BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Karsinoma hepatoseluler atau
hepatoma merupakan kanker hati primer yang paling sering ditemukan daripada
tumor hati lainnya seperti limfoma maligna, fibrosarkoma dan
hemangioendotelioma.
Di Amerika Serikat sekitar 80%-90%
dari tumor ganas hati primer adalah hepatoma. Angka kejadian tumor ini di
Amerika Serikat hanya sekitar 2% dari seluruh karsinoma yang ada. Sebaliknya di
Afrika dan Asia hepatoma adalah karsinoma yang paling sering ditemukan dengan
angka kejadian 100/100.000 populasi.
Pria
lebih banyak daripada wanita. Lebih dari 80% pasien hepatoma menderita sirosis
hati Hepatoma biasa dan sering terjadi pada pasien dengan sirosis hati yang
merupakan komplikasi hepatitis virus kronik.
Hepatitis
virus kronik adalah faktor risiko penting hepatoma, virus penyebabnya adalah
virus hepatitis B dan C. Bayi dan anak kecil yang terinfeksi virus ini lebih
mempunyai kecenderungan menderita hepatitis virus kronik daripada dewasa yang
terinfeksi virus ini untuk pertama kalinya.
Pasien hepatoma 88% terinfeksi
virus hepatitis B atau C. Virus ini mempunyai hubungan yang erat dengan
timbulnya hepatoma. Hepatoma seringkali tak terdiagnosis karena gejala
karsinoma tertutup oleh penyakit yang mendasari yaitu sirosis hati atau
hepatitis kronik. Jika gejala tampak, biasanya sudah stadium lanjut dan harapan
hidup sekitar beberapa minggu sampai bulan. Keluhan yang paling sering adalah
berkurangnya selera makan, penurunan berat badan, nyeri di perut kanan atas dan
mata tampak kuning.
Komplikasi yang sering terjadi pada
sirosis adalah asites, perdarahan saluran cerna bagian atas, ensefalopati
hepatika, dan sindrom hepatorenal. Sindrom hepatorenal adalah suatu keadaan
pada pasien dengan hepatitis kronik, kegagalan fungsi hati, hipertensi portal,
yang ditandai dengan gangguan fungsi ginjal dan sirkulasi darah. Sindrom ini
mempunyai risiko kematian yang tinggi.
Oleh karena itu, kami mencoba untuk
membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien hepatoma.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan
yang akan dibahas adalah “Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit
hepatoma?”
1.3 Tujuan
Tujuan
dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana asuhan
keperawatan pada pasien dengan penyakit hepatoma.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Hepatoma
Karsinoma hepatoseluler atau hepatoma
adalah tumor ganas hati primer dan paling sering ditemukan daripada tumor ganas
hati primer lainnya seperti limfoma maligna, fibrosarkoma, dan
hemangioendotelioma. Hepatocellular Carcinoma (HCC) atau disebut juga hepatoma
atau kanker hati primer atau Karsinoma Hepato Selular (KHS) adalah satu dari
jenis kanker yang berasal dari sel hati. Hepatoma biasa dan sering terjadi pada
pasien dengan sirosis hati yang merupakan komplikasi hepatitis virus kronik.
Hepatitis virus kronik adalah faktor risiko penting hepatoma, virus penyebabnya
adalah virus hepatitis B dan C.
Hepatoma
75 % berasal dari sirosis hati yang lama/menahun. Khususnya yang disebabkan
oleh alkoholik dan postnekrotik.
Pedoman diagnostik yang
paling penting adalah terjadinya kerusakan yang tidak dapat dijelaskan
sebabnya. Pada penderita sirosis hati yang disertai pembesaran hati mendadak.
Tumor
hati yang paling sering adalah metastase tumor ganas dari tempat lain.
Matastase ke hati dapat terdeteksi pada lebih dari 50 % kematian akibat kanker.
Hal ini benar, khususnya untuk keganasan pada saluran pencernaan, tetapi banyak
tumor lain juga memperlihatkan kecenderungan untuk bermestatase ke hati,
misalnya kanker payudara, paru-paru, uterus, dan pankreas.
Diagnosa sulit
ditentukan, sebab tumor biasanya tidak diketahui sampai penyebaran tumor yang
luas, sehingga tidak dapat dilakukan reseksi lokal lagi.
Belum diketahui penyebab penyakit ini
secara pasti, tapi dari kajian epidemiologi dan biologi molekuler di Indonesia
sudah terbukti bahwa penyakit ini berhubungan erat dengan sirrhosis hati,
hepatitis virus B aktif ataupun hepatitis B carrier, dan hepatitis virus C dan
semua mereka ini termasuk ke dalam kelompok orang-orang yang berisiko tinggi
untuk mendapatkan kanker hati ini.
Faktor lain yang diduga sebagai penyebab
kanker hati ini adalah aflatoksinB1 yaitu racun yangdihasilkan oleh sejenis
jamur Aspergillus flavus yang terkontaminasi dan melekat pada permukaan makanan
seperti beras, kacang, gandum, jagung, dan kacang kedelai yang disimpan pada
tempat yang panas dan lembab. Aflatoksin B1 yang ikut masuk ke tubuh melalui
makanan diperkirakan dapat memicu mutasi P53 gene di dalam sel hati yang
seterusnya menimbulkan kanker sel hati.
Bahan-bahan karsinogenik (penyebab
kanker) tertentu juga menyebabkan hepatoma. Di daerah subtropis, dimana
hepatoma banyak terjadi, makanan sering tercemar oleh bahan karsinogenik yang
disebut aflatoksin, yang dihasilkan oleh sejenis jamur. Bahan-bahan
hepatokarsinogenik seperti:
Ø Aflatoksin
Ø Alkohol
Ø Penggunaan
steroid anabolic
Ø Penggunaan
androgen yang berlebihan
Ø Bahan
kontrasepsi oral
Ø Penimbunan
zat besi yang berlebihan dalam hati (Hemochromatosi)
Hepatoma
seringkali tak terdiagnosis karena gejala karsinoma tertutup oleh penyakit yang
mendasari yaitu sirosis hati atau hepatitis kronik. Pada permulaannya penyakit
ini berjalan perlahan, malah banyak tanpa keluhan. Lebih dari 75% tidak
memberikan gejala-gejala khas. Ada penderita yang sudah ada kanker yang besar
sampai 10 cm pun tidak merasakan apa-apa.
Keluhan utama
yang sering adalah :
• Keluhan sakit perut
atau rasa penuh ataupun ada rasa bengkak di perut kanan atas
• Nafsu makan
berkurang,
• Berat badan menurun,
dan rasa lemas.
• Keluhan lain
terjadinya perut membesar karena ascites (penimbunan cairan dalam rongga
perut), mual, tidak bisa tidur, nyeri otot, berak hitam, demam, bengkak kaki,
kuning, muntah, gatal, muntah darah, perdarahan dari dubur, dan lain-lain.
Jika
gejala tampak, biasanya sudah stadium lanjut dan harapan hidup sekitar beberapa
minggu sampai bulan..Pemeriksaan Alfa Feto Protein(AFP) sangat berguna untuk
menegakkan diagnosis penyakit hepatoma ini Penggunaan ultrasonografi ( USG ),
Computed Tomographic Scanning (CT Scan), Magnetic Resonance Imaging (MRI)
penting untuk menegakkan diagnosis dan mengetahui ukuran tumor.
2.2 Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Penyakit Hepatoma
2.2.1
Pengkajian
1. Biodata
Pengkajian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang, status
sosial ekonomi, adat / kebudayaan, dan keyakinan spiritual, sehingga mudah
dalam komunikasi dan menentukan tindakan keperawatan yang sesuai.
2. Riwayat Keperawatan
Keluhan utama : Adanya pembesaran hepar yang dirasakan semakin
mengganggu sehingga bisa menimbulkan keluhan sesak napas yang dirasakan semakin
berat disamping itu disertai nyeri abdomen.
a. Riwayat Penyakit sekarang
Riwayat Penyakit Sekarang dapat diperoleh melalui orang lain atau dengan klien itu sendiri.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat
Penyakit Dahulu dikaji untuk mendapatkan data mengenai penyakit yang pernah diderita oleh klien.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit keluarga dikaji untuk
mengetahui data mengenai penyakit yang
pernah dialami oleh anggota
keluarga.
3. Pemeriksaan Fisik
Gejala klinik
Fase dini : Asimtomatik.
Fase lanjut : Tidak
dikenal simtom yang patognomonik.
Keluhan berupa nyeri abdomen, kelemahan dan penurunan berat badan,
anoreksia, rasa penuh setelah makan terkadang disertai muntah dan mual. Bila
ada metastasis ke tulang penderita mengeluh nyeri tulang.
Pada
pemeriksaan fisik bisa didapatkan :
1.
Ascites
2.
Ikterus
3.
Splenomegali, Spider nevi, Eritema palmaris, Edema.
Secara umum pengkajian keperawatan pada klien dengan kasus
Hepatoma, meliputi :
Ø
Gangguan metabolisme
Ø
Perdarahan
Ø
Asites
Ø
Edema
Ø
Hipoalbuminemia
Ø
Jaundice/icterus
Ø
Komplikasi endokrin
Ø
Aktivitas terganggu akibat
pengobatan
2.2.2
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan
pengkajian di atas maka diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah:
1. Ketidakefektifan
pola pernapasan berhubungan dengan adanya penurunan ekspansi paru (ascites dan
penekanan diafragma)
2. Gangguan rasa nyaman
nyeri abdomen berhubungan dengan adanya penumpukan cairan dalam rongga abdomen
(ascites).
3. Gangguan nutrisi : kurang
dari kebutuhan berhubungan dengan tidak
adekuatnya asupan nutrisi.
4. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan
sesak dan nyeri.
5. Gangguan aktifitas berhubungan dengan sesak
dan nyeri
6. Cemas berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit yang diderita.
2.2.3 Intervensi
Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan :
Ketidakefektifan pernapasan berhubungan dengan adanya penurunan ekspansi paru
(ascites dan penekanan diapragma)
- Tujuan : Setelah dilakukan
tindakan keperawatan diharapakan
pernapasan efektif kembali
- Kriteria : Tidak mengeluh
sesak napas, RR 20 – 24 X/menit. Hasil Lab BGA
Normal
- Intervensi :
a) Pertahankan Posisi semi
fowler.
/Rasional : Posisi ini
memungkinkan tidak terjadinya penekanan isi perut terhadap diafragma sehingga
meningkatkan ruangan untuk ekspansi paru
yang maksimal. Di samping itu posisi ini juga mengurangi peningkatan
volume darah paru sehingga memperluas ruangan yang dapat diisi oleh udara.
b) Observasi gejala kardinal
dan monitor tanda – tanda ketidakefektifan jalan napas.
/Rasional : Pemantau lebih
dini terhadap perubahan yang terjadi sehingga dapat diambil tindakan penanganan
segera.
c) Berikan penjelasan tentang
penyebab sesak dan motivasi utuk membatasi aktivitas.
/Rasional : Pengertian klien
akan mengundang partispasi klien dalam mengatasi permasalahan yang terjadi.
d) Kolaborasi dengan tim medis
(dokter) dalam pemberian oksigen dan pemeriksaan gas darah.
/Rasional : Pemberian oksigen
akan membantu pernapasan sehingga eskpasi paru dapat maksimal pemeriksaan gas
darah untuk mengetahui kemampuan bernapas.
2. Diagnosa keperawatan : Gangguan rasa nyaman nyeri abdomen
berhubungan denganadanya penumpukan cairan dalam rongga abdomen (ascites).
- Tujuan : Setelah dilakukan tindakkan
keperawatan diharapakn nyeri dapat
berkurang atau Pasien bebas dari nyeri.
- Kriteria : Tidak mengeluh
nyeri abdomen, tidak meringis, Nadi 70 – 80 x/menit.
- Intervensi :
a) Lakukan kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian analgesik.
/Rasional : Analgesik bekerja
mengurangi reseptor nyeri dalam mencapai sistim saraf sentral.
b) Atur posisi klien yang
enak sesuai dengan keadaan.
/Rasional : Dengan posisi
miring ke sisi yang sehat disesuaikan dengan gaya gravitasi,maka dengan miring
kesisi yang sehat maka terjadi pengurangan
penekanan sisi yang sakit.
c) Awasi respon emosional
klien terhadap proses nyeri.
/Rasional : Keadaan emosional
mempunyai dampak pada kemampuan klien untuk menangani nyeri.
d) Ajarkan teknik pengurangan
nyeri dengan teknik distraksi.
/Rasional : Teknik distraksi
merupakan teknik pengalihan perhatian sehingga mengurangi emosional dan
kognitif.
e) Observasi tanda-tanda
vital.
/Rasional :
Deteksi dini adanya kelainan
3. Diagnosa keperawatan:
Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan tidak adekuatnya asupan nutrisi.
- Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpeniuhi.
- Kriteria : Kriteria berat
badan naik, klien mau mengkonsumsi makanan yang di sediakan.
- Intervensi :
a) Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian vitamin.
/Rasional : Dengan pemberian
vitamin membantu proses metabolisme, mempertahankan fungsi berbagai jaringan
dan membantu pembentukan sel baru.
b) Jelaskan pada klien
tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh dan diit yang di tentukan dan tanyakan
kembali apa yang telah di jelaskan.
/Rasional : Pengertian klien
tentang nutrisi mendorong klien untuk mengkonsumsi makanan sesuai diit yang
ditentukan dan umpan balik klien tentang
penjelasan merupakan tolak ukur penahanan klien
tentang nutrisi
c) Bantu klien dan keluarga
mengidentifikasi dan memilih makanan
yang mengandung kalori dan protein tinggi.
/Rasional : Dengan
mengidentifikasi berbagai jenis makanan yang telah di tentukan.
d) Identifikasi busana klien
buat padan yang ideal dan tentukan kenaikan berat badan yang diinginkan berat
badan ideal.
/Rasional : Diharapkan
klien kooperatif.
e) Sajikan makanan dalam
keadaan menarik dan hangat.
/Rasional : Dengan penyajian
yang menarik diharapkan dapat meningkatkan selera makan.
f) Anjurkan pada klien untuk
menjaga kebersihan mulut.
/Rasional : Dengan kebersihan
mulut menghindari rasa mual sehingga diharapkan menambah rasa.
g) Monitor kenaikan berat
badan
/Rasional : Dengan
monitor berat badan merupakan sarana
untuk mengetahui perkembangan asupan nutrisi klien.
4. Diagnosa keperawatan :
Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan sesak dan nyeri.
- Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapakn tidur terpenuhi sesuai kebutuhan
- Kriteria : klien mengatakan
sudah dapat tidur.
- Intervensi :
a) Lakukan kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian oksigen dan analgesik
/Rasional : Dengan penambahan
suplay O2 diharapkan sesak nafas berkurang
sehingga klien dapat istirahat.
b) Beri suasana yang
nyaman pada klien dan beri posisi yang
menyenangkan yaitu kepala lebih tinggi:
/Rasional: Suasana yang nyaman mengurangi rangsangan
ketegangan dan sangat membantu untuk bersantai dan dengan posisi lebih tinggi
diharapkan membantu paru – paru untuk melakukan ekspansi optimal.
c) Berikan penjelasan
terhadap klien pentingnya istirahat tidur.
/Rasional : Dengan penjelasan diharapkan klien
termotivasi untuk memenuhi kebutuhan
istirahat sesuai dengan kebutuhan.
d) Tingkat relaksasi
menjelang tidur.
/Rasional : Diharapkan dapat mengurangi ketegangan otot
dan pikiran lebih tenang.
e) Bantu klien untuk
melakukan kebiasaannya menjelang tidur.
/Rasional : Dengan tetap
tidak mengubah pola kebiasaan klien mempermudah klien untuk beradaptasi dengan
lingkungan.
5. Diagnosa keperawatan : Gangguan aktifitas berhubungan dengan sesak
dan nyeri.
- Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan klien dapat melakukan aktivtas
dengan bebas.
- Kriteria : Klien dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.
- Intervensi :
a) Bimbing klien
melakukan mobilisasi secara bertahap.
/Rasional : Dengan latihan
secara bertahap klien dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
b) Latih klien dalam memenuhi
kebutuhan dirinya.
/Rasional : Diharapkan ada
upaya menuju kemandirian.
c) Ajarkan pada klien
menggunakan teknik relaksasi yang merupakan salah satu teknik pengurangan
nyeri.
-Rasional : Pengendalian
nyeri merupakan pertahanan otot dan persendian dengan optimal.
d) Jelaskan tujuan aktifitas
ringan.
/Rasional : Dengan penjelasan
diharapkan klien kooperatif.
e) Observasi reaksi nyeri dan
sesak saat melakukan aktifitas.
/Rasional : Dengan mobilisasi
terjadi penarikan otot, hal ini dapat meningkatkan rasa nyeri.
f) Anjurkan klien untuk
mentaati terapi yang diberikan.
/Rasional : Diharapkan klien
dapat kooperatif.
6. Diagnosa Keperawatan :
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang penyakit yang diderita.
- Tujuan : Setelah dilakukan
tindakan perawatan diharapkan cemas berkurang.
- Kriteria : Klien tenang, klien mampu bersosialisasi.
- Intervensi :
a) Berikan dorongan pada
klien untuk mendiskusikan perasaannya mengemukakan persepsinya tentang
kecemasannya.
/Rasional : Membantu klien dalam memperoleh kesadaran dan
memahami keadaan diri yang sebenarnya.
b) Jelaskan pada klien setiap
melakukan prosedur baik keperawatan maupun tindakan medis.
R/asional : Dengan penjelasan
diharapkan klien kooperatif dan mengurangi kecemasan klien
c) Kolaborasi dengan dokter
untuk penjelasan tentang penyakitnya.
/Rasional : Dengan penjelasan
dari petugas kesehatan akan menambah kepercayaan terhadap apa yang dijelaskan
sehingga cemas klien berkurang.
2.2.4 Implementasi
Keperawatan
1. Diagnosa
keperawatan : Ketidakefektifan pernapasan berhubungan dengan adanya penurunan
ekspansi paru (ascites dan penekanan diapragma)
a) Melakukan
koloborasi dengan dokter untuk pungsi
plaura yaitu dengan mempersiapkan pungtie pleura yang selanjutnya di lakukan
fungsi sebanyak 250 cc oleh dokter.
b)
Menempatkan klien kembali ke tempat
tidur dengan posisi setengah duduk dengan mengganjal kepala dengan menggunakan
tiga bantal.
c) Mengukur
tensi, nadi, RR, suhu hasil tensi 120/ 80 nadi 84x /menit suhu 37 oC.
Mengobservasi ekspansi dan Fremitas di dapatkan ekspansi pada dada kanan tertinggal fremitas raba menurun.
d)
Menjelaskan pada klien timbulnya sesak nafas karena adanya
penumpukan cairan pada rongga pleura.
2. Gangguan
rasa nyaman nyeri abdomen berhubungan dengan adanya penumpukan cairan dalam
rongga abdomen (ascites).
a) melakukan
kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat analgesik
b) melakukan
teknik disraksi relaksasi
c) melakukan
kompres hangat atau dingin
d) melakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital
3. Gangguan
nutrisi : Kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan tidak adekuatnya asupan nutrisi.
a) Menyuap
klien yaitu nasi 1 piring ikan tahu dan
daging sayur sop. Klien hanya menghabiskan ¼ porsi nasi ikan dihabiskan,
minumnya minta susu habis ½ gelas.
b) Memotifasi
klien untuk selalu menghabiskan makanan yang disediakan. Dan menanyakan makanan
kesukaannya.
/Respon
: Klien mengatakan semua makanan suka tapi saya tidak nafsu.
4.
Gangguan istirahat tidur
berhubungan dengan sesak dan nyeri.
a)
mengatur suasana lingkungan
yang nyaman
b)
melakukan teknik relaksasi
dan distraksi
5.
Gangguan aktifitas
berhubungan dengan sesak dan nyeri
a) Melatih
klien untuk mengambil minuman sendiri dan meminumnya sendiri pakai sedotan.
/Respon
: klien mau dan menghabiskan minuan sebanyak ½ gelas.
b) Memotivasi
klien untuk makan sendiri, sambil membantu mendekatkan makanan ke dekat klien.
6.
Cemas berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang penyakit yang diderita.
a) Berusaha
untuk bersikap terbuka pada klien dan menanyakan apa yang dirasakan dan
pendapat klien tentang penyakitnya saat ini.
b) Memberi
motivasi pada klien untuk menanyakan hal
– hal yang berhubungan dengan penyakitnya kepada yang berwewenang.
2.2.5 Evaluasi
1. Untuk
diagnosa ketidakefektifan pola nafas.
-
Data subyektif : Klien
mengatakan setelah disedot sesak nafasnya berkurang dan saya lebih enak tidur
seperti ini.
-
Data obyektif : Pungtie
pleura 250 cc, warna merah muda. Frekuensi nafas 24 x/mt. Fremitus menurun,
perkusi redup pada dada kanan.
-
Assesment : Masalah belum
teratasi.
-
Planning : Rencana nomor 4
distop dan pertahankan rencana nomor 1 – 3.
2. Untuk
diagnosa perubahan nutrisi
-
Data subyektif : Klien
mengatakan saya tidak nafsu makan, saya mau minumsusu saja.
-
Data obyektif : Porsi makan
yang disediakan dihabiskan ¼ porsi, minum susu ¼ gelas, BB = 38 kg. Konjungtiva
masih merah pucat, turgor menurun.
-
Assesment : Masalah belum
teratasi.
-
Planning : Rencana nomor
1,3,4 distop dan pertahankan nomor 2 dan 5.
3.
Untuk diagnosa gangguan
aktivitas
-
Data subyektif : Saya
berusaha untuk makan, minum sendiri, untuk mandi masih dibantu diseka.
-
Data obyektif : Saat makan
pagi klien makan sendiri.
-
Assesment: Masalah belum
teratasi.
-
Planning: Rencana 1-3 distop,
pertahankan rencana nomor 4.
4.
Untuk diagnosa cemas sedang.
-
Data subyetif : Klien
mengatakan besok mau diapakan lagi saya, saya tidak mengerti apa tujuan dari
pemeriksaan.
-
Data obyektif : Klien tidak
menatap perawat saat berbicara.
-
Assesment: Masalah belum
teratasi.
-
Planning: Dipertahankan.
5.
Untuk diagnosa gangguan rasa nyaman nyeri
-
Data subyektif : klien
mengatakan daerah perut masih nyeri
-
Data Obyektif : wajah
meringis saat palpasi perut
-
Assesment : masalah belum
teratasi
-
Planning : askep
dipertahankan
6.
Untuk diagnosa gangguan
istirahat tidur
-
Data subyektif : klien
mengatakan semalaman tidak bisa tidur
-
Data obyektif : mata klien
merah, lemas, pusing,
-
Assesment : masalah belum
teratasi
-
Planning : askep
dipertahankan.
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Hepatoma (karsinoma hepatoseluler) adalah kanker yang berasal
dari sel-sel hati. Hepatoma merupakan kanker hati primer yang paling sering
ditemukan. Tumor ini merupakan tumor ganas primer pada hati yang berasal dari
sel parenkim atau epitel saluran empedu atau metastase dari tumor jaringan
lainnya. Faktor risiko hepatoma antara lain infeksi hepatitis B, infeksi
hepatitis C, alkohol, obesitas, diabetes melitus (DM), idiopatik, usia, dan
sirosis hepatis.
Keluhan
utama yang sering adalah keluhan sakit perut atau rasa penuh ataupun ada rasa
bengkak di perut kanan atas dan nafsu makan berkurang, berat badan menurun, dan
rasa lemas. Keluhan lain terjadinya perut membesar karenaas cit es (penimbunan
cairan dalam rongga perut), mual, tidak bisa tidur, nyeri otot, berak hitam,
demam, bengkak kaki, kuning, muntah, gatal, muntah darah, perdarahan dari dubur,
dan lain-lain.
Pengobatan
hepatoma masih belum memuaskan, banyak kasus didasari oleh sirosis hati. Pasien
sirosis hati mempunyai toleransi yang buruk pada operasi segmentektomi pada
hepatoma. Selain operasi masih ada banyak cara misalnya transplantasi hati,
kemoterapi, emboli intra arteri, injeksi tumor dengan etanol agar terjadi
nekrosis tumor, tetapi hasil tindakan tersebut masih belum memuaskan dan angka
harapan hidup 5 tahun masih sangat rendah
3.2
Saran
ü berhati
–hati terhadap gejala dan keluhan dalam tubuh meski sedikit, misal jangan
meremehkan sakit perut.
ü jangan
sembarangan mengkonsumsi obat – abat yang bukan dari resep dokter.
ü makan-
makanan yang sehat, jangan terlalu sering mengkonsumsi makanan yang mengandung bahan
pengawet dan karsinogenik.
Daftar Pustaka
·
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/08_150_HepatomaHepatorenal.pdf/08_150_He
patomaHepatorenal.html
·
http://emedicine.medscape.com/article/369226-overview
·
http://www.totalkesehatananda.com/kankerhati.html
·
http://info-medis.blogspot.com/2008/11/hepatoma
-karsinoma-hepatoseluler.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar