LAPORAN PENDAHULUAN
 KEJANG PADA ANAK
A.    
DEFINISI
Kejang adalah gangguan lepas muatan
listrik yang berlebihan dari sinkrom pada sekelompok sel neuron  otak. (Ngastiyah,1997)
Klinis : gejal adanya gangguan fungsi otak karena suhu tinggi, radang, tumor, trauma dan gangguan elektrolit atau metabolisme.
B.    
KLASIFIKASI KEJANG
Menurut Ngastiyah dalam perawatan anak sakit
1.      
Kejang bayi baru lahir ( kueang
dari 28 hari )
2.      
kejang dengan panas badan 
Ø       Tetanus
Ø       Kejang demam
Ø       Kejang karena radang otak
·        
Meningitis
·        
Encephalitis
·        
Meningoencephalitis
·        
Abses otak
3.      
Epilepsi
4.      
Lain-lain : trauma, tumor,
gangguan elektrolit, perdarahan. 
C.    
AKIBAT KEJANG
Akibat kejang munngkin terjadi :
-         
Tidak apa – apa
-         
Epilepsi 
-         
Cacat mental atau ganngguan
kepribadian
-         
Cacat fisik atau kelumpuhan
-         
Kematian 
·        
Kepayahan 
·        
Hipertensi 
·        
Tekanan intra kranial
D.    
ETIOLOGI 
Etiologi kejang digolongkan :
       
I.     
Intrakranial
1.      
Gangguan metabolik
-         
Hiperglikemi
-         
Hipokalsemia
-         
Hipomagnesium
-         
Gangguan elektrolit  
2.     
 Toksik
-         
Intoksikasi anastesi
-         
Drug withdrawal (penghentian
obat)
3.     
Kelainan diturunkan
-         
gangguan metabolisme
-         
kekurangan peridoxin 
4.     
Kernikterus 
II.     
Ekstrakanial
1.      
Asfiksia
2.      
Trauma ( perdarahan )
3.      
Infeksi
      -  
bakteri dan virus
4.      
Kelainan  
III.  
Idiopatik  
-         
kejang yang terjadi 48 jam
pertama yaitu asfiksia, trauma lahir dan hipoglikemi
-         
kejang hari ke 5 – 27 yaitu
hipokalsemia ( bukan komplikasi)
-         
kejang antara hari 7 – 10  karena infeksi dan kelainan genetik
5.      
PATOFISIOLOGI
Untuk mempertahankan hidup sel atau organ otak
diperlikan energi yasm didapat dari metabolisme.bahan baku untuk metabolisme
otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dengan
perantaraan fungsi paru- paru dan diteruskan keotak melalui sistem
kardiovaskuler.
Dari uraian diatas dapat kita
ketahui bahwa sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah
menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang teridri dari
permukaan membran yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan
normal membran sel neuron dapat dilaalui dengan mudah oleh ion kalium (K+)
dan sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit
lainnya,kecuali ion klorida (Cl-). Akibat konsentrasi K+ dalam sel
neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang diluar sel neuron
terdapat  keadaan sebaliknya. Karena
perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam dan sdiluar sel, maka terdapat
keadaan potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk
menjaga keseimbengan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan
en  zim Na-K ATP- ase yang terdapat pada
permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat  diubah menjadi :
1.      
perubahan kosentrasi ion diluar
ekstraseluler
2.      
rangnsangan yang datangnya
mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya.
3.      
perubahan patofisiologi dari
membran sendiri karena penyakit atau keturunan.
Pada seoarang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak
mencapai 65 % dari seluruh tubnuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya
15 %. Oleh karena itu, kenaikansuhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari
membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium
maupun natrium melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan
listrik. Lepas muatn listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas
keseluruh sel maupun kemembran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut
neurotransmitter dan terjadi kejang.
6.      
DIAGNOSTIK
Diagnosa berdasarkan atas :
             
I.      
Anamnese
1.      
Banngkitan kejang
-         
apakah betul kejang
-         
panas badan +/-
-         
lamanya, pola frekuensi
1.      
 Riwayat keluarga
2.      
riawyat sebelum kejang yaitu
pada saat persalinan atau trauma.
           
II.      
Pemeriksaan fisik
·       
Bentuk kejang
·       
Kesadaran 
·       
Kelainan neurologi
·       
Tanda vital : suhu, tekanan
darah, RR, nadi
·       
Penyakit lain : GE, jantung,
ginjal
        
III.      
Pemeriksaan laboratorium
·       
DL, UL, Elektrolit
·       
Pungsi lumbal
·       
Foto kepala, EEG, Funduskopi,
transiluminasi
7.      
PENATALAKSANAAN                            
1.      
Atasi kejang : -  Diazepam 0,3 – 0,5 mg/Kg BB
-   
Luminal 8 – 10 mg/KgBB
2.      
Prinsip A,B,C : Manual/elektro
(saction)
3.      
Terapi penyebab
-         
Antibiotik
-         
Tindakan operasi
4.      
Terapi simtom dengan menurunkan
panas :
-         
Antipiretik
-         
Kompres
5.      
Terapi supportif 
-         
Infus
-         
Cairan elektrolit
-         
Roborantia
-         
O2
TINJAUAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
·       
Kaji RR
·       
Kaji laporan orang tua tentang
kejang tonik/klonik selama 1 tahun
·       
Kaji tentang pemberian obat
selama terjadi kejang (keteraturan obat)
·       
Kaji riwayat kejang
·       
Kaji riwayat kehamilan orang
tua adakah toksemia selama akhir pertengahan kahamilan.
·       
Kaji tentang tunbuh kembang
anak : adakah penurunan DTRs, kaji tingkat kesadaran, kaji tentang r eaksi
terhadap stimulus
Pemeriksaaan Neurologis
1.     
Perilaku dan statua mental  : mengukur kemampuan ank untuk brhubungan
dengan orang lain, tingkat kemampuan dan aktivitas, misalnya hiperaktivitas dan
hipoaktivitas.
2.     
Pemeriksaan motorik
a.      
Penilaian kekuatan otot yaitu
erdiri, berjalan, otot pernafasan.
b.      
Penilaian tonus otot
c.      
Pengujian koordinasi motorik
halus
d.      
Gerakan involunter
e.      
Pemeriksaan reflek,misalnya
keberadaan, ketiadaan, peningkatan dan penurunan reflek. 
3.     
Pemeriksaan sensorik
a.      
Rasa  kecap, penciuman, pendengaran dan raba
b.      
Gerakan mata
DIAGNOSA DAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1.      
Resiko tinggi terhadap inefektif
bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan relaksaasi lidah dan reflek
gangguan sekunder terhadap gangguan intervensi otot.
Kriteria Hasil:
1.     
Klien akan menunjukan potensi
jalan nafas kontinyu.
2.     
keluarga akan menggambarkan
intervensi untuk mempertahankan jaln nafas pasien selama kejang.
kriteria pengkajian fokus                                                 makna klinis
1.  Riwayat
aktifitas kejang
2.  Status
pernafasan selama kejang            1,2. gerakan tonik atau klonik selama
kejang dapat menyebabkan lidah turun kebelakang dan menghambat jalan nafas.
| 
Intervensi | 
Rasional | 
| 
1.
   Selama kejang lakukan hal berikut : 
a.
  Berikan privasi bila mungkin 
b.Baringkan klien dilantai bila mungkin 
c.
  Setelah kejang baringkan
  klien dengan posisi miring. 
d.Bila tidak memungkinkan untuk membaringkan dalam posisi miring
  angkat dagunya keatas dan kedepan dengan kepala mendongak kebelakang   untuk membantu membuka jalan nafas. | 
1.      
  tindakan ini dapat membantu
  menurunkan cedera dan arasa malu.( Hickey,1992) | 
| 
2.
  Obsrvasi kejang dan
  dokumentasikan karakteristiknya 
a.
  Awitan dan durasi 
b.Kejadian prakejang (misal : penglihatan,pendengaran, penciuman
  atau rangsang taktil ) 
c.
  Bagian tubuh dimana kejang
  mulai gerakan awal 
d.Mata: terbuka dan terpejam, ukuran pupil 
e.
  Bagian tubuh yang terlihat,
  tipe gerakan 
f. 
  Aktivitas motorik involunter
  (misalnya mengecap bibir, atau menelan berulang kali ) 
g.
  Inkontinensia (fekal atau
  urine ) 
h.
  Penurunan kesadaran 
i.  
  Paska kejang : kemampuan
  bicara, tidur, bingung, kelemahan paralisis. 
   | 
2.      
  informasi ini memberi
  petunjuk pad lokasi fokus epiloptogenik pada otak dan bermanfaat adlam memandu
  tindakan. | 
| 
Intervensi | 
Rasional | 
| 
3.Bila klien mengeluh aura, anjurkan klien
  berbaring | 
3.      
  posisi rekumben dapat
  menceagah cedera karena jatuh. | 
| 
4. Ajarkan anggota keluarga atau orang
  terdekat  cara berespon padaklien
  selama kejang | 
4. orang lain dapat diajarkan tondakan untuk
  mencegah obstruksi jalan nafas dan cedera | 
2.      
resiko tinggi  terhadap isolasi sosial yang berhubungan
dengan rasa malu sekundr terhadap mengalami kejang dibanyak orang
kriteria pengkajian fokus                                     makna
klinis
1.     
Pola sosialisasi biasanya:                       1. klien beresiko tainggi
dikaji 
Hobi, minat pada orang lain,                     dengan
cermat karena penderita 
Tetangga dan sekolah                               yang dengan isolasi sosial tidak 
                                                                selalu cepat tampak
2.     
Masalah berkenaan dengan                   2. perasaan penolakan dan malu
sosialisasi                                                  adalah umum 
| 
Intervensi  | 
Rasional  | 
| 
Bantu klien
  mengenali kebutuhuan sosialisasi | 
Klien yang
  cenderung kejang dapat memisahkan dari keluarga, teman dan kontak sosial
  lain.  | 
| 
Berikan
  dukungan dan  validasi bahwa masalah
  yang klien hadapi adalah normal | 
Perawat harus
  sensitif  terhadap dampak kejang dan
  citra tubuh klien, menghasilkan konsep diri dan minat pada aktivitas sosial.  | 
| 
Bantu klien
  mengidentifikasi aktivitas yang menyenangkan dan takberbahaya. | 
Rasa takan
  cedera akan mengakibatkan isolasi | 
| 
Tekankan
  pentingnya mematuhi rencana pengobatan  | 
Kepatuhan pada
  regimen pengobatan dapat  membantu
  mencegah atau mengurangi episode kejang. | 
| 
Diskusikan
  pengungkapan diagnostik dengan anggota keluarga | 
Dialog terbuka
  dengan keluarg adapat memberitahukan mereka  | 
|  | 
Terlebih
  dahulu tentang kemungkinan kejang, yang dapat mengurangi keterkejutan
  menyaksikan kejang dan memunngkinkan membantu tindakan. | 
| 
Diskusikan
  situasi dimana klien dapat menemui orang lain pada situasi yang serupa
  misalnya kelompok pendukung, yayasan epilepsi  | 
Dengan berbagi
  pada orang lain pada  situasi yang
  serupa dapat memberi klien pandangan yang lebih realistik tentang gangguan
  kejang dan persepsi  sosial. | 
3.      
resiko tinggi terhadap
inefektif penatalaksanaan terhadap regimen 
terapeutik sehubungandengan insufisiensi pengetahuan tentang kondisi,
medikasi, perawatan selama kejang, bahaya lingkungan, dan sumber-sumber
komunitas
| 
Kriteria
  pengkajian  fokus | 
Makna klinis | 
| 
1.      
  Penngetahuan saat ini tentang
  kejang dan penatalaksanaannya 
2.      
  faktor penunjang ,meliputi
  hal  berikut : ansietas, diagnosa baru,
  kekurangan instruksi sebelumnya. 
3.      
  sumber-sumber ( keluarga d an
  teman sebaya ) 
4.      
  sikap, perasaan dan masalah
  yanng berhubunngan dengan gangguan kejang 
5.      
  kesiapan dan kemampuan
  belajar  | 
1 – 5 
  Pengkajian membantu mengidentifikasi setiap faktor yang dapat
  mempengaruhi belajar.klien atau keluarga yang tidak dapat mencapai tujuan
  pembelajaran memerlukan  rujukan untuk
  bantuan paskapulang | 
| 
Intervensi  | 
Rasional  | 
| 
1.      
  Ajarkan tentang gangguan
  kejang dan pengobatan   
2.      
  Bila klien sedang dalam
  terapi obat, ajarkan tentang treapi obat: 
a.      
  jangan menghentikan obat tiba
  – tiba 
b.      
  efek samping dan tanda
  toksisitas 
c.      
  pentinngnya untuk memantau
  kadar obat dalam darah. 
d.      
  pentingnya untuk melakukan
  pemeriksaan hitung darah lengkap secara periodik, bila diindikasiksan               
e.      
  efek difenilhidantoin
  (dilantin),bila diperintahkan pada jaringan gusi dan kebutuhan pemeriksaan
  gigi rutin. 
3.      
  Berikan informasi tentang
  informasi yang meningkatkan resiko kejang 
4.      
  Bahas mengapa aktivitas
  tertentu yang berbahaya and harus dihindari. 
5.      
  Berikan kesempatan pada klien
  dan keluarga untuk mengekspresikan perasaan mereka sendiri dan saling
  mengekspresikan. 
6.      
  Rujuk klien dan keluarga pada
  sumber komunitas dan bahan bacaan untuk membantu pentalaksanaan    | 
1. 
  Pengertian klien dan keluarga
  tentang gangguan kejang dan regumen pengobatan yang diharuskan sangat
  mempengaruhi kepatuhan terhadap regumen. 
2. 
  Kewaspadaan khusus harus
  ditegakkan untuk menjamin terapi obat yang nyaman : 
a.
  pengertian tiba-tiba dapat
  mencetuskan status epileptikus 
b.identifikasi dinimterhadap masalah memungkinkan intervensi segera
  untuk mencegah komplikasi serius 
c.
  kadar obat dalam darah
  maenandai penyesuaian dosis obat 
d.penggunaan antikonvulsif jangka panjang seperti hidantoin dapat
  menyebabkan diskrasiasi  darah.         
e.
  Terapi fenotoin jangka
  panjang dapat menyebabkan hiperplasia gusi       
3. Situsi tertentu telah teridentifikasi sebagai peningkatan epsode
  kejang. 
4.Umumnya klien yang cenderung kejang harus menghindari aktivitas
  yang adpat menyebabkan klien atau orang lain pada situasi berbahaya jika
  terjadi kejang 
5.Menyaksikan kejang adalah menakutkan untuk orang lain dan
  memalkukan bagi klien yang rentan trehadap kejang. Rasa malu dan menakuttkan
  ini mempunyai dampak tyerhadap ansietas, depresi, bermusuhan dan
  takut.anggota keluarga juga dapat mengalami hal ini. Diskusi teruka dapat
  mengurangi perasaan malu dan isolasi. 
6.Sumber ini dapat memberikan informasi tambahan dan dukungan.         | 
MASALAH KOLABORATIF
Potensial Komplikasi : Status Epileptikus
Tujuan Keperawatan :  Perawat akan menngatasi dan meminimalkan
komplikasi         status epileptikus.
| 
Intervensi  | 
Rasional  | 
| 
1.  
  Bila individu berlanjut
  menngalami kejang umum, beritahu dokter dan lakukan protokol : 
a.      
  Tegakkan jalan nafas 
b.      
  Suction sesuai kebutuhan 
c.      
  Beriakn O2 melalui kateter
  nasal 
d.      
  Pasang infus intravena | 
1.Status epileptikus adalh
  kedaruratan medik. Kerusakan pernafasan dapat meyebabkan hipoksia sistemik
  dan serebral. Diperlukan pemberian antikonvulsan intravena kerja cepat (mis.
  Valium) | 
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar