Blogger Widgets ADE COPA GABANA PARFUM PARIS MODE: LAPORAN PENDAHULUAN TETANUS NEONATORUM

Kamis, 01 Desember 2011

LAPORAN PENDAHULUAN TETANUS NEONATORUM


LAPORAN PENDAHULUAN

TETANUS NEONATORUM


A.    Definisi :
ü Tetanus adalah penyakit toksemia akut yang disebabkan oleh Clostridium tetani (Kapita selekta Kedokteran, 2000)
ü Tetanus adalah manifestasi sistemik yang disebabkan oleh absorbsi eksotoksin sangat kuat yang dilepaskan ole clostridium tetani pada masa pertumbuhan aktif dalam tubuh manusia.
ü Tetanus adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh clostridium tetani yang menghasilkan exotoksin

B.     Masalah Keperawatan dan Masalah Kolaborasi
Masalah keperawatan
1.      Tidak efektifnya jalan napas.
2.      Resiko gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
3.      Resiko tinggi injury
4.      Kecemasan
5.      Resiko kuranngnya volume cairan

Masalah kolaborasi
Potensial komplikasi :
1.      Asfiksia
2.      Ateletaksis
3.      Fraktur kompresi


C.     Pemeriksaan diagnostik
1.    Pemeriksaan fisik: adanya luka dan ketegangan otot yang khas terutama pada rahang.
2.    Pemeriksaan darah: kalsium dan fosfat.

D.    Diagnosa Keperawatan
1.    Tidak efektifnya kebersihan jalan napas berhubungan dengan meningkatnya produksi sekret / mukus kerena spasme otot laring.
2.    Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kekakuan otot – otot rahang dan kesukaran menelan.
3.    Resiko tinggi terjadi injury berhubungan dengan epistotonus, aktifitas kejang.
4.    Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan orang tua tentang penyakit anaknya.
5.    Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan intake cairan yang kurang

E.     Intervensi Keperawatan
1.      Diagnosa Keperawatan 1: Tidak efektifnya kebersihan jalan napas berhubungan dengan meningkatnya produksi sekret / mukus kerena spasme otot laring.
Tujuan : anak akan memperlihatkan jalan napas yang efektif dengan kriteria : napas lancar.
Intervensi :
a.    Kaji status pernapasan, seperti: kedalama, frekuensi, irama, kerja otot-otot pernapasan, tiap 2 – 4 jam atau sesuai protokol.
b.    Auskultasi bunyi napas: ronchi dan bunyi tambahan.
c.    Lakukan csuction / penghisapan lendir dengan hati- hati dan pasti.
d.   Kolaborasi pemberian O2 sesuai program terapi.

2.      Diagnosa Keperawatan 2 : Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kekakuan otot – otot rahang dan kesukaran menelan
Tujuan : Nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan.
Intervensi:
a.    Kaji status nutrisi.
b.    Observasi dan catat intake makanan dan output.
c.    Kaji bising usus bila perlu dan hati hati karena sentuhan pada anak bisa menyebabkan kejang.
d.   Berikan nutrisi yang tinggi kalori dan protein.
e.    Timbang BB sesuai dengan protokol.
f.     Kolaborasi dalam pemberian nutrisi parenteral dan NGT bila diperlukan.


3.      Diagnosa Keperawatan 3 : Resiko tinggi terjadi injury berhubungan dengan epistotonus, aktifitas kejang.
Tujuan :  tidak terjadi injury pada anak dengan kriteria kejang (-), epistotonus (-)
Intervensi :
a.    Pasang pengaman / penghalang tempat tidur.
b.    Tempatkan anak pada tempat tidur / pengalas yang lembut.
c.    Kaji stimulus yang dapat menyebabkan  kejang.
d.   Minimalkan hal- hal yang bisa meningkatkan rangsangan kejang: suara, sianr yang terang, sentuhan yang berlebih.
e.    Anak harus diistirahatkan dan tempatkan pada ruangan khusus.
f.     Antisipasi prosedur yang dapat merangsang untuk terjadinya kejang.
g.    Hindarkan / singkirkan benda yang dapat membahayakan anak.
h.    Pasang sudip lidah jika terjadi kejang pada anak.
i.      Posisikan anak dengan posisi miring ke samping saat anak kejang untuk mencegah lidah jatuh kebelakang yang dapat menyebabkan obstruksi jalan napas.
j.      Jangan gunakan restrain pada anak.
k.    Catat aktifitas kejang: frekuensi, lamanya, faktor pencetusnya.
l.      Pantau pernapasan selama kejang, buka baju yang dapat mengganggu saat kejang.
m.  Kolaborasi dalam pemebrian obat-obatan: antikejang dan antibiotik.

4.      Diagnosa keperawatan 4 :Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan orang tua tentang penyakit anaknya.
Tujuan : mengurangi rasa cemas pada orang tua dengan meningkatkan pengetahuan orang tua.
Intervensi :
a.    Gunakan komunikasi dan sentuhan yang terapeutik.
b.    Jelaskan tentang semua prosedur yang akan dilakukan.
c.    Jelaskan tentang aktifitas kejang yang terjadi pada anak dan hal-hal yang dapat merangsang kejang: suara, sentuhan- sentuhan, sinar lampu yang sangat terang.
d.   Jelaskan tentang penanganan tentang penanganan kejang untuk menghindari injury seperti pasang sudip lidah, miringkan kesamping untuk drainage.
e.    Jelaskan perlunya lingkungan yang tenang.
f.     Jelaskan perawatan yang perlu dilakukan oleh ortu pada anak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
g.    Ajarkan orang tua untuk mengekspresikan perasaannya tentang keadaan anaknya.

5.      Diagnosa Keperawatan 5 : Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan intake cairan yang kurang
Tujuan : status hidrasi anak meningkat.
Intervensi :
a.     Kaji intake dan output.
b.    Kaji tanda- tanda dehidrasi : ubun – ubun , membran mukosa dan turgor kulit.
c.     Berikan dan pertahankan intake cairan oral / perparenteral sesuai indikasi.
d.    Monitor berat jenis urine.
e.      Pertahankan kepatenan NGT.

BUKU SUMBER:

Fakultas Kedokteran UI, 2000, Kapita Selekta Kedokteran edisi III jilid 2, Jakarta: Medi Aesculapius.

Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, Jakarta: EGC

Suriadi dan Rita Yuliani, 2001, Asuhan Keperawatan pada Anak, Jakarta: CV. Sagung Seto


Tidak ada komentar:

Posting Komentar