BAB I
1.1
Latar Belakang
Masalah keluarga berencana bukan
merupakan masalah baru, tapi dapat disoroti oleh pengetahuan-pengetahuan baru
dan data baru fisiologi alat reproduksi dari segala segi, sehingga manusia
dapat mempengaruhi jalannya reproduksi dengan teknik yang akseptabel (Teknik KB
: 14).
Lebih dari 3 dasawarsa program KB
nasional dilaksanakan di Indonesia. Selama kurun waktu tersebut telah banyak
hasil yang dicapai. Salah satu bukti keberhasilan program tersebut antara lain
semakin tingginya angka pemakaian alat kontrasepsi (prevalensi). SDKI tahun
1997 memperlihatkan proporsi peserta KB untuk semua cara tercatat sebesar
57,4 %. Bila dirinci lebih lanjut proporsi peserta KB yang terbanyak adalah
suntik (21,1 %), pil (15,4 %), IUD (8,1 %), susuk (16 %), mow (3 %), kondom
(0,7 %), MDP (0,4 %) dan sisanya merupakan peserta KB tradisional yang
masing-masing menggunakan cara tradisional pantang berkala maupun senggama
terputus.
Dari hasil survey di Dusun Kedung
Betik Kecamatan Kesamben dari 447 KK di dapatkan 272 PUS. Dari 272 PUS, yang
tidak mengikuti KB sebanyak 25 orang (9,2 %) dan 247 orang mengikuti KB (90,8
%). Dari angka tersebut, metode kontrasepsi yang dipakai adalah suntik ( %),
pil ( %), AKDR ( %), AKBK ( %), mow (3 %), mop ( %), dan sisanya menggunakan metode
kontrasepsi sederhana.
Selain masalah KB, masalah yang lain
adalah mengenai kesehatan lingkungan dan ekonomi penduduk yang rendah. Karena
mengacu pada GSKA, maka kami mengambil / tertarik untuk mengangkat masalah KB
yang ada di dusun Kedung Betik.
Maka dari itu, Praktek Kerja
Lapangan merupakan merupakan bentuk pembelajaran klinik dengan menerapkan
materi yang telah didapat di bangku kuliah terutama mata kuliah kebidanan
komunitas pada keluarga, dimana mahasiswa mendapat pengalaman nyata tentang
peran dan fungsi bidan di masyarakat dan memberikan kesempatan kepada mahasiswa
untuk bekerja individu, keluarga dan kelompok di tatanan pelayanan kebidanan
serta dapat mengembangkan Asuhan Kebidanan Komunitas pada keluarga dengan
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan dan pengorganisasian masyarakat.
1.2
Tujuan
1.2.1
Tujuan Umum
Mendapatkan pengalaman nyata
dalam peran, fungsi dan tugas bidan
serta dapat mengembangkan sifat etis, nasionalisme dan profesionalisme dalam
melaksanakan praktek kebidanan.
1.2.2
Tujuan Khusus
1.
Meningkatkan kemampuan keluarga
dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga.
2.
Meningkatkan kemampuan keluarga
dalam menanggulangi masalah-masalah kesehatan dasar dalam keluarga.
3.
Meningkatkan kemampuan keluarga
dalam mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan para
anggotanya.
4.
Meningkatkan kemampuan keluarga
dalam memberikan asuhan kebidanan terhadap anggota keluarga yang sakit dan
dalam mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya.
5. Meningkatkan produktivitas keluarga dalam
meningkatkan mutu hidupnya.
1.3
Manfaat Penulisan
1.3.1
Bagi Penulis
Sebagai
pengalaman langsung dan bahan evaluasi dalam pelaksanaan asuhan kebidanan
komunitas didalam praktek kerja lapangan yang telah didapat di perkuliahan.
1.3.2
Bagi Institusi
Dapat
digunakan sebagai bahan asuhan dan tambahan kepustakaan dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan.
1.3.3
Bagi Klien
Menambah
pengetahuan tentang KB sehingga ibu tahu tentang masalah yang ada pada dirinya
dan masalah kesehatan pada keluarga pada umumnya.
1.3.4
Bagi Lahan Praktek dan Masyarakat
Sebagai
bahan masukan bagi masyarakat untuk mengetahui masalah kesehatan yang ada pada
masyarakat.
1.4
Metode Penulisan
Asuhan
Kebidanan Komunitas ini disusun setelah penulis melakukan penulisan secara
deskriptif dalam bentuk studi kasus yang dibuat berdasarkan keadaan dan dalam
situasi yang nyata. Dan tertuju pada pemecahan masalah menggunakan metode :
1.4.1
Studi Kepustakaan
Mengumpulkan data melalui
bahan ilmiah dengan cara membaca yang terkait dengan KB dan kesehatan
masyarakat.
1.4.2
Wawancara dan Observasi
Mengumpulkan data melalui
tanya jawab secara langsung pada pasien, keluarga maupun tim kesehatan yang
terkait.
1.4.3
Pemeriksaan Fisik
Data yang diperoleh melalui
pemeriksaan fisik dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi untuk
mendapatkan data obyektif.
1.4.4
Dokumentasi
Suatu cara untuk memperoleh
data dengan melihat catatan medik keluarga dan lain-lain dari data yang telah
ada.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. KONSEP DASAR KEBIDANAN
KOMUNITAS
2.1.1.
Pengertian
Adalah seorang bidan yang bekerja
melayani keluarga dan masyarakat di wilayah komunitas (Dr. J.H. Syahlan, SKM)
Adalah para praktisi bidan yang
berbasis komuniti harus dapat memberikan supervisi, yaitu dibutuhkan oleh
wanita selama masa kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir secara
komprehensif (United Kingdom Central Council For Nursing, Midwifery and health)
Adalah seorang yang telah mengikuti
pendidikan kebidanan yang telah diakui oleh pemerintah setempat yang telah
menyelesaikan pendidikan dan lulus, serta terdaftar/ mendapat izin melakukan
praktek kebidanan yang melayani keluarga atau masyarakat di wilayah tertentu
(WHO)
2.1.2.
Sasaran pelayanan kebidanan
komunitas
Sasaran pelayanan kebidanan
komunitas adalah komuniti, di dalam komuniti terdapat kumpulan individu yang
membentuk keluarga atau kelompok dalam suatu masyarakat
Sasaran
utama pelayanan kebidanan komunitas adalah ibu dan anak dalam keluarga
Ibu : Calon ibu/ masa pranikah ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, ibu meneteki, ibu masa interval, menopouse
Anak : Bayi, balita, masa sekolah
Keluarga Berencana : Nuclear family (suami,
istri, anak), extended family (keluarga besar, kakek, nenek, dll)
Masyarakat : Masyarakat desa, kelurahan dalam batas
wewenang kerja
2.1.3.
Kegiatan pelayanan kebidanan
komunitas yang dilakukan oleh Bidan
Kegiatan pelayanan kebidanan
komunitas yang dilakukan oleh bidan meliputi :
a.
Penyuluhan kesehatan
b.
Pemeliharaan kesehatan ibu dan
balita
c.
Konsep keluarga berencana
d.
Imunisasi, gizi, keluarga
berencana
e. Memberikan pelayanan kesehatan ibu di
rumah
f. Membina dan membimbing kader dan dukun
bayi
g. Menggerakkan dan membina peran serta
masyarakat dalam bidang kesehatan
h. Membina kerja sama lintas program dan
lintas sektoral
i.
Melakukan rujukan medik
j.
Mendeteksi
secara dini adanya efek samping dan komplikasi pemakai kontrasepsi
2.2.
KONSEP DASAR KELUARGA
2.2.1. Pengertian
Adalah
suatu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai suatu kesatuan
atau unit masyarakat yang terkecil dan biasanya tidak selalu ada hubungan
darah, ikatan perkawinan atau ikatan-ikatan lain. Mereka hidup bersama dalam
satu rumah (tempat tinggal). biasanya di bawah asuhan seorang kepala rumah
tangga dan makan dari satu periuk.
Keluarga
adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah
tangga, berinteraksi satu sama lain. (Dep. Kes. RI, 1998)
Dari kedua
batasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga ini adalah :
1.
Unit
terkecil masyarakat
2.
Terdiri
dari dua orang atau lebih
3.
Adanya
ikatan perkawinan dan pertalian darah
4.
Hidup
dalam satu rumah tangga
5.
Dibawah
asuhan seorang kepala rumah tangga
6.
Berinteraksi
satu sama lain
7.
Setiap
anggota keluarga menjalankan peranannya masing-masing
8.
Menciptakan
dan mempertahankan suatu kebudayaan
2.2.2. Struktur Keluarga
Struktur keluarga ada bermacam-macam diantaranya
adalah :
a. Patrilineal : Keluarga
sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana
hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal : Keluarga
sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana
hubungan itu disusun melalui garis ibu.
c. Matrilokal : Sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah istri.
d. Patrilokal : Sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah suami.
e. Keluarga kawinan : Hubungan suami istri
sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi
bagian keluarga karena
Ciri-ciri struktur keluarga Anderson Carter :
1. Terorganisasi : saling berhubungan, saling
ketergantungan antara anggota keluarga
2. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki
kebebasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi
dan tugasnya masing- masing.
3. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap
anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.
2.2.3. Tipe/Bentuk Keluarga
a. Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah
keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak -anak.
b. Keluarga Besar (Extended Family) adalah
keluarga inti ditambah dengan sanak saudara misalnya : nenek, kakek, keponakan,
saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
c. Keluarga Berantai (Serial Family) adalah
keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali
dan merupakan satu keluarga inti.
d. Keluarga Duda/Janda (Single Family) adalah
keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
e. Keluarga Berkomposisi (Composite) adalah
keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
f. Keluarga Kabitas (Cahabitation) adalah dua
orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
Tipe
keluarga Indonesia umumnya menganut tipe keluarga besar (extended family ),
karena masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku hidup dalam suatu
komuniti dengan adat istiadat yang sangat kuat.
2.2.4.
Pemegang Kekuasaan Dalam Keluarga
a.
Patriakal, yang dominan dan
memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ayah.
b.
Matriakal, yang dominan dan
memegang kekuasaan dalam keluarga dalam pihak ibu.
c.
Equailitanan, yang memegang
kekuasaan dalam keluarga adalah ayah dan ibu.
2.2.5.
Peranan Keluarga
Peranan
keluarga rnenggarnbarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat kegiatan
yang berhubungan dengan individu dalarn posisi dan situasi tertentu.
Berbagai
peranan yang terdapat di dalarn keluarga adalah sebagai berikut :
1.
Peranan
Ayah: ayah sebagai kepala keluarga dari istri dan anak-anak, berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pernberi rasa aman.
2.
Peranan
Ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anak. Ibu rnernpunyai peranan untuk
rnengurus rurnah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak- anaknya, pelindung
dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya.
3.
Peranan
Anak : anak-anak rnelaksanakan peranan psiko sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental,
sosial dan spiritual.
2.2.6. Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi yang dapat
dijalankan keluarga sebagai berikut :
a. Fungsi Biologis
1. Untuk meneruskan keturunan
2. Memelihara dan rnernbesarkan anak
3. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4. Memelihara dan merawat anggota keluarga
b. Fungsi Psikologis
1. Memberikan kasih sayang dan rasa aman
2. Memberikan perhatian diantara anggota
keluarga
3. Membina pendewasaan kepribadian anggota
keluarga
4. Memberikan identitas keluarga
c. Fungsi Sosialisasi
1. Membina sosialisasi pada anak.
2. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai
dengan tingkat perkembangan anak.
3. Meneruskan nilai budaya keluarga
d. Fungsi Ekonomi
1. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk
rnemenuhi kebutuhan keluarga
2. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga
untuk rnernenuhi kebutuhan keluarga
3. Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga
dimasa yang akan datang
e. Fungsi Pendidikan
1. Menyekolahkan anak untuk memberikan
pengetahuan. keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan
minat yang dimilikinya.
2. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa
yang akan datang
3. Mendidik anak sesuai dengan
tingkat-tingkat perkembangannya.
Arti lain membagi fungsi
keluarga sebagai berikut :
1. Fungsi Pendidikan. Dalam hal ini tugas
keluarga adalah mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan
dan masa depan anak.
2. Fungsi Sosialisasi Anak. Tugas keluarga
dalam menjalankan fungsi ini adalah bagaimana keluarga mempersiapkan anak
menjadi anggota masyarakat yang baik.
3. Fungsi Perlindungan. Tugas keluarga dalam
hal ini adalah melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik.
4. Fungsi Perasaan. Tugas keluarga dalam hal
ini adalah keluarga menjaga secara instuitif. merasakan perasaan dan suasana
anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama
anggota keluarga.
5. Fungsi Religius. Tugas keluarga dalam
fungsi ini adalah memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang
lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan
keyakinan bahwa ada kekuatan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan
lain setelah di dunia ini.
6.
Fungsi
Ekonomis. Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah mencari sumber-sumber
kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang lain. Kepala keluarga bekerja untuk memperoleh penghasilan. mengatur
penghasilan tersebut.
7.
Fungsi Rekreatif Tugas keluarga
dalam fungsi rekreatif ini tidak selalu harus pergi ke tempat rekreasi, tetapi
yang penting bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga.
Rekreasi dapat dilakukan di rumah dengan cara nonton televisi bersama,
bercerita tentang pengalaman masing- masing dan sebagainya.
8.
Fungsi Biologis. Tugas keluarga
yang utama dalam hal ini adalah untuk meneruskan keturunan sebagai generasi
penerus dari berbagai fungsi diatas 3 fungsi pokok keluarga terhadap anggota
keluarganya adalah :
1)
Asah adalah memenuhi kebutuhan
pendidikan anak, sehingga siap menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam
mempersiapkan masa depannya.
2)
Asih adalah memberikan kasih
sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan kepada anggota keluarga sehingga
kemungkinan mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.
3)
Asuh adalah menuju kebutuhan
pemelihara dan perawatan anak agar kesehatannya selalu terpelihara sehingga
diharapkan rnenjadikan mereka anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosial
dan spiritual.
2.2.7.
Tahap-Tahap Kehidupan Keluarga
Tahap-tahap kehidupan keluarga menurut Duvail adalah sebagai berikut
:
a.
Tahap Pembentukan Keluarga.
Tahap ini dimulai pernikahan yang dilanjutkan dalam membentuk rumah tangga.
b.
Tahap menjelang kelahiran anak.
Tugas keluarga yang utama untuk mendapatkan keturunan sebagai generasi penerus,
melahirkan anak merupakan kebanggaan bagi keluarga yang merupakan saat-saat
yang sangat dinantikan.
c. Tahap menghadapi bayi. Dalam hal ini keluarga mengasuh, mendidik dan
memberikan kasih sayang kepada anak, karena pada tahap ini bayi kehidupannya
sangat tergantung kepada kedua orang tuanya. Dan kondisinya masih sangat lemah.
d. Tahap menghadapi anak pra sekolah. Pada tahap ini anak sudah rnulai mengenal
kehidupan sosialnya. Sudah mulai bergaul dengan teman sebaya tetapi sangat
rawan dalam masalah kesehatan. Karena tidak mengetahui mana yang kotor dan mana yang bersih. Dalam fase
ini anak sangat sensitif terhadap pengaruh lingkungan dan tugas keluarga adalah
mulai menanamkan norma-norma kehidupan, norrna-norma agama, norma-norma sosial
budaya dan sebagainya.
e. Tahap menghadapi anak sekolah. Dalam tahap
ini tugas keluarga adalah bagaimana mendidik anak, mengajar anak untuk
rnempersiapkan rnasa depannya, membiasakan anak belajar secara teratur
mengontrol tugas-tugas sekolah anak dan meningkatkan pengetahuan umum anak
f. Tahap menghadapi anak remaja Tahap ini
adalah tahap yang paling rawan, karena tahap ini anak akan mencari identitas
diri dalam membentuk kepribadiannya. Oleh karena itu suri tauladan dari kedua
orang tua sangat diperlukan komunikasi dan saling mengerti antara kedua orang
tua dengan anak perlu dipelihara dan dikembangkan.
g. Tahap melepaskan anak ke masyarakat
Setelah melalui tahap remaja dan anak telah dapat menyelesaikan pendidikannya,
maka tahap selanjutnya adalah melepaskan anak ke masyarakat dalam memulai
kehidupannya yang sesungguhnya, dalam tahap ini anak akan memulai kehidupan
berumah tangga.
h.
Tahap berdua kembali setelah anak besar dan menempuh
kehidupan keluarga sendiri-sendiri, tinggallah suami istri berdua saja dalam
tahap ini keluarga akan merasa sepi dan bila tidak dapat menerima kenyataan
akan dapat menimbu1kan depresi dan stress
i.
Tahap
masa tua tahap ini masuk ke tahap lanjut usia dan kedua orang tua mempersiapkan
diri untuk meninggalkan dunia yang fana ini
2.2.8. Tugas-tugas keluarga
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas
pokok sebagai berikut :
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para
anggotanya.
b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada
dalam keluarga
c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya
sesuai dengan kedudukannya masing-masing
d.
Sosialisasi antar anggota
keluarga
e.
Pengaturan jumlah anggota
keluarga
f.
Pemeliharaan ketertiban anggota
keluarga
g.
Penempatan anggota-anggota
keluarga dalam masyarakat yang lebih luas
h.
Membangkitkan
semangat para anggota keluarga
2.2.9.
Ciri-Ciri Keluarga
a.
Diikat dalam suatu tali
perkawinan
b.
Ada hubungan darah
c. Ada ikatan batin
d. Ada tanggung jawab masing-masing
anggotanya
e.
Ada pengambilan
keputusan
f.
Kerjasama diantara anggota
keluarga
g.
Komunikasi interaksi antar anggota keluarga
h.
Tinggal
dalam suatu rumah
2.2.10. Ciri-Ciri Keluarga Indonesia
a. Suami sebagai pengambil keputusan
b. Merupakan suatu kesatuan yang utuh
c. Berbentuk monogram
d. Bertanggungjawab
e. Pengambilan keputusan
f. Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa
g.
Ikatan
kekeluargaan sangat erat
h.
Mempunyai
semangat gotong royong.
2.2.11.
Pola Kehidupan Keluarga Indonesia
a.
Daerah Pedesaan
1.
Tradisional
2.
Agraris
3.
Tenang
4.
Sederhana
5.
Akrab
6. Menghormati orang tua
b. Daerah Perkotaan
1. Dinamis
2. Rasional
3. Konsumtif
4. Demokratis
5.
Individual
6.
Terlibat
dalam kehidupan politik
2.3. KONSEP DASAR TEORI
SUNTIKAN KOMBINASI
2.3.1
Jenis Suntikan Kombinasi
-
Cyclofem
(25 mg medrosiprogesteron asetat + 5 mg estrasiol spionat)
-
NET-EN
(50 mg noretindron enantat + 5 mg estradiol valerat)
2.3.2
Cara Kerja
-
Menekan ovulasi
-
Membuat lendir serviks jadi
kental sehingga penetrasi sperma terganggu.
-
Atrofi pada endometrium
sehingga implantasi terganggu.
-
Menghambat
transportasi gamet oleh tuba.
2.3.3
Efektifitas
-
Sangat
efektif (0,1 – 0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun.
2.3.4
Keuntungan
Kontrasepsi
-
Resiko
terhadap kesehatan kecil
-
Tidak
berpengaruh terhadap hubungan suami istri
-
Tidak
diperlukan pemeriksaan dalam
-
Jangka
panjang
-
Efek
samping sangat kecil
-
Klien
tidak perlu menyimpan obat suntik
2.3.5
Keuntungan
Non Kontrasepsi
-
Mengurangi
jumlah perdarahan
-
Mengurangi
nyeri saat haid
-
Mencegah
anemia
-
Khasiat
pencegahan terhadap kanker ovarium dan kanker endometrium
-
Mengurangi
penyakit payudara jinak dan kista ovarium
-
Mencegah
kehamilan ektopik
-
Melindungi
klien dari jenis-jenis tertentu penyakit randang panggul
-
Pada
keadaan tertentu dapat diberikan perempuan pada usia perimenopus
2.3.6
Kerugian
-
Terjadi
perubahan pola haid seperti tidak teratur, perdarahan bercak/spoting atau
perdarahan sela sampai 10 hari
-
Mual,
sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan seperti ini akan hilang
setelah suntikan kedua atau ketiga
-
Klien
harus kembali setiap 30 hari untuk mendapatkan suntikan
-
Efekifitas
berkurang jika digunakan bersamaan dengan obat-obatan epilepsi (barbiturat dan
fenitoin) atau obat tuberkulosis (rifampisin)
-
Dapat
terjadi efek samping yang serius seperti serangan jantung, stroke bekuan darah
pada paru dan otak, dan kemungkinan timbulnya tumor hati
-
Penambahan
berat badan
-
Tidak
menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi melalui seksual hepatitis B
virus, atau virus HIV
-
Kemungkinan
terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian
2.3.7
Yang
Boleh Menggunakan Suntikan Kombinasi
-
Usia
reproduksi
-
Telah
memiliki anak ataupun belum memiliki anak
-
Ingin
mendapat kontrasepsi dengan efektifitas yang tinggi
-
Menyusui
ASI pasca persalinan 6 bulan
-
Pasca
persalinan dan tidak menyusui
-
Anemia
-
Nyeri
haid hebat
-
Haid
teratur
-
Riwayat
kehamilan ektopik
-
Sering
lupa menggunakan pil kontrasepsi
2.3.8
Yang
Tidak Boleh Menggunakan Suntikan Kombinasi
-
Hamil
atau diduga hamil
-
Menyusui
dibawah dibawah 6 minggu pasca persalinan
-
Perdarahan
pervaginam yang belum jelas penyebabnya
-
Penyakit
hati akut (virus hepatitis)
-
Usia
> 35 tahun yang merokok
-
Riwayat
penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi (> 180/110 mmHg)
-
Riwayat
kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis > 20 tahun
-
Kelainan
pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migrain
-
Keganasan
payudara
2.3.9
Waktu
Mulai Menggunakan Suntikan Kombinasi
-
Suntikan
pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid tidak diperlukan
kontrasepsi tambahan.
-
Bila
suntikan pertama diberikan setelah hari ke 7 siklus haid, klien tidak boleh
melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan kontrasepsi lain
untuk 7 hari.
-
Bila
klien tidak haid, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat asal saja dapat
dipastikan ibu tersebut tidak hamil, klien tidak boleh melakukan hubungan
seksual untuk 7 hari pertama atau menggunakan metode konytrasepsi lain selama 7
hari.
-
Bila
klien pasca persalinan 6 bulan menyusui belum haid, suntikan pertama dapat
diberikan, asal saja dapat dipastikan tidak hamil.
-
Bila
pasca perslinan > 6 bulan, menyusui serta telah mendapat haid, maka suntikan
pertama diberikan pada siklus haid hari 1
dan 7.
-
Bila
pasca persalinan < 6 bulan dan menyusui jangan diberikan suntikan kombinasi.
-
Bila
pasca persalinan 3 minggu, dan tidak menyusui, suntikan kombinasi dapat diberi.
-
Pasca
keguguran, suntikan kombinasi dapat segera diberikan atau dalam waktu 7 hari.
-
Ibu
yang sedang menggunakan metode kontrasepsi hormonal yang lain dan ingin
menggantinya dengan kontrasepsi hormonal kombinasi selama ibu tersebut
menggunakan kontrasepsi sebelumnya secara benar, suntikan kombinasi dapat
segera diberikan tanpa perlu menunggu haid. Bila ragu-ragu perlu dilakukan uji
kehamilan terlebih dahulu.
-
Bila
kontrasepsi sebelumnya juga kontrasepsi hormonal dan ibu tersebut ingin
menggantinya dengan suntikan kombinasi maka suntikan kombinasi dapat diberikan
sesuai jadwal kontrasepsi sebelumnya. Tidak diperlukan metode kontrasepsi lain.
-
Ibu
yang menggunakan metode kontrasepsi hormonal dan ibu ingin menggantinya dengan
suntikan kombinasi, maka suntikan kombinasi tersebut dapat diberikan asal saja
diyakini ibu tidak hamil dan peberiannya tanpa menunggu datangnya haid. Bila
diberikan pada hari 1 – 7 siklus haid metode kontrasepsi lain tidak diperlukan.
Bila sebelumnya menggunakan AKDR, dan ingin menggantinya dengan suntikan
kombinasi, maka suntikan pertama diberikan hari 1 – 7 hari siklus haid. Cabut
segera AKDR.
2.3.10 Cara Penggunaan
Suntikan kombinasi diberikan
setiap bulan dengan suntikan intramuskular dalam. Klien diminta datang setiap 4
minggu. Suntikan ulang dapat diberikan 7 hari lebih lama, dengan kemungkinan
terjadi gangguan perdarahan. Dapat juga diberikan setelah 7 hari dari jadwal
yang telah ditentukan, asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil.
2.3.11 Instruksi Untuk Klien
-
Klien
harus kembali ke dokter / klinik untuk mendapatkan suntikan kembali setiap 4
minggu
-
Bila
tidak haid lebih dari 2 bulan, klien harus kembali ke dokter / klinik untuk
memastikan hamil atau tidak
-
Jelaskan
efek samping yang tersering yang didapat pada penyuntikan dan apa yang harus
dilakukan bila hal tersebut terjadi. Bila klien mengeluh mual, sakit kepala,
atau nyeri payudara serta perdarahan, informasikan kalau keluhan tersebut
sering ditemukan, dan biasanya akan hilang pada suntikan ke 2 atau ke 3.
-
Apabila
klien sedang menggunakan obat-obatan tuberkulosis atau obat epilepsi,
obat-obatan tersebut dapat mengganggu efektifitas kontrasepsi yang sedang
digunakan.
2.3.12 Tanda-tanda Yang Harus Diwaspadai Pada
Penggunaan Suntikan Kombinasi
-
Nyeri
dada hebat atau nafas pendek, kemungkinan adanya bekuan darah diparu atau
serangan jantung.
-
Sakit
kepala hebat atau gangguan penglihatan. Kemungkinan terjadi stroke, hipertensi
atau migrain.
-
Nyeri
tungkai hebat. Kemungkinan telah terjadi sumbatan pembuluh darah pada tungkai.
-
Tidak
terjadi perdarahan / spotting selama 7 hari sebelum suntikan berikutnya
kemungkinan terjadi kehamilan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
1.
PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 15 Maret
2006
1) Sturktur dan sifat keluarga
a. Kepala Keluarga
Nama : Tn. Totok
Umur : 29 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Karyawan Pabrik
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : Dsn. Kedung Betik RT 3 RW 1 Kedung
Betik-Kesamben
b. Susunan dan Kesehatan Anggota Keluarga
No
|
Nama
|
JK
|
Umur
|
Hub. KK
|
Pend.
|
Pekerjaan
|
KB
|
Keadaan fisik saat pengkajian
|
1.
2.
|
Qoiromah
Galang
|
P
L
|
27 Th
33 bln
|
Istri
Anak
|
SMA
–
|
Wiraswasta
–
|
Suntik
–
|
Sehat
Sehat
|
Tipe
keluarga ini adalah keluarga inti, yang paling dominan dalam mengambil
keputusan adalah ayah sebagai kepala keluarga. Hubungan dalam keluarga cukup
baik.
2)
1. Ruang tamu
2. Kamar tidur
3. Kamar tidur
4. Kamar tidur
5. Ruang keluarga
6. Ruang dapur
7. Kamar tidur
8. sumur (ditutup
|
|
Denah rumah
3)
: laki-laki
: perempuan
: garis pernikahan
: garis hub. anak
: garis kerabat
|
|
Genogram
4) Situasi Lingkungan
a. Rumah
Luas
: 5 x 12 m2
Jenis
rumah : tersendiri
Letak
: jauh dari vektor
Dinding
: tembok
Lantai
: tegel
Atap
: genting
Cahaya
: cukup
Ventilasi : cukup
Jendela : 5
buah
Kebersihan : cukup
bersih
Jumlah : 6 ruang
b. Air Minum
Asal : sanyo
Kualitas air : cukup
baik
Konsumsi air : bersih
c. Pembuangan Sampah
Dibakar dikebun / pekarangan
belakang rumah
d. Jamban dan Kamar Mandi
Jenis jamban : WC
Jarak dengan sumber air : +
5 m
Kebersihan : cukup
Kamar
mandi : ada,1 buah
e. Pekarangan dan Selokan
Pengaturan
: teratur
Kebersihan
: bersih
Air
limbah : teratur
Tanaman
penduduk : ada
Peralatan
pekarangan : –
f. Kandang Ternak
Bangunan
: -
Letak
: -
Kebersihan
: -
5) Kegiatan Keluarga Sehari-hari
a. Kebiasaan Tidur
Kebiasaan tidur keluarga tidak
teratur kecuali anaknya yang masih ecil tidur 2 kali, siang dan malam. Siang + 2 jam dan malam + 9
jam.
b. Kebiasaan Makan dan Minum
Didalam satu keluarga makan 3
x sehari dengan porsi nasi, sayur, tahu, tempe, ikan, telur, dll.
Tidak ada pantangan makanan
dalam keluarga.
Kebiasaan minum dalam keluarga
tidak teratur, kadang + 6 gelas sehari , kadang hanya 3 – 4 gelas
sehari, air putih, teh, es, kadang anaknya minum susu formula 1 gelas sehari.
c. Kebiasaan Eliminasi
BAB 1 kali dalam sehari setiap
pagi, BAK 3- 4x satu hari.
BAK dikamar mandi semua.
BAB semua anggota keluarga di
WC.
d. Kebersihan Diri
Semua anggota keluarga
mempunyai kebiasaan mandi 2 x sehari, pagi dan sore.
e. Penggunaan Waktu Senggang (luang)
-
Ibu
bekerja sebagai pedagang, menjaga toko di rumah, jika ada waktu senggang ibu
menonton TV.
-
Ayah
sehari-hari bekerja sebagai karyawan pabrik waktu senggang biasanya digunakan
untuk bercengkrama dengan anggota keluarga terutama anaknya.
6) Situasi Sosial dan Budaya
a. Pendidikan
Didalam keluarga tingkat
pendidikan SMU adalah bapak, ibu berpendidikan SMP sedangkan anaknya belum
sekolah.
b. Sistem Nilai
Keluarga adalah suku Jawa.
Dalam keluarga tidak ada tata nilai tertentu yang dianut yang bertentangan
dengan kesehatan. Persepsi terhadap kesehatan sangat baik.
c. Hubungan dengan Masyarakat
Hubungan dengan tetangga serta
keluarga yang lain baik.
Ibu mengikuti kegiatan arisan
yasinan warga setempat.
7) Keadaan Kesehatan Keluarga
a. Penyakit yang diderita keluarga
Keadaan ibu saat ini baik-baik
saja, tidak ada masalah dalam kesehatannya, begitu pula suaminya juga
sehat-sehat saja. Suami memiliki kebiasaan merokok, anaknya saat ini sehat, 9
hari yang lalu sakit batuk pilek selama 5 hari,berobat dibalai pengobatan,
sekarang sudah sembuh.
b. Pemanfaatan fasilitas kesehatan
Jika ada anggota keluarga yang
sakit dibawa ke balai pengobatan terdekat.
DATA KHUSUS
1) Biodata
Nama
: Ny. Q
Umur
: 27 Th
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Pedagang
(wiraswasta)
Kawin
: 1 kali
2) Keluhan Utama
Ibu merasa khawatir terhadap
penambahan berat badannya akhir-akhir ini, terutama sejak ganti KB suntik 1
bulanan.
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan saat ini
sehat-sehat saja tidak sedang mengalami sakit apapun.
4) Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Ibu mengatakan pernah MRS
karena sakit thypoid selama 5 hari di RSUD Swadana Jombang. Ibu tidak pernah
menderita penyakit lain seperti HT, kanker, anemia, jantung, liver, TB,
Hepatitis B,kelaian pembekuan darah dll.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya
tidak ada yang menderita penyakit menular ataupun menurun.
6) Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Makan : 3 x /hari, porsi
sedang, menu nasi, lauk, sayur.
Minum : + 5 – 6 gelas
sehari, air putih, teh, es.
b. Pola Aktivitas
Ibu biasa mengerjakan rumah
sehari-hari seperti masak, mencuci dan membersihkan rumah. Ibu juga bekerja
menjadi pedagang (membuka toko dirumah).
c. Pola Istirahat
Siang : jarang tidur
Malam : + 21.00 – 04.30
WIB, tidak ada gangguan.
d. Pola Eliminasi
BAB : 1 x/hr, warna kuning,
tidak nyeri, bau khas.
BAK : + 3 x/hr, warna
kuning jerni, bau khas, tidak nyeri.
e. Pola Personal Hygiene
Mandi 2 x/hr, gosok gigi 2
x/hr, ganti baju 2 x/hr, ganti celana dalam 2x/hr, keramas 3 x/minggu.
7) Riwayat Kebidanan
a. Riwayat Haid
Menarche : + 13 th
Lama haid : 8 hari
Siklus haid :
30 hari
Banyaknya : hari ke 1 – 3 ganti softek 3 x/hr, hari 4 – 8
ganti softek 2 x/hr
Flour albus : jarang, 3 hari sebelum dan sesudah haid,
tidak bau tidak gatal.
Keluhan : nyeri haid pada hari pertama haid
b. Riwayat Kehamilan
Anak I : Ibu saat hamil rutin memeriksa kehamilannya,
mendapat suntikan TT 2 x, ibu melahirkan anaknya di bidan, normal, BBL 3100 gr.
Sekarang berusia 33 bulan. Nifas + 40 hari, normal.
c. Riwayat KB
Ibu menggunakan KB suntik 3
bulanan setelah anaknya berusia 4 bulan. Sampai usia 2 tahun. Ibu selama
menggunakan KB 3 bulanan tidak dapat haid dan mengeluh badan capek-capek tapi
tidak ada kenaikan BB. Kemudian ibu pindah menggunakan KB suntik 1 bulanan, +
3 bulan terakhir ibu selalu haid tetapi haidnya banyak dan
+ 8 hari setiap haid. Ibu mengeluh BB selalu naik. Ibu bingung harus
memakai KB apa yang cocok, karena tidak ingin BB nya naik terus menerus.
8) Pemeriksaan Fisik
Keadaan
Umum : baik
Kesadaran
: cm
Postur
tubuh : normal, tidak ada kelainan
TB : 155 cm
BB : 61 Kg
BB
sebelum suntik Kb 1 bulanan : 54 Kg
LILA : 27 cm
TD : 120/70 mmHg
N : 84 x/mnt
S : –
RR : 20 x/mnt
Pemeriksaan fisik khusus
a. Inspeksi
-
Kepala
: rambut hitam, lurus, tidak berketombe, tidak bercabang.
-
Muka : tidak
pucat, tidak oedem
-
Mata : tidak
ada oedem palpebra, simetris, konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterus.
-
Hidung
: tidak ada PCH, tidak ada sekret.
-
Mulut
dan gigi : mukosa bibir lembab, tidak caries gigi, tidak ada stomatitis,
tidak ada gigi palsu, lidah bersih.
-
Telinga
: simetris, tidak ada serumen.
-
Leher : tidak
ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada bendungan vena jugularis.
-
Axilla
: tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
-
Dada : simetris,
tidak ada kelainan bentuk tulang dada, tidak ada benjolan, tidak ada retraksi intercoste kedua PD lunak,
puting susu bersih, menonjol.
-
Perut
: tidak ada luka bekas
operasi.
-
Genetalia
: vulva
bersih, tidak oedem, tidak varices, tidak ada condiloma acuminata,tidak ada
tanda chadwik.
-
Ekstremitas
: simetris,
tidak ada gangguan pergerakan,tidak oedem.
b. Palpasi
-
Leher
: tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid,dan vena jugolaris
-
Ketiak
: tidak ada pembengkakan kelenjar limfe
-
Abdomen
: tidak
ada ballotement, tidak terdapat tanda-tanda piskaceks.
c. Perkusi
Reflek patella +/+
d. Auskultasi
-
Dada : tidak
ada wheezing dan ronchi
2.
ANALISIS DATA
Masalah
kesehatan yang dialami oleh keluarga Tn. ”T” disebabkan olah faktor kekurang
tahuan terhadap metode kontrasepsi dan efek sampingnya. Ibu menyadari bahwa
selama ini ibu mengikuti KB hanya berdasarkan pengetahuan secara umum dari
warga sekitar. Namun ibu menyadari tenaga kesehatan (bidan) sangat berperan
penting terdapat pencapaian kesejahteraan dan kesehatan keluarga. Oleh karena
itu intervensi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan adalah melakukan penyuluhan
mengenai jenis-jenis KB, profil, efek samping dan cara penggunaannya. Selain itu memberikan alternatif pilihan
berdasarkan keadaan pasien. Namun keputusan tetap ada ditangan klien.
Kesehatan
lingkungan, sosial ekonomi, dan kesehatan bayi tidak ada masalah.
3.
PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan data-data diatas
dan analisa sederhana dapat disimpulkan bahwa masalah yang menonjol dan terjadi
adalah :
Kurangnya Pengetahuan mengenai metode kontrasepsi yang dipakai.
4.
PRIORITAS MASALAH
Untuk menghadapi kemungkinan
masalah dapat diatasi, dilakukan teknik skoring sebagai berikut :
No
|
Kriteria
|
Skor
|
Bobot
|
Perhitungan
|
Pembenaran
|
1.
2.
3.
4.
|
Sifat masalah
(Keadaan
sejahtera)
Kemungkinan
masalah dapat diubah
Potensi masalah
untuk dicegah
Menonjolnya
masalah
|
1
2
2
1
|
1
2
1
1
|
1/3 x 1 = 1/3
2/2 x 2 = 2
2/3 x 1 = 2/3
1/2 x 1 = ½
|
Pemilihan metode kontrasepsi yang kurangtepat dapat mempengaruhi psikis
ibu, sehingga mempengaruhi kesejahteraan.
Ibu masih dengan mudah dapat mengubah keputusannya memilih metode
kontrasepsi
Masalah yang terjadi cukup mudah untuk dicegah dengan pengetahuan yang
benar mengenai metode kontrasepsi.
Masalah tersebut, tidak harus segera ditangani karena ibu perlu waktu
untuk berunding dengan suami.
|
|
Jumlah
|
|
|
3 ½
|
|
Berdasarkan skoring prioritas
masalah diatas, maka dapat disimpukan
bahwa masalah yang terjadi pada keluarga Tn ”T” adalah :
-
Kurangnya
Pengetahuan mengenai metode kontrasepsi
yang dipakai.
5.
RENCANA, TINDAKAN DAN
EVALUASI PERAWATAN KELUARGA
Data : - Ibu
mengatakan merasa khawatir terhadap penambahan berat badannya akhir-akhir ini,
terutama sejak ganti KB suntik 1 bulanan.
- Ibu menanyakan ingin tahu jenis metode
kontrasepsi apa yang sesuai untuknya.
Masalah : Kurangnya Pengetahuan mengenai metode
kontrasepsi yang dipakai.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan
ibu mengerti tentang kondisinya dan dapat menerima efek samping yang
ditimbulkan oleh jenis metode kontrasepsi yang dipakai.
Kriteria hasil : - Ibu
bisa mengulangi penjelasan petugas
- Ibu bisa memilih jenis kontrasepsi yang
sesuai dengan keinginannya.
- Ibu
tidak banyak bertanya tentang metode kontrasepsi yang sudah dijelaskan.
§ Rencana
1) Memberikan penyuluhan tentang jenis-jenis
kontrasepsi yang ada
2) Memberikan efek samping yang ditimbulkan dari jenis kontrasepsi yang
dipakai
3) Memberi alternatif pilihan metode
kontrasepsi sesuai dengan kondisi klien
4) Memberikan kesempatan kepada ibu untuk
memilih jenis kontrasepsi sesuai keinginannya
§ Tindakan
Tanggal 15 Maret 2006 Jam 14.00 WIB
1) Memberikan penjelasan mengenai jenis
kontrasepsi yang ada dan jenis profil, serta efek sampingnya
2) Memberitahu efek samping yang terjadi dari
jenis kontrasepsi yang dipakai
3) Menganjurkan ibu menggunakan metode
kontraspsi non hormonal, karena ibu selama ini menggunakan metode hormonal,
mungkin dengan metode kontrasepsi tersebut (misal IUD) tidak terjadi
keluhan-keluhan yang selama ini ditimbulkan.
4) Menanyakan kembali kepada ibu tentang metode
kontrasepsi yang dinginkan dan memberi waktu untuk memikirkan sebelum mengambil
keputusan.
5) Memberikan leavlet tentang KB agar bisa
dibaca lagi dan bisa dijadikan bahan pertimbangan tentang metode kontrasepsi
yang diinginkan.
§ Evaluasi
Tanggal : 15 Maret 2006
S : Ibu mengatakan sudah bisa menerima penjelasan
petugas dan ingin mencoba metode kontrasepsi IUD
O : - Ibu
tidak bertanya lagi tentang metode kontrasepsi yang dipakai
- Ibu ingin mencoba metode kontrasepsi IUD,
tapi masih ingin merundingkan dengan suaminya.
A : Masalah teratasi, ibu sudah mengerti tentang
metode kontrasepsi.
P : Rencana dihentikan.