Komet Pertanda Kiamat Itu Telah Mati
JUM'AT, 28 OKTOBER 2011 | 19:43 WIB
TEMPO Interaktif,Washington DC - Elenin, komet yang sempat disebut sebagai pertanda datangnya hari kiamat kini telah musnah. Akhir pekan lalu, Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengkonfirmasi tamatnya riwayat Komet Elenin.
Berita kematian Elenin mengakhiri beragam cerita dan prediksi bahwa komet tersebut akan menyebabnya kehancuran bumi. Sejak bulan lalu, NASA terus membuntuti pergerakan Elenin yang bergerak mendekati matahari. Tepat pada tanggal 16 Oktober 2011, teleskop-teleskop yang berada di darat dan angkasa menyaksikan komet itu hancur berkeping-keping.
"Elenin telah terpecah saat dekat matahari," ujar Pejabat Program Objek Dekat Bumi NASA Don Yeomans melalui pernyataan pers di laman resmi NASA.
Kepingan Elenin yang terserak kemudian tercampak hingga pinggiran tata surya yang biasa disebut sebagai Awan Oort. NASA memastikan pecahan Elenin tak akan mendekati matahari untuk 12 ribu tahun mendatang.
Inti komet itu tersusun oleh es, batuan, debu, dan beberapa senyawa organik. Komponen-komponen ini membentuk gumpalan materi yang rapuh layaknya bola salju. Sebuah komet biasanya memiliki inti sebesar 2 kilometer dengan ekor yang menjulur hingga belasan juta kilometer.
Elenin pertama kali dilihat pada Desember 2010 oleh astronom Rusia bernama Leonid Elenin. C/2010 X1, nama awal yang disematkan pada komet ini, kemudian menyebar cepat melalui internet. Beberapa peramal kiamat menyebutkan komet ini bergerak mendekati bumi dan berpotensi menghasilkan tabrakan yang memusnahkan isi planet.
Yeomans tak habis pikir dengan sensasi yang menyebar lewat internet ini. Apalagi perhitungan ilmuwan NASA menunjukkan komet ini tak akan melintas lebih dekat dari 35,4 juta kilometer dari bumi pada pertengahan Oktober ini. Jarak tersebut terlalu jauh untuk dianggap sebagai ancaman nyata bagi keselamatan penduduk bumi.
Hingga saat ini NASA memiliki program perlindungan antariksa. Banyak teleskop dipasang di bumi dan angkasa untuk mengawasi asteroid dan komet yang berputar di dekat bumi. Program pengawasan ini merupakan yang tercanggih yang pernah dibuat manusia dan akan memberikan peringatan jika ada bahaya mengancam.
Berita kematian Elenin mengakhiri beragam cerita dan prediksi bahwa komet tersebut akan menyebabnya kehancuran bumi. Sejak bulan lalu, NASA terus membuntuti pergerakan Elenin yang bergerak mendekati matahari. Tepat pada tanggal 16 Oktober 2011, teleskop-teleskop yang berada di darat dan angkasa menyaksikan komet itu hancur berkeping-keping.
"Elenin telah terpecah saat dekat matahari," ujar Pejabat Program Objek Dekat Bumi NASA Don Yeomans melalui pernyataan pers di laman resmi NASA.
Kepingan Elenin yang terserak kemudian tercampak hingga pinggiran tata surya yang biasa disebut sebagai Awan Oort. NASA memastikan pecahan Elenin tak akan mendekati matahari untuk 12 ribu tahun mendatang.
Inti komet itu tersusun oleh es, batuan, debu, dan beberapa senyawa organik. Komponen-komponen ini membentuk gumpalan materi yang rapuh layaknya bola salju. Sebuah komet biasanya memiliki inti sebesar 2 kilometer dengan ekor yang menjulur hingga belasan juta kilometer.
Elenin pertama kali dilihat pada Desember 2010 oleh astronom Rusia bernama Leonid Elenin. C/2010 X1, nama awal yang disematkan pada komet ini, kemudian menyebar cepat melalui internet. Beberapa peramal kiamat menyebutkan komet ini bergerak mendekati bumi dan berpotensi menghasilkan tabrakan yang memusnahkan isi planet.
Yeomans tak habis pikir dengan sensasi yang menyebar lewat internet ini. Apalagi perhitungan ilmuwan NASA menunjukkan komet ini tak akan melintas lebih dekat dari 35,4 juta kilometer dari bumi pada pertengahan Oktober ini. Jarak tersebut terlalu jauh untuk dianggap sebagai ancaman nyata bagi keselamatan penduduk bumi.
Hingga saat ini NASA memiliki program perlindungan antariksa. Banyak teleskop dipasang di bumi dan angkasa untuk mengawasi asteroid dan komet yang berputar di dekat bumi. Program pengawasan ini merupakan yang tercanggih yang pernah dibuat manusia dan akan memberikan peringatan jika ada bahaya mengancam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar