PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Asfiksia
neonatorum adalah keadaan bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan
teratur setelah bayi lahir yang disebabkan oleh hipoksia janin dalam rahim yang
berhubungan dengan faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan atau segera
setelah bayi lahir. Keadaan ini merupakan penyebab utama moratlitas dan
morbiditas bagi bayi baru lahir.
Angka kematian
bayi di seluruh Indomesia pada tahun
menurut SDKI 2002-2003 angka kematian menjadi menurun yaitu 35 per 1000
kelahiran hidup, penurunan yang sangat lambat merupakan masalah prioritas yang
belum teratasi, sedangkan harapan yang ingin dicapai 15 per 1000 kelahiran
hidup, penanganan masalah ini tidak mudah karena faktor yang melatarbelekangi
kematian bayi sangat kompleks (Depkes RI, 2003).
Faktor angka
kematian bayi tersebut banyak dipengaruhi baik dari faktor intern ibu hamil
tanpa pengawasan, hamil dengan penyulit, hamil dengan komplikasi, sedangkan
faktor ekstern yaitu gizi, infeksi dan trauma pada proses persalinan (Manuaba,
1998).
Asfiksia terjadi
karena adanya gangguan pertukaran gas dan transfer O2 dari ibu ke
janin. Gangguan pertukaran gas dan transport O2 dapat terjadi karena
kelainan dalam kehamilan atau persalinan yang bersifat menahun atau mendadak,
kelainan menahun seperti gizi ibu yang buruk atau penyakit menahun pada ibu
(anemia, hipertensi, penyakit jantung, dll) dapat ditanggulangi dengan
melakukan pemeriksaan antenatal ibu yang terakhir.
Kelainan yang
bersifat mendadak antara lain pada persalinan hampir selalu mengakibatkan
anoksia hipoksia yang berakhir dengan asfiksia bayi.
Berdasakan permasalahan
yang diuraikan diatas maka penulis menyusun asuhan kebidanan dengan judul
“Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny “M” Neonatus Post Term Umur 0 Hari Dengan
Asfiksia Ringan di Ruangan Neonatus Barokah Nhoro dengan Menggunakan ()
1.2.
Tujuan Penulisan
1.2.1.
Tujuan umum
Penulis mampu menerapkan pola pikir dalam melaksanakan asuhan
kebidanan pada bayi Ny “M” neonatus aterm umur 0 hari dengan asfiksia ringan
yang menggunakan manajemen kebidanan Hellen Varney dan penulis dapat memperoleh
pengalaman nyata serta dapat mempraktekkan teori yang di peroleh di
perkuliahan.
1.2.2.
Tujuan khusus
Dalam melaksanakan asuhan kebidanan bayi Ny “M” neonatus aterm umur
0 hari dengan asfiksia ringan di BPS Umi Barokah mahasiswa diharapkan mampu :
1) Mampu melakukan pengkajian yaitu mengumpulkan data subyektif dan
data obyektif pada bayi Ny “M”
2) Mampu mengidentifikasi diagnosa masalah dan kebutuhan
3) Mampu mengantisipasi masalah potensial
4) Mampu mengantisipasi kebutuhan segera
5) Mampu mengembangkan rencana asuhan kebidanan
6) Mampu melaksanakan rencana asuhan kebidanan
7) Mampu mengevaluasi hasil asuhan kebidanan
1.3.
Manfaat Penulisan
1.3.1.
Bagi lahan praktek
Dari
penulisan asuhan kebidanan ini dapat memberikan masukan-masukan terhadap tenaga
kesehatan lain terhadap pelaksanaan pasien asfiksia ringan secara komprehensif.
1.3.2.
Bagi institusi pendidikan
Asuhan
kebidanan dapat menambah bacaan serta dapat menambah bahan kepustakaan bagi
yang membutuhkan acuan perbandingan dalam penanganan pada bayi asfiksia ringan.
1.3.3.
Bgi penulis
Dapat
memperoleh pengalaman dan pengetahuan serta dapat menerapkan apa yang didapat
secara teoritis pada permasalahan asuhan kebidanan pada bayi Ny “M” neonatus
post term umur 0 hari dengan asfiksia ringan dan mendokumentasikan hasil dari askeb
yang telah dilaksanakan.
1.4.
Cara Penyusunan Asuhan
Kebidanan
1.4.1.
Wawancara
Yaitu mengumpulkan
data dengan cara tanya jawab secara langsung pada keluarga pasien / ibu pasien
maupun dari tim kesehatan yang terkait sehingga mendapat permasalahan pasien.
1.4.2.
Observasi
Yaitu
pengamatan langsung terhadap perubahan yang terjadi pada pasien.
1.4.3.
Pemeriksaan fisik
Yaitu
pemeriksaan pada pasien yang meliputi inspeksi/palpasi auskultasi dan perkusi
untuk mendapatkan data obyektif
1.4.4.
Studi kepustakaan
Yaitu dengan
mempelajari buku-buku dan makalah yang ada hubungannya dengan masalah asfiksia
ringan.
1.4.5.
Dokumentasi
Yaitu melihat
catatan medis pasien maupun pemeriksaan laboratorium.
1.5.
Lokasi dan Waktu
Penyusunan
Asuhan kebidanan dilakukan di BPS Umi Barokah pada tanggal 04 – 15
Desmber 2006.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.
Konsep Dasar BBL
2.1.1. Pengertian
¯
Bayi Baru Lahir Normal
Adalah BBL dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan
lahir 2500 gram sampai 4000 gram (Depkes RI. 1992)
¯
Asuhan Segera Bayi Baru Lahir
Adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama
setelah kelahiran (Pelayanan Kesehatan Maternal, Neonatal. 2002)
2.1.2. Periode Bayi Baru Lahir
1)
Periode I : reaktifitas
(30 menit pertama setelah lahir) bayi terjaga dengan mata terbuka, memberikan
respon terhadap stimulus dan menyerupai kemampuan menghisap yang tinggi
2)
Periode II : reaktifitas
(2 – 5 jam setelah kelahiran) bayi bangun dari tidur nyenyak. Denyut jantung
dna pernafasan meningkat, pengeluaran mekonium urine dan menghisap.
3)
Periode III : stabilitas
12 – 24 jam
kulit kemerahan dan hangat
2.1.3. Penilaian Bayi Baru Lahir
a. Dua jam pertama sesudah lahir
Meliputi
kemampuan menghisap kuat/lemah
-
Bayi tampak aktif/lunglai
-
Bayi kemerahan/biru
b. Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya
Penolong perslainan
melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap ada / tidaknya masalah kesehatan
yang memerlukan tindak lanjut yaitu :
-
Bayi kecil untuk masa kehamilan
/ bayi kurang bulan gangguan pernafasan.
o
Hipotermia
o
Cacat bawaan dan trauma lahir
2.1.4. Yang di Pantau BBL
1. Suhu badan dan lingkungan
2. Tanda – tanda vital
3. BB
4. Pakaian
5. Perawatan tali pusat
2.1.5. Aspek-aspek Penting dari Asuhan BBL
1) Jaga agar bayi tetap kering dan hangat
2) Usahakan adanya kontak, antara kulit bayi dengan ibunya sesegera
mungkin
2.1.6. Penanganan BBL
1) Membersihkan jalan nafas
Bayi normal
akan menangis spontan segera setelah lahir apabila tidak langsung menangis. Penolong
segera bersihkan jalan nafas
2) Memotong dan merawat tali pusat
Tali pusat
dipotong sebelum/sesudah placenta lahir tidka menentukan dan mempengaruhi bayi.
Tali pusat dipotong 2 cm dari pangkal pusat dan 2 cm diantara jarak klem 1 dan
ke 2.
3) Mempertahankan suhu tubuh
Pada waktu
bayi lahir sebelum mengatur tetap suhu badan dan menentukan pengaturan dari
luar untuk membuatnya hangat.
4) Identifikasi bayi
5) Penceghan infeksi
2.1.7. Karakteristik
a. Bentuk tubuh dan pengukuran
Besar kepala
dan badannya, tungkai pendek, paha kecil, pada genetalia wanita labia mayora
sudah menutupi labia minora. Pada laki-laki sudah turun ke skrotum.
Batas normal
pengukuran
PBL : 2500 – 4000 gram
PB : 48 – 53
LD : 30,5 – 33 cm
LK : 31 – 35,5 cm
b. Kesadaran
Aktifitas
motorik yang dilakukan bayi adalah menangis, tangis normal adalah kuat dan
keras
c. Tanda-tanda vital
Suhu : 36 – 37o C
Nadi : 120 – 150 x/menit
RR : 30 – 60 x/menit
Tensi : 80/45 – 60/50 mmHg
d. Reflek pada bayi
-
Reflek morro
Adalah
rangsangan mendadak menyebabkan lengan terangkat ke atas dan ke bawah. Terkejut
dan rileksasi dengan lambat. Timbul sejak lahir sampai 2 bulan.
-
Tonus reflek (tonick neck
refleks)
Adalah reflek
kepala, lengan, tungkai mengarah ke salah satu sisi relaksasi dengan lambat,
timbul dari lahir sampai 2 bulan.
-
Reflek menghisap (sucking
reflek)
Timbul saat
lahir sampai umur 6 – 8 bulan
-
Reflek mencari puting susu (rooting
reflek)
Timbul saat
lahir sampai umur 6 bulan
-
Reflek menelan (swallowing
reflek)
Timbul saat
lahir sampai mati
-
Reflek menggenggam (palmar
greps)
Didapatkan
fleksi dari seluruh jari menggenggam jari pemeriksa timbul cacat lahir sampai
umur 6 bulan.
-
Reflek melangkah (babynsky)
Bayi akan melakukan
gerakan seperti berjalan kaki akan bergantian antara fleksi dan ekstensi timbul
saat lahir sampai umur 3 minggu.
2.2.
Post Term (Post Date)
2.2.1. Definisi
Post term
adalah kehamilan yang melewati 42 minggu lengkap
(Kapita
Selekta I. 2001. 275)
2.2.2. Etiologi
Tidak
timbulnya his karena kurangnya air ketuban, insufisiensi plasenta dan
kerentanan akan stres.
2.2.3. Manifestasi klinis
·
Keadaan klinis yang dapat
ditemukan ialah gerakan janin yang jarang yaitu secara subyektif kurang dari 7
x/20 menit atau secara obyektif dengan KTG kurang dari 10 x/20 menit
·
Pada bayi akan ditemukan
tanda-tanda lewat waktu yang terbagi menjadi :
o Stadium I : kulit kehilangan vernik kaseosa dan terjadi maserasi
sehingga kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas
o Stadium II : seperti stadium I disertai pewarnaan meconium (kehijaun
di kulit)
o Stadium III : seperti stadium I disertai pewarnaan
kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat
2.2.4. Pemeriksaan penunjang
1) USG untuk menentukan usia kehamilan, oligohdramnion derajat
maturitas placenta
2) KTG untuk menilai adanya/tidaknya gawat janin
3) Pewarnaan air ketuban, warna air ketuban dengan amnioskopi atau amniotomi () tes tanpa tekanan dinilai
apakah reaktif atau tidak dan tes tekanan oksitosin.
4) Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotif > 20%
2.2.5. Penatalaksanaan
Bila keadaan
janin baik
-
Tunda pengakhiran kehamilan selama
1 minggu dengan menilai gerakan janin dan tes tanpa tekanan 3 hari kemudian bila
positif segera lakukan sactio caesarea.
-
Induksi persalinan
2.3.
Konsep Dasar Asfiksia
Ringan
2.3.1. Definisi
Ialah keadaan dimana bayi yang baru dilahirkan tidak segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah dilahirkan.
2.3.2. Asfiksia dalam persalinan
Dapat
disebabkan oleh :
1) Kekurangan O2 misalnya pada
~
Partus lama CPD, serviks kaku
dan antonia / insersia uteri ruptura uteri yang membakat, kontraksi uterus yang
terus menerus mengganggu sirkulasi darah placenta pemberian obat terlalu banyak
dan tidak tepat pada waktunya perdarahan banyak misalnya placenta previa
dan solusio placenta.
~
Kalau plasenta sudah tua dapat
terjadi pos maturitas () disfungsi uri
2) Paralisis pusat pernafasan, akbiat trauma dari luar seperti karena ()
forseps, atau trauma dari dalam sepeti akibat obat bius.
2.3.3.
Gambaran klinik
Ada 2 macam
1)
Asfiksia livida (biru)
2)
Asfiksia pollida (putih)
Perbedaan asfiksia
polida asfiksia livida
Warna kulit pucat kebiru-biruan
Tonus otot sudah
kering masih BAK
Reaksi rangsangan negatif positif
Bunyi jantung tidak
teratur msaih teratasi
Prognosis jelek lebih baik
2.3.4.
Patogenesis
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2,
bertambah, timbulah rangsangan terhadap N. Sehingga bunyi jantung janin menjadi
lambat. Bila kekurangan O2 ini terus berlangsung maka N. vagus tidak
dapat lagi. Timbulah kini rangsangan dari N. vagus tidak dapat dipengaruhi
lagi. Timbulah kini rangsangan H. simpatikus. DJJ menjadi lebih cepat. Akhirnya
ireguler dan menghilang.
Secara klinis tanda-tanda asfiksia adalah DJJ yang lebih cepat dari 160
x/menit atau kurang dari 100 x/menit. Halus dan ireguler serta adanya pengeluaran
meconium.
b.
Kekurangan O2 juga
merangsang usus sehingga meconium keluar sebagai tanda janin dalam asfiksia
Jika DJJ
normal dan dalam meconium, janin mulai asfiksia
Jika DJJ >
cepat dari 160 x/menit dan meconium janin sedang asfiksia
Jika DJJ
kurang dari 100 x/menit dan ada meconeum, janin dalam keadaan gawat
c.
Janin akan mengadakan
pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak air
ketuban dan meconeum dalam paru bronkus dan terjadi atelektasis. Bila janin
lahir alveoli tidak berkembang.
2.3.5.
Diagnosis
a. In uterus
-
DJJ ireguler dan frekuensinya
lebih dari 160/kurang dari 100 x/menit
-
Terdapat meconium dan air
ketuban (letak kepala)
-
Analisa air ketuban /
amniuskopi
·
Kardiotokografi
·
Ultrasonografi
b. Setelah bayi lahir
Bayi tampak pucat dan kebiaru-biruan serta tidak bernafas kalau
sudah mengalami perdarhan diotak maka ada gejala neurologis seperti kejang,
nistagmus dan meningitis kurang baik/tidak menangis
2.3.6.
Penanganan
1) Jangan dibiarkan bayi kedinginan (balut dengan kain), bersihkan
mulut dan jalan nafas
2) Lakukan resusitasi (respirasi artifisialis) dengan alat yang dimasukkan
kedalam mulut untuk mengalirkan O2 dengan tekanan 12 mmHg, dapat
juga dilakukan mouth respiration, heart masage (masase jantung), atau menekan
dan melepaskan dada bayi pemberian O2 harus hati-hati, terutama pada
bayi prematur. Bisa menyebabkan lactiular fibrosis oleh pemberian O2
dalam konsentrasi lebih tinggi 35% dan lebih dari 24 jam sehingga bayi menjadi
buta.
3) Gejala pendarahan otak biasanya timbul beberapa hari pot partum, jadi
kepala bisa direndahkan supaya lendir yang menyumbat dapat keluar
4) Pemberian caramine, lobiline sekarang tidak dilakukan lagi
5) Kalau ada dugaan perdarahan otak berikan injeksi Vit K. 1 – 2 mg
6) Berikan tranfusi darah via tali pusat/pemberian glukosa
2.3.7.
Prognosis
Asfiksia livida lebih baik dari pollida. Prognosis tergantung pada
kekurangan O2 dan luasnya perdarahan dalam otak, bayi yang dalam
keadaan asfiksia dan pulih kembali harus dipikirkn kemungkinannya : cacat
mental seperti epilepsi dan bodoh pada masa datang.
2.3.8.
Profilaksis
Pengawasan bayi yang seksama sewaktu memimpin partus adalah penting.
Juga kerja sama yang baik dengan bagian ilmu kesehatan anak.
Yang harus diperhatika.
-
Hindari forseps tinggi, versi
dan ekstraksi pada panggul sempit serta pemberian pituritari dan dosis tinggi
-
Bila ibu anemis, perbaiki
keadaan ini dan bila ada perdarahan berikan O2 dan darah segar.
-
Jangan berikan obat bius pada
waktu yang tidak tepat dan jangan menunggu terlalu lama pada kala II.
APGAR SCORE
|
0
|
1
|
|
SCORE
|
0
|
1
|
2
|
A : Appeaence (colur) wrna kulit
P : Pulse (hear rate) denyut nadi
G : Grimace (iritability () )
A : Activiti (muskeletn) tonus otot
R : Respiration (respiratori effect)
|
Bluee pale
Tidak ada
No response
Limp
Absent
|
Body pink
Ekstremitas
blues
< 100
Grimace
Some flexion
Of extremiti
Slow ireguler
|
Completely
Over 100
Cry
Active motion
Strongery
|
2.3.9.
Klasifikasi klinik nilai Apgar
a. Asfiksia berat (nilai apgar 0 – 3)
Memerlukan
resusitasi segera secara aktif dan pemberian oksigen terkendali, karena selalu disertai
(), maka perlu diberikan natrium bikarbonat 7,5% dengan dosis 2,4 ml per Kg BB
dan cairan glukosa 40% 1 – 2 ml per Kg BB, berikan via umbilikus.
b. Asfiksia ringan sedang (nilai apgar 4 – 6)
Memerlukan
resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernafas normal kembali
c. Bayi normal dan sedikit asfiksia (nilai apgar 7 – 9)
d. Bayi normal dengan nilai apgar 10
2.4.
Konsep Asuhan Kebidanan
2.4.1. Pengkajian
A. Data Subyektif
Data yang
diperoleh dari wawancara secara langsung kepada keluarga, yang terdiri dari :
1) Identitas bayi, nama bayi menggunakan nama ibu dengan tujuan agar
tidak keliru bayi lain, tanggal lahir bayi, umur bayi, jenis kelamin, alamat.
2) Identitas orang tua : nama ibu dan ayah, umur, pekerjaan, suku/bangsa,
alamat untuk mengetahui bagaimana ().
3) Keluhan utama
Keluhan yang
dirasakan klien saat pengkajian
4) Riwayat penyakit sekarang
Ditanyakan
untuk mengetahui keadaan/kesehatan klien
5) Riwayat penyakit keluarga
Penyakit apa
yang pernah diderita keluarga dan ada hub ada/tidak dengan keadaan bayi
sekarang.
6) Riwayat neonatal
a. Prenatal
Menanyakan
tentang pemeriksaan ibu saat hamil, hamil keberapa, berapa buln, UK, kesehatan
ibu saat hamil dan KU ibu.
b. Natal
Jenis
persalinan spontan/sactio caesarea, adalah kelainan letak, keadaan ketuban,
gerak dna tangis bayi ada/tidak cacat bawaan, usia kehamilan ini.
c. Post natal
Keadaan bayi setelah
lahir, gerak, tangis bayi, apakah dilakukan resusitasi Ku bayi lemah atau tidak,
suhu, pernafasan sesak.
7) Riwayat psikososial budaya keluarga
Kehadiran
bayi diharapkan keluarga dapat menjaga dan yang dapat merugikan dan
menguntungkan bayi.
8) Pola nutrisi
Selama
dirumah sakit bayi diberi asupan nutrisi berupa susu formula
9) Pola eliminasi
Selama bayi
dirawat dirumah sakit bayi BAB/BAK berapa kali dalam sehari, warna BAB dan BAK.
10) Pola aktifitas
Bayi akan
menangis bila kencing, BAK dan BAB lancar
B. Data Obyektif
1) Keadaan umum
Kesadaran,
jenis kelamin, apgar score, sianosis/tidak ikterus
2) Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Kepala : ada caput/chepal hematoma, UUB, UUK sudah menutup
/ tidak
Kulit
muka ikterus (-)
Simetris
(+), conjungtiva pucat (-), sklera ikterus (-)
Hidung : sekret (-), pernafasan cuping hidung (-)
Mulut : simetris (+), bibir sianosis (-), kelainan
bentuk (-)
Dada : simetris (+), terdapat tarikan inter costa (-)
Abdomen : perdarahan tali pusat (-)
Genetalia : labia mayora menutupi labia minora
Rectum : atresia ani (-)
Ekstremitas : kedua tangan dan kaki simetris (+), ikterus
(-), oedem (-)
b. Palpasi
Kepala : caput suksedaneum (-), chepal hematoma (-)
Abdomen : apakah tali pusat berdarah
Ekstremitas : oedem (-)
c. Auskultasi
Dada : ada ronchi/wheezing (-), DJJ (+)
Abdomen : bising usus (-)
3)
Pemeriksaan neurologis
Reflek suckling (+)
Reflek morro (+)
Reflek babynsky (+)
Reflek tonik neck (+)
Reflek graps (+)
2.4.2. Identifikasi Diagnosa, Masalah dan Kebutuhan
Pengelompokan
data yang telah dikumpulkan selanjutnya di identifikasi, sehingga menemui
masalah / diagnosa masalah dipakai bersama dan ada berapa masalah, yang tidak
di identifikasikan sebagai masalah. Tetapi perlu di() dalam perkembangan perkembangan
rencana
2.4.3. Antisipasi Masalah Potensial
Asfiksia
sedang
2.4.4. Identifikasi Kebutuhan Segera
Mengeringkan
bayi
Menghisap lendir
2.4.5. Intervensi
Rencana
kebidanan mencakup dan tindakan untuk menetapkan tindakan kebidanan yang
dilakukan dan mengantisipasi masalah / diagnosa dapat dibuat bersama pasien dan
keluarga berdasarkan urutan prioritas masalah BBL diharapkan bayi dalam keadaan
sehat.
Kriteria
hasil : bayi dalam keadaan normal
2.4.6. Implementasi
Langkah ini
dilaksanakan oleh bidan berdasarkan rencana yang telah ditetapkan pada langkah
pelaksanaan mandiri kegiatan / tindakan kebidanan secara mandiri tetapi
pelaksanaan dalam menyelesaikan secara mandiri tetapi pelaksanaan dalam
menyelesaikan kasus sewaktu-waktu bisa melaksanakan kegiatan kolaborasi dengan
tim kesehatan lain.
2.4.7. Evaluasi
Tindakan
dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana kebersihan tindakan kebidanan yang
dilakukan sesuai dengan kriteria kebidanan ditulis dalam bentuk SOAP :
S : Data yang diperoleh dengan wawancara
O : Data yang diperoleh dari observasi
A : Kenyataan yang diambil
P : Perencanaan yang ditentukan
BAB III
TINJAUAN
KASUS
3.1.
Pengkajian
Tanggal : 09 – 12 –
2006
Jam : 12.15
WIB
A.
Data Subyektif
1.
Biodata
Nama : Bayi Ny “M”
Umur : 0 hari
Agama : Islam
Anak ke : I
Nama ibu : Ny “M” Nama
ayah : Tn “S”
Umur : 32 tahun Umur : 36
tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/
Indonesia
Pendidikan : SD Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Penghasilan : - Penghasilan : Rp.
700.000
Alamat : Tambak rejo Alamat : Tambak rejo
2.
Keluhan utama
Ibu mengatakan bayinya tidak menangis kuat sejak lahir.
3.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan bayi lahir tanggal 09 – 12 – 2006 pukul 12.15
WIB di BPS dengan BB : 2700 gram, spontan, ketuban keruh, nafas : tidak ada,
warna : pucat, tidak menangis.
4.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga dan suami tidak ada yang
menderita penyakit menular, menahun, seperti DM, TBC, asma.
5.
Riwayat Neonatal
a.
Prenatal
Ibu mengatakan ini merupakan anak pertama, dengan umur
kehamilan 43 minggu, tidak ada keluhan selama hamil, periksa kebidan 7 kali,
mendapat obat – obatan : Fe, Yodiol, Kalk + tambah darah.
b.
Natal
Ibu melahirkan anak pertama pada umur kehamilan 43
minggu, di tolong bidan bayi lahir spontan belakang kepala, jenis kelamin perempuan,
tidak segera menangis, BB lahir, 2700 gram, ketuban keruh, warna pucat, pada
tanggal 09 – 12 – 2006 pukul 12.15 WIB A-S : 7 – 8.
c.
Post natal
Setelah bayi lahir, bayi menangis lemah badan
merah/ekstremitas pucat dan nafasnya lemah
6.
Pola kebiasaan sehari-hari
a)
Pola Nutrisi
Bayi belum
mendapat asupan nutrisi apapun
b)
Pola aktifitas
Bayi tidak bergerak
sama sekali, walaupun sudah dikeringkan
c)
Pola istirahat
-
d)
Pola eliminasi
Bayi belum
BAK/BAB
e)
Pola personal hygiene
Bayi hanya
dikeringkan dengan baju
7.
Riwayat bio, psiko sosial
keluarga
Kelahiran klien sangat diharapkan oleh kedua orang tua
dan keluarga karena merupakan anak pertama, keluarga khawatir dengan keadaan
bayinya karena tidak segera menangis.
B.
Data Obyektif
1.
Keadaan umum baik
Respirasi : 30 x/menit
Suhu : 35,8o C
Apgar score
Denyut jantung : > 100
Pernafasan : lemah/menangis lemah
Otot : gerak aktif
Reaksi terhadap
rangsangan : menyeringai
Warna kulit : badan merah, ekstremitas pucat
2.
Pemeriksaan fisik
a)
Inspeksi
Kepala : rambut tipis dan halus, tidak ada caput, tidak ada chepal
Mata : simetris, tidak ada oedem pada kelopak mata, conjungtiva merah muda
Hidung : simetris, tidak ada polip
Mulut : simetris, tidak ada kelainan kongenital, bibir pucat
Leher : simetris, bersih, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena
jugularis
Dada : simetris, puting susu menonjol, bersih, dada tidak mengembang
Abdomen : tali
pusat masih basah, tidak ada tanda-tanda infeksi
Punggung : simetris,
tidak ada spina bifida
Genetalia : labia
mayora sudah menutupi labia minora, bersih
Anus : anus berlubang
Ekst. Atas : jumlah
jari lengkap, tidak ada gangguan pergerakan kulit telapak tangan mengelupas
Ekst. Bawah : jumlah
jari lengkap tidak ada kelainan kulit telapak kaki mengelupas, pucat
b)
Palpasi
Kepala : tidak ada benjolan, UUB belum menutup, UUK belum menutup
Hidung : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
Abdomen : tidak
ada pembesaran hepar, tidak ada nyeri tekan
Punggung : tidak
ada nyeri tekan, tidak ada spina bifida
Anus : ada lubang
Ekstremitas : kaki
teraba dingin, jumlah jari lengkap, tidak ada luka-luka teraba dingin.
c)
Auskultasi
Dada : denyut jantung lemah > 100
3.
Pemeriksaan Antropometrik
Berat badan : 2700
gram
PB : 48 cm
MO : 39 cm
FO : 34 cm
SOB : 35 cm
LD : 32 cm
3.2.
Identifikasi Diagnosa,
Masalah dan Kebutuhan
Diagnosa : Bayi
Ny “M” umur 0 hari dengan asfiksia berat
Ds : Ibu
mengatakan baru saja melahirkan anaknya, dan bayinya tidak bisa menangis
Do : - Keadaan umum ibu cukup
-
Denyut jantung janin : >
100
-
Pernafasan : lemah, menangis lemah
-
Otot : gerak aktif
-
Reaksi terhadap rangsangan : menyeringai
-
Warna kulit : badan merah ekstremitas biru
-
MO : 39 cm
-
FO : 34 cm
-
SOB : 35 cm
-
BB lahir : 2700
gram
-
RR : 30 x/menit
-
Suhu : 35 o C
Masalah : Gangguan
kebutuhan O2
Ds : Ibu
mengatakan nafasnya ()
Do : - Keadaan umum cukup
-
Ekstremitas : ekstremitsa biru
badan merah RR 30 x/menit
3.3.
Antisipasi Masalah
Potensial
Asfiksia sedang
3.4.
Identifikasi Kebutuhan
Segera
Menghangatkan bayi
Isap lendir (sucaion)
3.5.
Intervensi
Diagnosa : Bayi
Ny “M” umur o hari dengan asfiksia ringan
Tujuan : Setelah
dilakukan asuhan kebidanan selama 1 x 5 menit diharapkan bayi dapat menangis dengan
kuat dengan ()
Kriteria : - Keadaan umum baik
- A-S : 9 – 10
- RR : 40 – 60 x/menit
- Menangis dengan kuat
- Warna kulit merah seluruhnya
Intervensi
1)
Cuci tangan sebelum menyentuh
bayi
Rasional : mencegah
infeksi
2)
Beritahu ibu tentang tindakan
yang akan dilakukan
Rasional : dengan
penjelasan yang baik orang tua akan mengerti keadaan bayinya
3)
Keringkan bayi dari daerah
cairan ketuban
Rasional : membersihkan
bayi dari segala darah dan cairan
4)
Letakkan bayi dibawah lampu
sorot
Rasional : menghangatkan
bayi
5)
Atur posisi bayi kepala lebih
rendah dari badan
Rasional : memudahkan
jalan nafas
6)
Lendir dari mulut kemudian
hidung
Rasional : membebaskan
jalan nafas dari lendir/darah yang menyumbat jalan nafas
7)
Observasi RR dan reflek
menangis, warna kulit
Rasional : deteksi
dini adanya komplikasi
Masalah : Gangguan
kebutuhan O2
Tujuan : Setelah
dilakukan asuhan kebidanan selama 1 x 10 menit diharapkan bayi dapat bernafas
dengan normal
Kriteria
Hasil : - RR : 30 – 60 x/menit
-
Bayi menangis dengan kuat
-
Keadaan umum baik
-
S : 36 – 37o C
Intervensi
1)
Cuci tangan sebelum dan sesudah
Rasional : pencegahan
infeksi
2)
Letakkan bayi ditempat yang
hangat
Rasional : menghangatkan
bayi
3)
Berikan pengosongan pada bayi
dengan menggosok punggung
Rasional : menimbulkan
reflek pada bayi
4)
Isap lendir dari mulut ke
hidung
Rasional : membebaskan
jalan nafas
5)
Miringkan bayi ke salah satu
sisi
Rasional : lendir
yang ada dimulut dan hidung bisa keluar
3.6.
Implementasi
Tanggal : 09 Desember
2006
Diagnosa : Bayi
Ny “M” umur o hari dengan asfiksia ringan
1)
Jam 12.15 WIB
Memberitahu ibu tentang tindakan yang akan dilakukan
2)
Jam 12.17 WIB
a.
Mencuci tangan
b.
Mengeringkan bayi dengan handuk
c.
Meletakkan bayi dibawah lampu
sorot
d.
Memberikan rangsagnan dengan
menggosok punggung bayi
3)
Jam 12.25 WIB
Atur posisi bayi kepala lebih rendah dari badan
4)
Jam 12.27 WIB
Menghisap lendir dari mulut ke hidung
5)
Jam 12.30 WIB
Observasi RR, reflek menangis, suhu
Suhu : 36,4o C
Warna kulit : seluruh tubuh merah
RR : 44 x/menit
Menangis
6)
Jam 12.35 WIB
Memiringkan bayi satu sisi
3.7.
Evaluasi
Tanggal : 09
Desember 2006 Jam : 12.30
WIB
Diagnosa : Bayi
Ny “M” umur o hari dengan asfiksia ringan
S : Ibu mengatakan bayinya sudah menangis
O : - BB : 2700 gram
- Sh : 36,4o C
- RR : 44 x/menit
- Warna kulit : merah seluruhnya
- Denyut jantung : > 100
- Otot : reflek baik
- Reaksi terhadap rangsangan, menangis
A : Masalah teratasi
P : Rencana dilanjutkan
Observasi TTV
Observasi ASI
Miringkan bayi kesalah
satu sisi
BAB IV
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Berdasarkan asuhan kebidanan pada
bayi Ny “M” neonatus posterm umur 0 hari dengan asfiksia ringan, didapatkan
kesimpulan dalam pengkajian data subyektif, dengan tujuan agar diperoleh data
valid begitu pula dengan pengumpulan data obyektif.
Diagnosa yang ada pada tinjauan
pustaka ditegakkan dengan asfiksia neonatorum dengan keluhan kurangnya O2
bayi. Dalam antisipasi masalah potensial ditemukan satu potensial.
Identifikasi kebutuhan segera
dilakukan adalah dengan mengeringkan dan menghangatkan, dalam perencanaan
tindakan penulisan asuhan kebidanan dilakukan sesuai tujuan. Hal ini
disesuaikan dengan kebutuhan segera yang ada dengan melibatkan keluarga.
Melaksanakan asuhan kebidanan
merupakan realisasi rencana tindakan dengan melibatkan klien dan keluarga dalam
melaksanakan asuhan kebidanan pada klien secara utuh meliputi biopsikososial
dan spiritual untuk memudahkan implementasi disesuaikan dengan masalah atau
kebutuhan klien. Evaluasi yang mengacu pada kebutuan criteria hasil pelaksanaan
tindakan pada bayi Ny “M” neonatus posterm umur 0 hari dengan asfiksia dengan
pada tujuan kasus secara menyeluruh. Masalah klien dapat teratasi karena asuhan
kebidanan dilakukan sesuai rencana dan berkesinambungan dengan melibatkan klien
dan keluarga.
Dalam memberikan asuhan kebidanan
dilakukan evaluasi dengan tujuan parameter criteria yang ditetapkan dalam
perencanaan untuk menilai hasil yang optimal pada kasus ini tujuan tercapai
sesuai criteria yang ditetapkan.
4.2.
Saran
4.2.1.
Bagi petugas kesehatan
Diharapkan petugas kesehatan memberikan penanganan yang
tetap pada bayi baru lahir dengan asfiksia ringan.
4.2.2.
Bagi insititusi
Dalam institusi untuk menghasilkan tenaga bidan yang
professional hendaknya diupayakan adanya pendidikan berkelanjutan.
4.2.3.
Bagi mahasiswa
Mahasiswa hendaknya selalu memberikan asuhan kebidanan
yang terbaik bagi pasien dan keluarga dalam meningkatkan SDM menuju bidan
profesional.
DAFTAR PUSTAKA
Hartanto, Hanafi. 1994 keluarga Berencana dan
Kontrasepsi. Ect Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
Saifuddin Affandi. 2004. Buku Panduan Praktek Pelayanan
Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Prawirohardjo, Sarwono. 1997. Ilmu Kebidanan. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo
Manuaba, IBG. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar