuat menyebabkan kegagalan individu untuk belajar dan
mempertahankan komunikasi dengan orang lain. Akibatnya klien cenderung
memisahkan diri dan hanya terlibat dengan pikirannya sendiri yang tidak
memerlukan kontrol orang lain. Sehingga timbulnya kesepian, isolasi sosial,
hubungan yang dangkal dan tergantung (Haber, 1987).
Akibat dari menikmati susra-suara yang
didengar, maka klien S. hanya terlibat dalam pikirannya sendiri, sehingga klien
malas atau kurang berminat dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari seperti;
kebersihan diri, makan, dan lain-lain.
Akibatnya
ia tidak dapat memberi respon emosional yang adekuat, klien tampak bisar, tidak
sesuai (Fortinash, 1991; Benner, 1989; Hater,1987). Potensial melukai diri
sendiri dan orang lain, potensial amuk dapat terjadi pada klien S, karena klien
S. mendengar sura-suara yang bersifat mengancam, mengejek, klien S disuruh oleh
roh halus untuk membanting piring, gelas, dan barang-barang lainnya.
B.
Masalah Keperawatan
Dari masalah-masalah itu ditemukan diagnosa
keperawatan sejumlah delapan buah, yaitu :
1.
Gangguan orientasi realitas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar